Minggu, 05 Juli 2020

“BAYU FEBRILLIANDIKA : Berprestasi demi Kebermanfaatan”


BAYU FEBRILLIANDIKA : Berprestasi demi Kebermanfaatan”
Penulis : Indah Sundari | Editor : Resi Triana Sari

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (H.R Ahmad).

Kutipan tersebut mungkin terdengar biasa saja bagi sebagian orang, namun berbeda bagi pemuda kelahiran Medan, 12 Februari 1999 ini. Berbekal hadist tersebut, mahasiswa jurusan Teknik Industri ini berhasil mewakili Fakultas Teknik dalam ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi Universitas Sumatera Utara (Mawapres USU) 2020. Sebanyak dua puluh mahasiswa berprestasi perwakilan dari setiap fakultas di USU mengikuti  pemilihan Mawapres USU 2020, Jum’at  (6/12) yang diselenggarakan secara virtual oleh pihak kampus. Dewan juri yang berjumlah enam orang tersebut melakukan serangkaian penilaian dan verifikasi, hingga akhirnya menetapkan Bayu Febrilliandika sebagai Mawapres utama I tingkat sarjana.

Pemilihan Mawapres merupakan ajang bergengsi bagi mahasiswa perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Bayu menuturkan bahwa dia bukanlah orang yang paling banyak berjuang dibandingkan temannya yang lain, namun dibalik pengakuannya tersebut, ia sangat mengenang perjuangan awal ketika dirinya berprestasi. Dimulai dengan lomba pertama kali yang diikutinya di kota ‘Jembatan Ampera’, bukan sebuah kemenangan yang diharapkannya saat itu, namun hanya sebuah hal sederhana yang mungkin, bagi sebahagian orang sudah sangat biasa dilakukan, Ia hanya ingin merasakan bagaimana rasanya melayang diatas awan. Menaiki pesawat untuk pertama kalinya, saat semester ketiga perkuliahan. Berlanjut dengan mengikuti lomba debat terbesar di Indonesia saat itu. Lomba debat yang diselenggarakan di Salatiga tersebut berhasil menuntaskan misinya demi sebuah tanggungan sebagai seorang ketua komunitas, dimana program kerja yang mereka canangkan menimbulkan defisit keuangan, sehingga menimbulkan hutang sebuah komunitas. Kenangnya.

Sebagai seorang ketua komunitas yang memiliki tanggung jawab besar, maka dirinya berinisiatif untuk tidak melibatkan anggota nya dalam menanggulangi hutang tersebut, melainkan dengan usaha gigih melawan rasa pesimis, Ia dan temannya berhasil meraih peringkat satu dalam perlombaan debat tersebut. Masih banyak prestasi lain yang telah berhasil Ia torehkan, hingga dirinya menjadi sosok yang tidak alpa prestasi lagi.

Terbingkai manis sudah prestasi-prestasinya dalam sebuah buku maha karya yang diinisiasi oleh Smart Generation Community, berkolaborasi dengan berbagai organisasi keilmuwan lainnya di USU,  berjudul "Mahir Menulis KTI, Debat, Bisnis Plan, dan Exchange". Berbagai macam perlombaan, baik ditingkat Regional, Nasional bahkan Internasional pun telah diikuti oleh sosok berprestasi nan rendah hati ini.

Bayu berhasil mengukir namanya dalam berbagai prestasi, mulai dari menjuarai lomba debat, buissines plan, essay, invention and design, invention and innovation juga mendapatkan beasiswa Rumah Kepemimpinan. Berprestasi tidak pula menghalanginya untuk turut aktif dalam berbagai organisasi serta pengabdian kepada masyarakat yang menurutnya, sebagai seorang mahasiswa sudah seharusnya kita memiliki tanggung jawab besar dalam kebermanfaatan bagi kampus dan masyarakat.

Bagi pemuda yang memiliki hobi membaca dan mahir public speaking ini, gelar mawapres tidak terlalu membuatnya bangga, semua orang mempunyai pola pikir dan pandangan yang berbeda terhadap makna dari mawapres itu sendiri. “Gelar mawapres hanyalah dampak dari segala kontribusi yang kita lakukan, baik dari prestasi, organisasi maupun hal lainnya yang telah kita berikan untuk kampus maupun lingkungan sekitar kita.  Ketika kontribusi yang kita berikan sudah layak, maka  layak pula kita mendapatkan gelar mawapres tersebut. Mawapres yang sesungguhnya, baik di tingkat kampus maupun nasional nantinya adalah mereka yang memang sudah memberikan begitu banyak kontribusi bagi almamater kampus dan juga masyarakat”. Jelas pemuda berdarah Melayu ini.

Saat mengikuti kompetisi pemilihan Mawapres USU 2020 tersebut, dengan segala kerendahan hati, Bayu mengaku tidak berekspektasi terlalu tinggi. “Kalau kita sudah total dalam mengerjakan sesuatu dan yakin dengan hal tersebut, meski dibaliknya pasti ada sebuah harapan, tetapi ekspektasi saya untuk menang, tidak ada sama sekali, karena melihat pesaing yang saya rasa lebih layak memikul amanah sebagai mahasiswa berprestasi ini”. Ungkapnya

Berbagai aspek dinilai pada pemilihan mawapres tersebut, mulai dari kemampuan berbahasa Inggris, karya tulis ilmiah, portofolio lomba, keaktifan berorganisasi, pengabdian kepada masyarakat dan lain sebagainya.

Mahasiswa berusia 21 tahun ini mengungkapkan bahwa motivasi terbesarnya mengikuti ajang pemilihan Mawapres tersebut adalah berpulang lagi kepada visi hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. “Karena setiap kegiatan yang sudah kita lakukan harus berorientasi lagi dengan pertanyaan, untuk apa kita diciptakan didunia ini? Tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Mendapatkan gelar mawapres merupakan salah satu jalan kita beribadah. Dengan cara mendakwahkan segala kebaikan yang sudah kita dapatkan, memberikan inspirasi untuk banyak orang, memberikan bimbingan dan pertolongan bagi yang membutuhkan, serta memberikan advokasi, bahwasannya sebagai mahasiswa, banyak hal yang bisa kita lakukan, begitu pula dengan kontribusi, sangat banyak kontribusi yang bisa kita lakukan agar menjadi manusia yang bermanfaat.” Imbuh Bayu.

Kesulitan terbesar yang pernah dialaminya saat berjuang meraih impiannya yakni dalam manajemen waktu dan masalah finansial, namun Ia berhasil mengatasi dan menjembatani kesulitan yang dialaminya tersebut. Dalam membagi waktu antara kuliah, pembinaan, organisasi maupun project perlombaan yang diikutinya, Ia mengungkapkan bahwa:  Kita harus lebih tegas dengan diri sendiri, terutama dalam manajemen waktu. Kita mempunyai waktu 24 jam yang sama, tetapi hasil yang diperoleh dari setiap orang  tidak akan sama. No pain no gain, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, maka kita harus melakukan yang lebih, waktu kita yang terpotong, meski waktu untuk bermain kita tidak ada, waktu tidur yang hanya 4 jam dan masih banyak konsekuensi yang harus kita korbankan, harus ada sakit yang dirasakan”. Ungkap pemuda dengan moto hidup “live only once, then do your best”.

 Bayu merupakan sosok pekerja keras dan pantang menyerah, dapat dibuktikan dengan kegigihannya berjualan bakso tusuk dengan metode ‘kantin kejujuran’ di kampusnya. Sebagai seorang mahasiswa Teknik yang sebagian besar waktu dihabiskan di dalam laboratorium, Ia memanfaatkan situasi tersebut untuk mencari pundi-pundi rupiah yang halal dan dipergunakan untuk membiayai segala kebutuhan terkait beragam lomba yang diikutinya.

“Jadilah pribadi yang mandiri dalam mengatasi permasalahan yang ada. Memulai sesuatu dengan niat yang ikhlas dan baik, bermanfaat, apapun hambatannya pasti bisa terselesaikan, jangan menjadi pribadi yang cengeng, karena ada orang yang lebih menderita daripada kita, namun memiliki kesuksesan yang jauh lebih berarti daripada kita”.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini, tak jarang mengalami kegagalan dalam hidupnya, namun dibalik kegagalan tersebut, Ia berpendapat bahwa: “Satu hal yang membedakan orang yang sukses dengan orang yang tidak sukses adalah bagaimana cara kita dalam menghadapi kegagalan, ada yang hanya mengeluh, menyalahkan orang lain dan mengatakan Tuhan tidak adil, namun ada juga orang yang ketika dirinya gagal, Ia semakin bersemangat untuk membalas kegagalan tersebut dengan keberhasilan selanjutnya. Jika kita gagal maka kita akan tahu jalan mana yang benar, jalan mana yang salah agar kita tidak melewatinya kembali, karena berkaca pada kesalahan yang pernah kita lakukan saat kita gagal. Maka orang yang tidak pernah gagal dan tidak mencobalah adalah orang yang tidak pernah tahu, mana jalan yang salah dan mana jalan yang benar, yang harus dia lewati,  agar Ia bisa mencapai kesuksesan tersebut”. Urai Bayu.

Makna kegagalan baginya sangat variatif, tetapi ia mengatakan dengan tegas bahwa “Makna kegagalan adalah sebuah pembelajaran untuk mencapai kesuksesan. Ketika gagal, kita belajar bagaimana cara menjadi orang yang lebih bijaksana , karena kita berusaha mencari pembelajaran dalam peristiwa kegagalan, namun ketika kita sukses, maka kita belajar bagaimana menjadi orang yang bersyukur atas kenikmatan yang diberikan Tuhan atas kesuksesan kita tersebut”. Imbuhnya lagi.

Dalam rangka persiapan menuju pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat Nasional nantinya, Bayu tak menaruh harapan besar akan menerima bimbingan dari pihak Universitas, namun Ia mengaku bahwa pihak fakultas Teknik sangat memberikan dukungan dan bimbingan yang cukup signifikan. Bayu hanya menaruh harap pada Allah semata dan terus berusaha memperbaiki kualitas diri serta tidak menaruh rasa kecewa pada setiap proses yang akan dilaluinya.

Bayu mengaku bahwa pencapainya hingga saat ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah begitu banyak mendukungnya, dari mulai Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) K3MI Al-Hadid FT USU, teman-teman dan segala pihak didalam Rumah Kepemimpinan, Ribak Sude Squad, serta keluarga dan teman-teman yang lainnya.

Menteri Riset dan Teknologi Smart Generation Community (SGC) USU ini menambahkan, bahwa dirinya hanyalah sebagai output, hasil dari sebuah system yang selama ini dijalankan. “Teman-teman harus ingat, ketika kita berhasil, sadarkan diri kita bahwasannya kita hanya sebagai output dari sistem yang ada. Sistem yang baik akan menciptakan output yang baik pula. Jadi berterimakasihlah kepada seluruh sistem yang telah terlibat dalam hidup kita untuk mencapai kesuksesan tersebut”. Ungkap pemuda yang ramah ini.

Bayu yang bercita-cita menjadi dosen ini, menegaskan sekali lagi “Jadilah mahasiswa yang berprestasi. Prestasi itu memiliki definisi yang beragam, banyak dari mereka yang salah kaprah memaknai sebuah prestasi. Bagi mereka, sebuah prestasi hanyalah kejuaraan, orang yang banyak mengalungkan medali dan mengangkat tropi. Namun tidak sesempit itu, prestasi adalah sebuah kontribusi, demi kebermanfaatan banyak orang. Sekecil apapun kontribusi yang telah kita lakukan adalah sebuah prestasi. Mereka yang tidak berprestasi adalah mereka yang tidak mau berkontribusi”.

“When you are winning something just for yourself, not sharing with the others, that is useless, karena Hidup menjadi bermanfaat untuk banyak orang itu jauh lebih asik”. Akhirnya dalam wawancara tersebut, Sabtu  (27/6).


http://www.gardamedia.org/2020/07/bayu-febrilliandika-berprestasi-demi.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...