“BAYU FEBRILLIANDIKA : Berprestasi demi Kebermanfaatan”
Penulis : Indah
Sundari | Editor : Resi Triana Sari
“Sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (H.R Ahmad).
Kutipan tersebut mungkin terdengar
biasa saja bagi sebagian orang, namun berbeda bagi pemuda kelahiran Medan, 12
Februari 1999 ini. Berbekal hadist tersebut, mahasiswa jurusan Teknik Industri
ini berhasil mewakili Fakultas Teknik dalam ajang pemilihan
Mahasiswa Berprestasi Universitas Sumatera Utara (Mawapres
USU) 2020. Sebanyak dua puluh mahasiswa berprestasi
perwakilan dari setiap fakultas di USU
mengikuti pemilihan Mawapres USU 2020, Jum’at (6/12) yang diselenggarakan secara virtual oleh pihak kampus. Dewan juri yang berjumlah
enam orang tersebut melakukan serangkaian penilaian dan verifikasi, hingga akhirnya menetapkan Bayu
Febrilliandika sebagai Mawapres utama I tingkat sarjana.
Pemilihan Mawapres merupakan ajang
bergengsi bagi mahasiswa perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Bayu menuturkan
bahwa dia bukanlah orang yang paling banyak berjuang dibandingkan temannya
yang lain, namun dibalik pengakuannya
tersebut, ia sangat mengenang perjuangan awal ketika dirinya berprestasi. Dimulai dengan lomba pertama kali yang diikutinya di kota ‘Jembatan Ampera’, bukan sebuah kemenangan yang diharapkannya saat
itu, namun hanya sebuah hal sederhana yang mungkin, bagi sebahagian orang sudah
sangat biasa dilakukan, Ia hanya ingin merasakan
bagaimana rasanya melayang diatas awan. Menaiki pesawat untuk pertama kalinya,
saat semester ketiga perkuliahan. Berlanjut dengan mengikuti lomba debat terbesar di Indonesia saat itu.
Lomba debat yang diselenggarakan di Salatiga tersebut berhasil menuntaskan misinya demi sebuah
tanggungan sebagai seorang ketua komunitas, dimana program kerja yang mereka
canangkan menimbulkan defisit keuangan, sehingga menimbulkan hutang sebuah
komunitas. Kenangnya.
Sebagai seorang ketua komunitas yang memiliki tanggung
jawab besar, maka dirinya berinisiatif untuk tidak melibatkan anggota nya dalam
menanggulangi hutang tersebut, melainkan dengan usaha gigih melawan rasa pesimis, Ia dan temannya berhasil meraih peringkat
satu dalam perlombaan debat tersebut. Masih banyak prestasi lain yang telah berhasil Ia torehkan, hingga dirinya menjadi
sosok yang tidak alpa prestasi lagi.
Terbingkai manis sudah prestasi-prestasinya dalam sebuah buku
maha karya yang diinisiasi oleh Smart
Generation Community, berkolaborasi dengan berbagai organisasi keilmuwan lainnya di USU, berjudul "Mahir Menulis KTI, Debat, Bisnis
Plan, dan Exchange". Berbagai macam perlombaan, baik ditingkat Regional, Nasional bahkan Internasional pun telah diikuti oleh sosok berprestasi nan
rendah hati ini.
Bayu berhasil mengukir namanya dalam berbagai prestasi,
mulai dari menjuarai
lomba debat, buissines plan, essay, invention
and design, invention and innovation juga mendapatkan beasiswa Rumah Kepemimpinan. Berprestasi tidak pula
menghalanginya untuk turut aktif dalam
berbagai
organisasi serta pengabdian kepada masyarakat yang menurutnya, sebagai seorang mahasiswa sudah seharusnya kita memiliki tanggung jawab besar
dalam kebermanfaatan bagi kampus dan masyarakat.
Bagi pemuda yang memiliki hobi membaca dan mahir public speaking ini, gelar mawapres tidak terlalu membuatnya bangga, semua orang mempunyai pola pikir dan pandangan yang berbeda terhadap makna
dari mawapres itu sendiri. “Gelar mawapres hanyalah dampak dari segala kontribusi yang kita lakukan, baik dari prestasi, organisasi maupun hal lainnya yang telah kita berikan untuk kampus maupun lingkungan sekitar kita. Ketika
kontribusi yang kita berikan
sudah layak, maka layak pula kita mendapatkan gelar mawapres
tersebut. Mawapres yang sesungguhnya, baik di tingkat kampus maupun nasional nantinya adalah mereka yang memang sudah memberikan begitu banyak kontribusi bagi almamater kampus dan juga masyarakat”. Jelas pemuda berdarah Melayu ini.
Saat mengikuti kompetisi pemilihan Mawapres USU 2020
tersebut, dengan segala kerendahan hati, Bayu mengaku tidak berekspektasi terlalu
tinggi. “Kalau
kita sudah total dalam mengerjakan sesuatu dan yakin dengan hal
tersebut, meski dibaliknya pasti ada
sebuah harapan, tetapi ekspektasi saya untuk menang, tidak ada sama sekali,
karena melihat pesaing yang saya rasa lebih layak memikul amanah sebagai mahasiswa
berprestasi ini”. Ungkapnya.
Berbagai aspek dinilai pada pemilihan mawapres tersebut, mulai dari kemampuan
berbahasa
Inggris, karya tulis ilmiah, portofolio lomba, keaktifan
berorganisasi, pengabdian kepada masyarakat dan lain sebagainya.
Mahasiswa berusia 21 tahun ini mengungkapkan
bahwa motivasi terbesarnya
mengikuti ajang pemilihan Mawapres tersebut adalah berpulang lagi kepada visi hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. “Karena
setiap kegiatan yang sudah kita lakukan harus berorientasi lagi dengan
pertanyaan, untuk apa kita diciptakan didunia ini? Tidak
lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Mendapatkan gelar mawapres merupakan salah satu jalan kita beribadah. Dengan cara mendakwahkan
segala kebaikan yang sudah kita dapatkan, memberikan inspirasi untuk banyak orang, memberikan bimbingan dan pertolongan bagi yang membutuhkan, serta memberikan
advokasi, bahwasannya sebagai mahasiswa, banyak hal yang bisa kita lakukan, begitu pula dengan kontribusi, sangat banyak kontribusi
yang bisa kita lakukan agar menjadi manusia yang bermanfaat.” Imbuh Bayu.
Kesulitan
terbesar yang
pernah dialaminya saat
berjuang meraih impiannya yakni dalam manajemen waktu dan masalah finansial, namun Ia berhasil mengatasi dan menjembatani kesulitan yang dialaminya tersebut. Dalam membagi waktu antara kuliah,
pembinaan, organisasi maupun project
perlombaan yang diikutinya,
Ia mengungkapkan bahwa: “Kita harus lebih tegas dengan diri sendiri, terutama dalam manajemen waktu. Kita mempunyai waktu
24 jam yang sama, tetapi hasil yang diperoleh dari setiap orang tidak akan sama. No pain no gain, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, maka kita
harus melakukan yang lebih, waktu kita yang terpotong, meski waktu untuk bermain kita tidak ada, waktu
tidur yang hanya 4 jam dan masih banyak konsekuensi yang harus kita korbankan, harus ada sakit yang dirasakan”.
Ungkap pemuda dengan moto hidup “live
only once, then do your best”.
Bayu merupakan sosok pekerja keras dan pantang menyerah, dapat dibuktikan dengan
kegigihannya berjualan
bakso tusuk dengan metode ‘kantin kejujuran’ di kampusnya. Sebagai seorang
mahasiswa Teknik yang sebagian besar waktu dihabiskan di dalam laboratorium, Ia
memanfaatkan situasi tersebut untuk mencari pundi-pundi rupiah yang halal dan
dipergunakan untuk membiayai segala kebutuhan terkait beragam lomba yang
diikutinya.
“Jadilah
pribadi yang mandiri dalam mengatasi permasalahan yang ada. Memulai sesuatu
dengan niat yang ikhlas dan baik, bermanfaat, apapun hambatannya pasti bisa terselesaikan, jangan menjadi pribadi
yang cengeng, karena ada orang yang lebih menderita daripada kita, namun memiliki kesuksesan yang jauh lebih berarti daripada kita”.
Anak
kedua dari tiga bersaudara ini, tak jarang mengalami kegagalan dalam hidupnya, namun dibalik kegagalan tersebut, Ia berpendapat bahwa: “Satu hal yang membedakan orang yang sukses dengan
orang yang tidak sukses adalah bagaimana cara kita dalam menghadapi kegagalan, ada yang hanya mengeluh,
menyalahkan orang lain dan mengatakan Tuhan tidak adil, namun ada juga orang
yang ketika dirinya gagal, Ia semakin bersemangat untuk membalas kegagalan tersebut dengan keberhasilan selanjutnya. Jika kita gagal
maka kita akan tahu jalan mana yang benar, jalan mana yang salah agar kita
tidak melewatinya kembali, karena berkaca pada kesalahan yang pernah kita
lakukan saat kita gagal. Maka orang yang tidak pernah gagal dan tidak mencobalah
adalah orang yang tidak pernah tahu, mana jalan yang salah dan mana jalan yang
benar, yang harus dia lewati, agar Ia bisa mencapai
kesuksesan tersebut”. Urai Bayu.
Makna
kegagalan baginya sangat variatif, tetapi ia mengatakan dengan tegas bahwa “Makna kegagalan adalah sebuah
pembelajaran untuk mencapai kesuksesan. Ketika gagal, kita belajar bagaimana cara menjadi orang
yang lebih bijaksana , karena kita berusaha mencari pembelajaran dalam peristiwa kegagalan, namun ketika kita
sukses, maka kita belajar bagaimana menjadi orang yang
bersyukur atas kenikmatan yang diberikan Tuhan atas kesuksesan kita tersebut”. Imbuhnya lagi.
Dalam rangka persiapan menuju pemilihan mahasiswa
berprestasi tingkat Nasional nantinya, Bayu tak menaruh harapan besar akan
menerima bimbingan dari pihak Universitas, namun Ia mengaku bahwa pihak
fakultas Teknik sangat memberikan dukungan dan bimbingan yang cukup signifikan.
Bayu hanya menaruh harap pada Allah semata dan terus berusaha memperbaiki
kualitas diri serta tidak menaruh rasa kecewa pada setiap proses yang akan
dilaluinya.
Bayu
mengaku bahwa pencapainya hingga saat ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah
begitu banyak mendukungnya, dari mulai Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) K3MI Al-Hadid FT USU, teman-teman dan segala
pihak didalam Rumah
Kepemimpinan, Ribak Sude Squad, serta keluarga dan teman-teman yang lainnya.
Menteri
Riset dan Teknologi Smart Generation
Community (SGC) USU ini menambahkan, bahwa dirinya hanyalah sebagai output, hasil dari sebuah
system yang selama ini dijalankan. “Teman-teman harus ingat, ketika kita berhasil, sadarkan diri kita bahwasannya kita hanya sebagai
output dari sistem yang ada. Sistem yang baik akan menciptakan output yang baik pula. Jadi
berterimakasihlah kepada seluruh sistem yang telah terlibat dalam hidup kita
untuk mencapai kesuksesan tersebut”. Ungkap pemuda yang ramah ini.
Bayu yang bercita-cita menjadi dosen ini, menegaskan sekali lagi “Jadilah mahasiswa yang berprestasi. Prestasi itu memiliki definisi yang beragam, banyak dari mereka yang salah kaprah memaknai sebuah
prestasi. Bagi mereka, sebuah prestasi hanyalah kejuaraan, orang yang banyak mengalungkan medali dan mengangkat tropi. Namun
tidak
sesempit itu, prestasi adalah
sebuah kontribusi, demi kebermanfaatan banyak orang. Sekecil apapun kontribusi yang telah kita lakukan adalah sebuah prestasi. Mereka
yang tidak berprestasi adalah mereka yang tidak mau berkontribusi”.
“When you are winning something just for yourself, not sharing with the others, that is useless, karena Hidup menjadi
bermanfaat untuk banyak orang itu jauh lebih asik”. Akhirnya dalam wawancara tersebut, Sabtu (27/6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar