Source :
Shutterstock
Aya Sofya :
Langkah Awal Optimisme Kebebasan Al-Aqsa
Penulis : Arnita
Siagian dan Intan
Sahara |
Editor : Resi Triana Sari
Gardamedia.org
– Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai gereja
katedral oleh dua arsitek Isidoros dan Anthemios (360 M) dengan nama
Megale Ekklesia (Gereja Hebat). Sepanjang sejarah Hagia Sophia telah mengalami
kehancuran dan kerusakan berkali-kali, salah satunya disebabkan oleh peperangan dengan
Tentara Romawi Barat pada tahun 1204 dan gempa bumi pada tahun 1344 yang
mengguncang Hagia Sophia, sehingga
menghancurkan struktur bangunannya.
Ketika Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil
menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei tahun 1453, Hagia Sophia dikonversi dan
dialihfungsikan sebagai masjid kekaisaran selama periode Ottoman lalu mengganti
nama Konstantinopel menjadi Istanbul.
“Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan, dan
sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pasukan (yang menaklukannya) itu dan
sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang pada saat itu” [HR. Imam Ahmad]
Perjalanan
sangat panjang menuju pengalihfungsian Hagia Sophia menjadi masjid Aya Sofya
dimulai dari tahun 2006, pemerintah Turki mengalokasikan ruangan khusus di
kompleks Hagia Sophia untuk beribadah bagi staf museum. Selanjutnya, tahun 2013
sejumlah politisi Turki dari partai pro pemerintahan yang dianggap sebagai
kekuatan Islamis, meminta agar Hagia Sophia diubah menjadi masjid kembali.
(1/7/2016) Adzan akhirnya dikumandangkan untuk pertama kalinya setelah 85 tahun lamanya
dari dalam Hagia Sophia. Pada November 2016, sebuah organisasi non pemerintah,
Asosiasi Perlindungan Monumen dan Lingkungan Bersejarah mengajukan gugatan agar
Hagia Sophia diubah menjadi masjid kembali, namun pengadilan menolak gugatan
tersebut.
(13/5/2017) Sejumlah umat Islam Turki dari Asosiasi Pemuda Anatolia (AGD) berkumpul di
depan bangunan Hagia Sophia untuk melakukan shollat shubuh berjama’ah. Mereka
meminta hal yang serupa. Di tahun yang sama, Direktorat Keagamaan Turki
(Diyanet) menyelenggarakan malam Lailatul Qadar di Hagia Sophia. Acara tersebut
ditayangkan secara langsung oleh televisi pemerintah, serta diisi dengan
pembacaan ayat suci Al-Qur’an.
(31/3/2018)
Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan membaca Surah Al-Baqarah di dalam Hagia
Sophia, didedikasikan untuk jiwa-jiwa yang telah pergi, terutama untuk para
penakluk Istanbul. Pada Maret 2019, Erdogan berjanji mengubah status Hagia
Sophia menjadi masjid kembali seraya mengatakan bahwa, adalah kesalahan sangat
besar mengubah Hagia Sophia menjadi museum.
Pada
perayaan 567 tahun penaklukan Istanbul oleh Sultan Muhammad II yang
diselenggarakan pada 29 Mei 2020 di Hagia Sophia, Surah Al-Fath yang berisikan
janji kemenangan untuk umat Islam dibacakan dengan syahdu oleh seorang Qari.
Yunani mengecam penyelenggaraan acara tersebut.
Selama 89 tahun
dijadikan museum oleh rezim Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1934 sebagai
upaya sekulerisasi terhadap Republik Turki yang baru saja didirikan, setelah
menghapuskan khalifah Utsmaniyah pada tahun 1924.
Jum’at (10/7/2020) Presiden Recep Tayyib Erdogan
resmi mengalihfungsikan Hagia Sophia dari museum menjadi masjid kembali dan
akan direalisasikan pada hari Jum’at (24/7/2020). Meski
menuai banyak
kecaman terutama dari pihak asing terhadap perubahan status ‘Situs Warisan Dunia’ UNESCO tersebut, Presiden Turki tersebut tak gentar untuk mempertahankan
keputusannya, ia mengatakan bahwa perubahan ini merupakan keharusan untuk
memenuhi kebutuhan dan hak hukum terhadap warisan bersejarah itu.
Muhammad
Al-Fatih telah mewakafkan Hagia Sophia sebagai tempat ibadah umat islam
sebagaimana yang ada dalam undang-undang wakaf, apa yang diwakafkan harus difungsikan sesuai
dengan tujuannya.
Pengadilan Turki telah
menyatakan bahwa
pengubahan Hagia Sophia menjadi museum pada saat itu adalah tindakan illegal.
Pengubahannya juga merupakan permintaan dari Thomas Whittemore, pendiri
Bizantium Amerika untuk mengubah tempat itu menjadi museum yang kemudian
diamini oleh Mustafa Kemal Attaturk keesokan harinya.
Kini pengunjung
yang ingin memasuki bangunan bersejarah itu hanya diwajibkan untuk berwudhu
saja, tidak perlu lagi membayar tiket masuk seperti yang berlaku
sebelumnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih bahwa
Hagia Sophia boleh digunakan oleh publik sebagai masjid tanpa harus membayar.
Umat Islam wajib tahu bahwa Hagia Sophia adalah simbol kemenangan Islam yang
akan merebut kemenangannya kembali, Remember 1453.
“Kebangkitan
Hagia Sophia adalah pemberi kabar dekatnya pembebasan Al-Aqsa, bukan kabar
gembira untuk umat islam saja, namun juga adalah api untuk menyalakan obor
harapan bagi mereka yang terzalimi, teraniyaya, tertindas dan terjajah”.
Jadikanlah sepenggalan orasi dari Presiden
Recep Tayyib Erdogan ini sebagai langkah awal optimisme kita dalam perjuangan pembebasan
Al-Aqsa, karena para pejuang Palestina telah lama bersabar menanti kita shallat
bersama di Masjidil Al-Aqsa yang merdeka.
http://www.gardamedia.org/2020/07/aya-sofya-langkah-awal-optimisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar