Jumat, 09 Oktober 2020

Pandemi bagi Mahasiswa Tingkat Akhir


Source : canva

 

Pandemi bagi Mahasiswa Tingkat Akhir

Penulis: Indah Sundari | Editor : Arnita Sari Siagian 

 Gardamedia.org- COVID-19 masih menjadi sorotan dunia. Pandemi ini sangat berdampak dalam segala aspek kehidupan, salah satunya dibidang pendidikan. Mahasiswa tingkat akhir yang tengah melaksanakan penelitian untuk tugas akhirnya merasakan keresahan dan kesulitan dalam menjalankan tugas akhir tersebut menjadi objek dari dampak nyata pandemi yang berlangsung. Mulai dari Kebijakan-kebijakan yang diberikan kurang efektif, proses bimbingan dengan dosen pembimbing hingga sulitnya terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sampel atau informasi yang diperlukan dalam proses penyelesaian penelitian dan skripsi menjadi keresahan bagi para mahasiswa tingkat akhir.


Tak jarang tugas akhir menjadi terhambat  karena sulitnya berkonsultasi dengan dosen pembimbing atau penelitian yang harus terhenti. Selain waktu yang terbuang percuma, membengkaknya biaya kuliah juga menjadi masalah tersendiri dalam beberapa bulan ke depan.


Dampak dari itu semua tengah dirasakan oleh beberapa mahasiswa dari fakultas yang berbeda di USU. Dalam situasi normal, mereka diharuskan sering-sering ke kampus baik untuk konsultasi ke dosen pembimbing maupun sekedar cari referensi di perpustakaan. Namun kini, semua telah berubah. Terbatasnya mobilitas membuat proses pengerjaan skripsi atau tugas akhir semakin terhambat. Lika-liku yang harus dihadapi tidak mudah. Namun persoalan-persoalan tersebut tidak menyurutkan semangat mereka dalam meraih gelar akademik.

 

Setiap mahasiswa mengeluhkan permasalahan yang berbeda-beda, misalnya dalam pencarian informasi, “Karena kami mahasiswa sastra, kalau ke lapangan dimasa yang seperti ini, pasti tidak memungkinkan. Dalam penelitian, saya mengambil metode library reseach  yaitu metode penelitian kepustakaan dan untuk sekarang ini, sangat susah untuk mendapatkannya. Ketika kami membahas tentang library reseach sebelum pandemi, sangat memudahkan kami untuk mencari informasi walaupun dengan konsekuensi kami harus mengenal banyak buku atau harus mencari data sebanyak-banyaknya yang bersumber kepustakaan.” Tutur salah satu mahasiswi sastra arab 2016 yang namanya tidak ingin disebutkan.

 

Adapun hal yang paling memberatkan yang dirasakan oleh mahasiswi tersebut, “Untuk mahasiswa sastra sendiri, pasti sangat membutuhkan banyak kajian pustaka dari buku-buku. Nah, yang menjadi hambatannya juga adalah buku-buku sastra sangat minim dan tidak lengkap di perpustakaan USU, bahkan lebih banyak di kampus-kampus lain, jadi harus lebih expert dalam mencari bukunya.” sambungnya.

 

Hambatan secara teknis yang dihadapi yaitu dari sudut pandang mahasiswa dengan dosen yang selalu bertolak belakang. Bahkan antar dosen pembimbing dengan dosen penguji mempunyai arahan yang berbeda dan juga bersinggungan dengan penelitiaan mereka.

 

Hal  yang sama dirasakan oleh salah satu mahasiswi keperawatan USU 2016, yang tidak ingin namanya disebutkan terkait hambatan yang tengah dirasakannya. “Karena sampel saya itu anak sekolahan, jadi disaat covid seperti ini susah sekali untuk langsung kelapangan. Yang seharusnya sistem sebelumnya nggak daring, sekarang menjadi daring. Ada sekolah yang sudah paham daring dan ada juga sekolah yang juga masih belum paham daring.  Nah jadi itu yang menjadi titik berat di penelitian saya.” Ujarnya.

 

Tak jarang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pihak kampus selalu mengecewakan. “Saya cukup kecewa, karena dari fakultas saya sendiri itu tidak ada kebijakan yang pasti, kami pernah menanyakan ada tidaknya kebijakan kampus menanggapi hal ini, dan alhasil tidak ada jawaban, karena melihat dari universitas lain ada yang menggantikan skripsi dengan literature review dan juga tergantung  kebijakan dari masing-masing dosen, ternyata tidak ada sama sekali untuk meringankan mahasiswa nya dalam melakukan penelitian, karena banyak juga dari mahasiswa keperawatan yang harus mengambil sampel ke rumah sakit dan pihak RS nya tidak memperbolehkan para mahasiswa untuk melakukan penelitian disana.” Ungkap beliau dengan nada kecewa.

 

Dengan nada yang tegas, salah satu mahasiswi sastra arab menambahkan aspirasinya, “Ketika ada banyak kesalahan yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan pihak kampus dan belum ditepati, maka sebenarnya mahasiswa bisa saja menunjukkannya dengan melakukan aspirasi dengan unjuk rasa misalnya,  seperti kejadian almamater yang sangat lambat dibagi kemarin, tetapi karena situasi seperti ini sangat terbatas dan dibatasi juga untuk kami menunjukkan aspirasi. Jadi lebih genjar untuk aspirasi di media social.”

 

Narasumber juga mengeluhkan tentang penggantian tempat penelitian yang disampaikan oleh dosen pembimbing secara tiba-tiba. “Para pihak kampus sering memberikan informasi secara dadakan, apa  tidak bisa beritahukan sebelumnya? Jadi mahasiswa lebih bersiap-siap dan lebih terjadwal, dan sudah sering saya rasakan selama masa ini. Tiba-tiba dosen pembimbing yang menyuruh untuk mengganti tempat penelitian dan mau nggak mau saya juga harus ganti latar belakang dari awal. Jadi harapan saya adalah harus lebih terencana, karena sebelumnya juga saya sudah membuat rencana tapi karena situasi seperti saat ini jadi rencana saya hancur dan tidak mungkin terlaksana kembali.” imbuhnya.

 

“Kadang kita terlalu berekspetasi tinggi, terlalu mengejar, untuk bisa cumlaude, misalnya, tetapi rencana Tuhan berbeda. Kita jangan terlalu memaksakan diri kita, ikuti saja alurnya, nikmati, syukuri dan tetap melakukan yang terbaik. Kita harus mempunyai sikap tegas dalam diri kita, harus ikhlas saat banyak kritik yang masuk, karena kita harus sadar penelitian kita itu belum ada apa-apanya dan harus kita tanamkan penelitian kita penting untuk kita, karena kita mau tau untuk penelitian ini dan tetap sabar dan rajin.” pungkas mahasiswi sastra arab, saat ditanya tentang harapan kedepan untuk mahasiswa yang akan melanjutakan estafet skripsi dan penelitian.

 

Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari dari kejadian ini. Mendapatkan gelar sarjana atau diploma membutuhkan usaha yang keras dan keinginan yang kuat “Jadi, kita ini mempunyai amanah moral dari orang tua yang sudah kita mulai, untuk menyelesaikan semua ini sampai akhir. Ketika itu semua tidak bisa terselesaikan berapa banyak orang yang kecewa dengan kita. Dan percayalah dibangku kuliah yang pernah kita rasakan selama ini tidak hanya sekedar ilmu akademik yang kita dapatkan, tetapi bagaimana kita untuk bisa berbicara di depan umum, menyampaikan aspirasi  kita dan dapat menjadi orang yang hebat salah satu penghantarnya adalah  dari sini, nah jadi harus tetap semangat dan optimis hingga akhir.” tutur salah satu mahasiswi sastra arab.

 

“Mau bagaimanapun harus tetap semangat. Karena ada harapan dan amanah orang tua terhadap kita dan yang paling kuat alasan saya sebagai profesi didunia kesehatan, masyarakat sangat banyak membutuhkan tenaga medis untuk saat ini, InsyaAllah agar lebih bermanfaat!” Akhiri salah satu mahasiswi keperawatan dengan nada yang membara. (5/10/2020).

 

http://www.gardamedia.org/2020/10/pandemi-bagi-mahasiswa-tingkat-akhir.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...