Kursi Kosong Menteri Kesehatan Indonesia
Penulis : Syahrun Nisa |
Editor : Resi Triana Sari
Gardamedia.org- Pandemi COVID-19 telah
berlangsung selama 9 bulan, sejak diumumkan pada akhir Desember 2019 di Wuhan,
China. Di beberapa negara, COVID-19 sudah tidak lagi menjadi ancaman. Misalnya
di Singapura, kurva COVID-19 terus mengalami penurunan, bahkan Singapura sukses
melaksanakan pemilu di tengah pandemi dengan aman pada bulan Juli lalu.
Berbagai aktivitas bisnis dan perekonomian juga sudah membaik dan mengalami
peningkatan.
Keberhasilan
Singapura menghadapi pandemi ini tentu tidak terlepas dari peran serta kementerian
kesehatannya. Kementerian kesehatan Singapura mengambil langkah konkrit untuk
menyelesaikan COVID-19 ini dengan cepat, salah satunya dengan mewawancarai
pasien yang sedang dikarantina, terkait riwayat perjalanan, kegiatan yang mereka
lakukan selama 24 jam, dan siapa saja yang telibat kontak langsung dengan
mereka. Pasien harus menjelaskan secara rinci tiap jam, menit dan detik tanpa celah
sedikitpun. Langkah ini terbukti efektif dalam pengurangan bahkan pencegahan
penyebaran COVID-19, sehingga Singapura mendapat pujian dari Kepala Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).
Bagai langit dan bumi, kondisi pandemi di
Indonesia justru semakin memperihatinkan. Saat ini, COVID-19 di penjuru Nusantara
telah mencapai sebanyak 280.000 kasus. Dalam satu hari, jumlah kasus dapat meningkat
hingga 4.000 kasus. Hingga kini, belum ada tanda-tanda kurva COVID-19 di
Indonesia akan melandai. Publik mulai mempertanyakan peran Menteri Kesehatan,
Bapak Terawan Agus Putranto yang sudah seharusnya memiliki tanggung jawab lebih
dalam penyelesaian COVID-19.
Akhir-akhir
ini, Pak Terawan mendadak viral di jagad raya media sosial Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan Pak Terawan tidak kunjung memenuhi undangan Najwa Shihab
untuk diwawancarai dalam salah satu program TV, Mata Najwa. Dilansir dari kompas.com, Najwa Shihab selaku jurnalis
sekaligus presenter di Mata Najwa mengaku telah mengirimkan undangan resmi
kepada Pak Terawan setiap minggunya. Namun, tanggapan pihak Menteri Kesehatan (Menkes)
terhadap undangan tersebut berakhir pada kekecewaan. Pihak Menkes hanya
menyatakan bahwa Pak Terawan tidak bisa hadir dikarenakan jadwal yang padat.
Namun,
Najwa Shihab tidak kehabisan akal. Dalam video Mata Najwa edisi “Menanti Terawan,” Najwa Shihab
mewawancarai kursi kosong dan bermonolog seolah-olah Pak Terawan sedang duduk
di kursi tersebut. Awalnya, Najwa Shihab memaparkan keresahan masyarakat terkait
pandemi yang tidak kunjung usai. Kemudian, Najwa Shihab menyinggung beberapa
menteri kesehatan dunia yang berani mundur dari jabatannya, karena merasa tidak
mampu mengatasi pandemi di negaranya. Di akhir video, dengan kalimat tegas dan
lugas, Najwa Shihab berkata “Publik meminta
kebesaran hati anda, untuk mundur saja. Siap mundur, Pak?” Meskipun,
dilontarkan kepada kursi kosong, kalimat ini tampaknya cukup menohok dan membuat
tertegun kinerja kemenkes selama ini.
Sebagai
pelayan publik, sikap Pak Terawan yang terus menolak undangan dan terlihat berusaha
menghindari wawancara tersebut tentu dinilai sebagai langkah yang kurang bijak.
Publik membutuhkan penjelasan yang lebih detail terkait langkah apa yang sudah
dilakukan oleh kemenkes. Publik harus tahu kemana saja anggaran kesehatan telah
dibelanjakan. Lebih penting daripada itu, Pak Terawan memiliki kewajiban untuk
membangun kepercayaan publik terhadap pemerintah. Jika terus-terusan menghilang
seperti ini, publik akan semakin curiga dan berujung pada penolakan terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah.
Masyarakat
sebenarnya sadar, betapa sulitnya peran pemerintah dalam menyelesaikan pandemi
ini, sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat.
Namun, apabila Menteri Kesehatannya pun membiarkan ‘kursi kosong’ atas sejumlah
pertanyaan masyarakat, maka jangan salahkan masyarakat pula jika hanya
menganggap kebijakan pemerintah sebagai ‘omong kosong’.
http://www.gardamedia.org/2020/09/kursi-kosong-menteri-kesehatan-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar