Insan Rahmatan
Lil ‘Alamin
Penulis : Namira Az-Zahra dan Resi Triana Sari
Gardamedia.org- Semenjak ‘Tragedi Rakhine’ 2012 silam,
berita terkait Rohingya berhasil mendominasi media Internasional. Banyak orang
mulai mengenal ‘Muslim Rohingya’, meskipun tidak sepenuhnya paham akan sejarah,
dinamika serta seluk-beluknya. Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas
penduduk Myanmar yang beragama Budha seolah tak ada akhirnya. Puluhan ribu
warga Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, salah satunya di Indonesia.
Menurut Kepala bidang penelitian South
Asia Democratic Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis
dan ekonomis. Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga
tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah
pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya
dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas
mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian tersebut, hingga
menyulut sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok tersebut. Hal ini semakin
diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang seharusnya mendorong
rekonsiliasi, tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha.
Rabu (24/6), Aceh berhasil memikat hati nurani dunia, atas keperdulian
mereka terhadap sebuah kapal yang tengah terombang-ambing selama berminggu-minggu, berisikan sejumlah
muatan muslim Rohingya di perairan Aceh Utara. Saat ini, Muslim Rohingya tersebut
ditempatkan di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Gampong Kuala Lancok,
Kecamatan Stamtalira Bayu, Aceh Utara. Ditengah dehidrasi, berdesak-desakan dan kelaparan yang melanda, para nelayan Aceh menuntun mereka menuju daratan, memberikan perlindungan, makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya. Rapid test Covid-19 juga telah mereka jalankan untuk memastikan
kondisi kesehatan mereka di tengah pandemi ini.
Masyarakat Aceh telah mencontohkan bagaimana seharusnya kita sebagai
seorang muslim, yang sesungguhnya hidup di lingkungan sosial sebagai makhluk
sosial, untuk saling bahu membahu dalam kebaikan, mengulurkan tangan tanpa
pandang suku, ras, kasta, etnis dan sebagainya, tak mengharap imbalan melainkan
dari Allah semata.
Mari kita perhatikan firman Allah berikut :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S Al-Maidah: 2).
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S Al-Maidah: 2).
Masyarakat Aceh telah mencontohkan bagaimana seharusnya suatu pekerjaan
atau masalah sebaiknya dilakukan bersama-sama sehingga menimbulkan suatu
kepastian dan kekuatan yang lebih besar. Sejatinya kekuatan individu yang
terkumpul menjadi kekuatan kelompok mampu menciptakan gelombang kekuatan yang
dahsyat, hingga pekerjaan-pekerjaan yang tampak susah dan terasa mustahil akan jauh
terasa lebih mudah dan berhasil.
Mengingat banyaknya kesulitan yang dihadapi dimasa pandemi ini,
banyaknya kalangan masyarakat yang membutuhkan bantuan kita, maka sudah selayaknya
kita saling mengulurkan tangan dan bekerjasama dalam mengatasi situasi sulit
yang terus berkembang dimasa pandemi ini, terlebih lagi dengan mengingat bahwa
sebenarnya sebagai seorang muslim, ada peran besar yang harus kita emban. Ada
misi yang telah Rasullullah sampaikan kepada kita selaku ummatnya di akhir
zaman. Misi yang mampu membawa kebaikan bagi seluruh semesta, yakni menjadi
seorang Insan Rahmatan Lil 'Alamin.
"Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam".
(Q.S Al-Anbiya’ [21] : 107).
Tidak akan tercipta suatu kekuatan besar dan kemaslahatan besar,
masyarakat yang madani, masyarakat yang lebih perduli dan saling bahu membahu
seperti yang telah dicontohkan masyarakat Aceh tersebut, tanpa adanya seorang
insan, insan yang mampu menghasilkan lebih banyak lagi kekuatan besar di akhir
zaman ini.
Sudah selayaknya kita, sebagai pemuda-pemudi Islam harapan bangsa dan
agama untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan Rasulullah, sahabat dan
keluarganya. Untuk terus menebarkan makna Islam sebagai rahmat bagi seluruh
alam. Menebarkan kasih sayang kepada setiap makhluk dan saling menghargai
dengan berbagai realitas perbedaan yang ada di sekitar kita, antara sesama
muslim, antar umat beragama dan antar sesama makhluk-Nya.
Ketika jiwa kita telah menjadi sosok Insan sejati yang benar-benar paham
akan makna Islam Rahmatan lil ‘Alamin, seketika itu pula bumi Allah akan penuh
dengan udara kedamaian. Disetiap penjuru bumi hanya akan bercerita tentang
kedamaian dengan penuh aroma cinta, kasih sayang dan saling menghargai antar
sesama makhluk.
Begitu banyaknya permusuhan, pertikaian, dan peperangan yang terjadi di
muka bumi ini yang sesungguhnya dapat kita minimalisir, kita dapat mencegahnya
bahkan menghentikannya.
Tidakkah kita ingin menjadikan dunia dengan penuh kedamaian, cinta,
toleransi dan hal-hal positif lainnya ? Lantas, dengan cara apa kita dapat
melakukannya ? Wahai pemuda Islam yang telah dinanti seluruh massa, sadarkanlah
diri kita, bahwa ada sebuah cara yang mungkin dapat dengan mudah kita lakukan
atau mungkin begitu sulit untuk kita lakukan. Cara itu adalah dengan mengubah
diri kita sendiri untuk menjadi seorang pemuda Milenial yang terus mengikuti
perkembangan zaman, namun tetap berada dalam naungan Islam, Islam yang Rahmatan
Lil ‘Alamin. Tetap berada dalam keimanan namun tak lupa pada pedoman hidup dari
Rabb semesta alam dan saling menghargai beragam realitas perbedaan yang tercipta
di sekitar kita.
Jikalau seorang Insan telah benar-benar berada dalam ketauhidan yang
lurus dan hakiki kepada Allahu Robbi maka akan tertanam secara kokoh di dalam
lubuk hatinya, bahwa dirinya adalah Insan yang mempunyai tanggung jawab yang
besar akan misi Islam yang telah Rasullullah SAW bawa, menjadi agen-agen
perdamaian dunia yang senantiasa berjalan diatas visi dan misi Islam Rahmatan
Lil ‘Alamin dengan selalu mengaplikasikan nilai-nilai Islam yang Rahmatan Lil
‘Alamin tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wallahu a’lam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar