Kamis, 30 April 2020

Kabar Ibadah di Tengah Wabah



Kabar Ibadah ditengah Wabah

Penulis : M Iqbal Irwanto | Editor : Resi Triana Sari

Gardamedia.org- Beranjak lebih dari dua bulan hingga saat ini, bumi masih berselimutkan wabah Corona Virus Disease-19 (Covid-19). Telah tercatat secara global negara atau kawasan yang sedang mengalami wabah Covid-19 saat ini, sebanyak 213 kawasan, terkonfirmasi sebanyak 2.995.758 kasus dan jumlah kematian sebanyak 204.987. Indonesia sendiri saat ini telah terdapat 9.771 kasus positif Covid-19, 1.391 pasien yang berhasil sembuh dan 784 kasus kematian akibat wabah Covid-19 ini (covid19.go.id).

Masyarakat telah menaruh harapan besar agar wabah ini tidak berkepanjangan hingga Ramadhan tiba, terutama seluruh umat muslim yang merasa akan kurangnya kenyamanan dalam beribadah dibulan suci yang penuh berkah ini. Kenyataannya, sampai saat ini wabah covid-19 menjadi satu hal yang terus mengkhawatirkan masyarakat, sehingga pemerintah pun mengeluarkan surat edaran melakukan pembatasan sosial sampai pada level berskala besar, yakni pembatasan seluruh aktivitas yang dapat meningkatkan penyebaran covid-19 dengan menutup tempat-tempat umum  seperti sekolah, kampus, sebagian besar jalan raya, tempat ibadah, hingga pelarangan aktivitas mudik lebaran yang seharusnya berjalan tiap tahunnya menjelang Idul Fitri.

Beranjak dari kasus-kasus akibat dari wabah Covid-19 ini, terkait kenyamanan seorang muslim dalam melaksanakan sholat Jum'at, juga beribadah dibulan Ramadhan, ditengah wabah Covid-19 ini jelas memiliki perbedaan signifikan daripada ibadah Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu contohnya pada sholat tarawih yang biasanya dilakukan berjamaah di masjid, setelah sholat Isya', namun kini tidak dapat terlaksana sebagaimana semestinya, disebabkan banyak masjid yang tidak melaksanakan sholat tarawih berjamaah dan ditutup, perihal wabah ini.

Lantas bagaimana pandangan para ulama terkait ibadah yang seharusnya dilaksanakan berjamaah namun harus dikerjakan sendiri dirumah ketika wabah ini terjadi?

Dikutip dari berbagai media yang melansir perkataan Ustad Adi Hidayat yang mengatakan  jika suatu wilayah aman dari wabah corona, maka mereka dapat melakukan sholat berjamaah di mesjid seperti biasanya, namun apabila di wilayah tersebut sudah ada yang terpapar virus corona, maka sebaiknya tidak usah pergi sholat berjamaah ke masjid. Ia juga menekankan bahwa sholat berjamaah di rumah saat pandemi ini berlangsung, pahalanya sama dengan saat beribadah di mesjid saat situasi normal.

"... jadi cukup kerjakan sholat di rumah, di rumah pun kalau sudah biasa ke masjid pahalanya sama dengan ke masjid," ujar Ustad Adi Hidayat.

Menilik dari perkataan salah satu ulama kita tersebut, terkait pelaksanaan ibadah di kondisi pandemi saat ini, terkhusus pada bulan Ramadhan ini, bukan berarti ditengah wabah ini kita tidak dapat melakukan ibadah dan bukan pula menjadi suatu alasan untuk tidak melaksanakan perintah-Nya, meraih predikat taqwa.

Bagaimana kabar ibadahmu di tengah wabah saat ini?

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Selasa, 14 April 2020

Muhasabah Diri



MUHASABAH DIRI
Penulis : Syaruzar Fadli Ginting 

Jiwa-jiwa yang tenang...

Ya Rabb, cenderungkanlah hatiku terpaut hanya pada-Mu

Telah termaktub di dalam kitab-Mu

Manusia akan  tergolong-golong

Bersuku dan berbangsa-bangsa

Ya Rabb,  jauhkanlah diri ini dari orang-orang munafik

Orang-orang penghamba syaitan

Gaya hidup orang yahudi

Gaya hidup orang-orang kapital

Mubazir…..riba….merampok….membunuh…

Ya Rabb lindungilah diri ini...

Jagalah selalu diri ini ….

Satukanlah  diri ini dengan orang-orang yang beriman

Orang-orang yang selalu bersyukur  pada-Mu

Jumat, 03 April 2020

Menilik Kisah Umar bin Khattab ditengah Pandemi yang Berlangsung


Sumber ilustrasi : Canva

Menilik Kisah Umar bin Khattab ditengah Pandemi yang Berlangsung
Penulis : Indah Sundari & Intan Sahara | Editor : Resi Triana Sari

Gardamedia.org- Melihat isu terhangat saat ini, tentunya kita tidak asing lagi ketika mendengar kata COVID-19. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini pertama kali teridentifikasi di kota Wuhan, Cina pada 31 Desember 2019 dan telah diresmikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dampak dari COVID-19 bukanlah suatu hal yang dapat kita anggap sepele, banyak sekali  dampak yang sangat berbahaya apabila COVID-19 ini tidak langsung ditangani tim medis secara intensif. Tidak sedikit pula pihak yang telah  mengeluarkan kebijakan dalam menangani masalah COVID-19 ini, baik dari pihak rektorat perguruan tinggi, walikota, bupati, gubernur hingga kebijakan pemerintah yang langsung dipublikasikan oleh Presiden Jokowi  melalui media massa.
Salah satu cara untuk meminimalisir penyebaran virus ini adalah dengan cara melakukan social distancing dan self isolation. Social distancing dan  self isolation yang saat ini dikampanyekan dan diterapkan dengan slogan “Belajar di rumah, bekerja di rumah, dan ibadah di rumah” ini pastinya memiliki beberapa  konsekuensi yang minim, mulai dari kebosanan, pemasukan turun drastis, toko-toko dan restoran yang juga sepi. Belum lagi berbagai macam program kerja ditunda bahkan dibatalkan, dan tidak sedikit yang bukan hanya “bekerja di rumah” namun sudah “dirumahkan”. Adapula kegiatan penting yang ditunda bahkan sampai dibatalkan, seperti lamaran yang ditunda dan resepsi pernikahan yang dibatalkan.
Konsep ini memang berat dan banyak yang harus dikorbankan, sehingga sekilas terlihat merugikan, namun sebelum kita terlalu jauh berpikir negatif mari renungkan sebuah sabda Nabi yang “menjanjikan balasanterhadap seluruh kerugian yang kita alami kini, yang membuat orang-orang beriman tersenyum bahagia

‎فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ ".إسناده صحيح على شرط البخاري • أخرجه البخاري (٣٤٧٤)، وأحمد (٢٦١٣٩) واللفظ له. قال ابن حجر رحمه الله : "اقتضى منطوقه أن من اتصف بالصفات المذكورة يحصل له أجر الشهيد وإن لم يمت ". فتح الباري (194/10)

Artinya: … maka tidak ada seorangpun saat terjadinya thoo’uun ia berdiam diri di rumahnya dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari Allah (muhtasiban), ia mengetahui (yakin) bahwa tidak ada yang menimpa dia kecuali apa yang Allah tetapkan padanya kecuali ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid. [HR bukhari 3474, ahmad 26139 dan ini lafazh imam ahmad, shahih dengan syarat imam bukhari].
Mari kita telaah hadist tersebut: Imam ibn Hajar rahimahullah menerangkan bahwa konsekuensi yang tersurat dari hadits ini adalah barang siapa yang memiliki kondisi/sifat seperti yang disebutkan dalam hadits ini maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid walaupun ia selamat dan tidak meninggal dunia (dalam wabah tersebut).
Oleh karena itu haruslah kita penuhi persyaratannya, menurut Ustad Nuzul Dzikri hafizallahu ada beberapa syarat yang harus kita penuhi untuk mendapatkan pahala setara dengan orang yang mati syahid seperti yang dipaparkan diatas, antara lain sebagai berikut:
1. Berada di rumah dan tidak keluar karena ingin melarikan diri dari wabah.
2. Sabar, tidak panik, tidak galau dalam menerima ketetapan Allah dan ridha terhadap takdirnya, serta tidak keluar karena melarikan diri dari rumah atau daerah tersebut (lihat fathul baarii).
3.  Mengharapkan pahala dari Allah saat ia berdiam diri di rumah.
4. Meyakini bahwa apapun yang terjadi padanya adalah ketetapan dan takdir dari Allah, ia tidak galau dan panik serta tidak menyesali mengapa ia berada di rumah.
Jika semua kriteria diatas terpenuhi, niscaya kita akan mendapat pahala orang yang mati syahid. Saudaraku, memang social distancing atau dengan tetap berada di rumah merugikan banyak orang secara duniawi, namun Allah akan menggantikannya dengan ganjaran yang jauh lebih besar, sehingga kerugian duniawi yang kita alami benar-benar akan terbayarkan. Apabila berniat dan bertekad untuk berada di rumah untuk mendapatkan pahala mati syahid, namun harus keluar dari rumahnya karena alasan syar’i maka In Syaa Allah kita tetap mendapat pahala orang yang mati syahid, seperti para pejuang medis, dan lainnya. Sebagaimana redaksi hadist di atas, dalam riwayat shahih bukhari “di negeri nya” lebih umum dari redaksi “di rumahnya”.
Saat ini memang banyak yang mempermasalahkan kaitan social distancing dengan sholat berjamaah di masjid dan sebagainya, namun banyak pendapat ulama dan fatwa ulama yang memperbolehkan untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah dan shalat jumat di Masjid, bila terjadi wabah yang cepat menular di suatu tempat. Bahkan sejarahnya disebutkan oleh Az-Zahabi bahwa dahulu masjid di Mesir dan Andalusia pernah ditutup dan dikosongkan karena wabah yang terjadi pada tahun 448 H. Pemerintah Indonesia dan MUI mengeluarkan himbauan dan bukan merupakan suatu keharusan, sehingga keputusan shalat berjamaah atau tidak dikembalikan lagi kepada daerah masing-masing dan kebijakan masing-masing sesuai dengan pertimbangan kepala daerah setempat, para ustadz dan ahli medis setempat. Disinilah hendaknya kita berlaku untuk tidak saling mencela dan saling memahami keadaan yang terjadi.
Wabah penyakit yang sedang terjadi saat ini pun pernah terjadi sebelumnya, pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, yaitu ketika khalifah Umar membatalkan kunjungannya ke Syam dikarenakan sesaat ia sampai ke Saragh sebuah daerah di Lembah Tabuk dekat dengan Syam, Abu Ubaidah sang gubernur memberitahu bahwa daerah tersebut telah terkena wabah penyakit. Hal ini sempat membuat khalifah Umar bingung untuk melanjutkan kunjungannya atau tidak.
Sang Amirul Mukminin itu pun meminta  dipanggilkan beberapa tokoh Muhajirin sepuh untuk meminta saran, namun terjadi perdebatan diantara tokoh-tokoh sepuh tersebut, beberapa menyarankan khalifah Umar untuk tetap melanjutkan perjalanannya dan beberapa menyarankan untuk kembali ke Madinah. Dari pertemuan khalifah Umar dengan tokoh-tokoh sepuh Muhajirin ini tak menemui titik terang, lalu Umar menyuruh Ibnu Abbas untuk memanggil tokoh-tokoh Anshor, lagi-lagi beliau tidak menemukan jawaban.
Bagaikan kapal ditengah luasnya samudera, Umar kelimpungan mencari arah mata angin yang akan membawanya mencapai tujuan dan segera menemui titik terang, tak menyerah dengan keadaan, khalifah Umar pun meminta agar didatangkan sesepuh Quraisy yang hijrah ketika peristiwa penaklukkan kota Makkah. Sesepuh tersebut menyarankan agar Umar mengurungkan niatnya untuk pergi mengunjungi Syam, daerah yang sedang terkena wabah penyakit saat itu. Khalifah Umar pun setuju dan segera kembali ke Madinah.
Seperti yang dijelaskan oleh Abdurahman bin Auf, tindakan yang dilakukan Khalifah umar ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: "Apabila kalian mendengar ada wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya”.
Hikmah yang dapat kita petik bersama dari kisah  khalifah Umar bin Khattab tersebut adalah sebagai umat muslim sepatutnya mengikuti ajaran Rasulullah untuk menghindari daerah yang sedang terjangkit suatu wabah penyakit dan tetap berada di daerah tersebut jika kita merupakan salah satu penduduk dari daerah yang terkena wabah.
Mulai sekarang, sudah seharusnya kita mengikuti arahan pemerintah untuk #dirumahsaja selama wabah penyakit ini masih berlangsung, agar menghindari segala bentuk penularan wabah penyakit yang sedang terjadi di lingkungan luar rumah kita dan meminimalisir terjadinya penularan yang berpotensi tinggi, dengan #dirumahsaja berarti kita tidak turut menyambung rantai penularannya dan membantu Indonesia untuk kembali pulih dari kondisi ini.

http://www.gardamedia.org/2020/04/menilik-kisah-umar-bin-khattab-ditengah-pandemi-yang-berlangsung.html

Kamis, 02 April 2020

Bumiku dalam Kesabaran



Bumiku dalam Kesabaran

Penulis : Ella Januarti Efni | Editor : Resi Triana Sari

Saudaraku,  tahu kah kamu? 
Ketika makhluk-Nya datang menghampiri bumi... 
Bumi seakan diam tak bersuara... 
Ketika makhluk-Nya mulai berinteraksi... 
Bumi pun mulai menggemakan suaranya... 
Kala itu,  semua terasa berubah dan berbeda... 
Ketika awalnya bisa beraktivitas seperti biasa, namun kini sudah tak bisa lagi... 
Saudaraku,  masih ingatkah apa yang telah kamu lalui selama dibumi ini? 
Masih ingatkah seberapa banyak kebaikan yang kau tanamkan selama di bumi ini?  
Apakah kau merasa cukup dengan kebaikan tersebut? 
Tidakkah kau bersedih, ketika umur bumi ini tak lagi lama
Ketika umurmu pun juga tak lagi lama... 
Saudaraku janganlah bersedih... 
Masih ada waktu untukmu,  untuk kita semua... untuk berbenah diri...
Mungkin,  semua aktivitas kini terasa di batasi oleh keadaan ini... 
Mungkin, keadaan ini terasa begitu mencekam... 
Namun ingatlah,  masih ada keadaan yang lebih mencekam dibandingkan hari ini... 
Yaitu hari pembalasan... 
Hari dimana masing-masing jiwa mempertanggungjawabkan perbuatannya seorang diri
Hari dimana tak seorang pun mampu berucap dusta
Hari dimana tak seorang pun mau dan sanggup membantumu menjawab langsung pertanyaan Ilahi Rabbi..
Saudaraku,  sadarkah kamu semua amalan-amalan yang dulu kita lalaikan karna kesibukan, sekarang tak semua bisa lagi  bisa kita kerjakan... 
Namun berbahagialah wahai jiwa, masih ada aktivitas yang tetap bisa kita lakukan... 
Bahkan bisa kita tingkatkan dari sebelumnya... 
Yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta...
Dengan menyiapkan waktu untuk lebih dekat dengan Al-Qur'an... 
Dengan kembali bangun di sepertiga malam dan memohon taubat kepadaNya...
Tidak kah bibirmu rindu melafadzkan ayat suci Nya...?
Sangat rindu bukan ? 
Mari kita perbanyak kegiatan kita dengan hal-hal yang bermanfaat... 
Mari kita tingkatkan amal ibadah kita yang dulu sempat kita lalaikan... 
Saudaraku, hadapilah keadaan ini dengan sabar...
Bersabarlah dalam menjalankannya... 
Saudaraku,  Sabar itu melelahkan tapi percayalah sabar ini akan membuat semua indah pada waktunya...
Layaknya mentari menyapa dikala fajar menyingsing


Efektivitas Aplikasi Pembelajaran Jarak Jauh bagi Mahasiswa ditengah Pandemi Korona



Sumber ilustrasi : google

Efektivitas Aplikasi Pembelajaran Jarak Jauh bagi Mahasiswa ditengah Pandemi Korona

Penulis : Arnita Siagian & Zahra Adlia Khairunnisa | Editor : Resi Triana Sari

Gardamedia.org- Pandemi yang diketahui sudah masuk ke Indonesia pada awal Maret sangat mempengaruhi aktivitas masyarakat, termasuk salah satunya adalah mahasiswa. Sebagai upaya pencegahan, pemerintah telah mengeluarkan himbauan untuk melakukan aktivitas dari rumah (Work From Home). Sejak pemerintah mengeluarkan surat edaran pemberhentian sementara kegiatan belajar tatap muka akibat pandemi COVID-19 yang berlangsung di Indonesia, aplikasi belajar online mulai banyak digunakan sebagai media pembelajaran dari rumah. Banyak aplikasi yang dapat dijadikan platform belajar secara online, seperti google classroom yang disediakan oleh Google, aplikasi zoom dan lain sebagainya.
Ada beberapa aplikasi yang disarankan untuk digunakan para mahasiswa dalam melaksanakan sistem belajar jarak jauh secara online yaitu google classroom, whatsapp group yang berbentuk room chat serta aplikasi zoom yang memiliki fitur video call. Ketiga aplikasi tersebut memiliki efisiensi yang berbeda bagi para mahasiswa, sebagai berikut :
 1) Google classroom
Google classroom merupakan platform belajar online yang dapat menghubungkan dosen dan mahasiswanya. Google classroom yang dirilis pada tahun 2014 ini merupakan bagian dari program Google G Suite Education. Google classroom dilengkapi dengan berbagai fitur dan cenderung lebih mudah digunakan. Dosen dan mahasiswa harus memiliki akun Google agar dapat saling terhubung. Mahasiswa bisa melakukan proses perkuliahan di manapun dan kapanpun. Google classroom memiliki menu utama sebagai berkut :
  1. Stream yang digunakan untuk membuat pengumuman, mendiskusikan gagasan dan melihat materi yang dibagikan oleh pengajar
  2. Classwork digunakan dosen atau pengajar untuk memberi tugas dan kuis. Tugas yang akan disubmit dapat berbentuk file seperti video, gambar dan dokumen tanpa diketahui orang lain
  3. People berfungsi untuk menambahkan mahasiswa melalui kode akses yang disediakan pengajar.
Dosen dapat membagikan materi pembelajaran ke dalam kelas dan memberikan tugas. Dosen juga dapat mengatur batas waktu dalam mengerjakan kuis dan pengumpulan tugas. Setelah dosen membagikan materi belajar, sesi selanjutnya adalah diskusi. Pada sesi diskusi ini mahasiswa dapat bertanya kepada dosen mengenai materi yang kurang dipahami. Dosen dapat memantau siapa saja yang sudah mengirimkan tugas dan siapa saja yang belum mengirimkan tugas. Dosen juga dapat langsung memberikan skor penilaian tugas. Penggunaan google classroom tidak memerlukan banyak kuota, namun karena google classroom tidak memiliki fitur video tatap muka seperti pada aplikasi zoom, sehingga tidak dapat dipastikan bahwa mahasiswa akan membaca ataupun memahami materi pembelajaran secara menyeluruh diskusi sehingga materi pembelajaran kurang tersampaikan secara baik dan efektif.

 2) Whatsapp Group
Whastsapp merupakan aplikasi yang sangat familiar di kalangan masyarakat, terutama mahasiswa. Aplikasi ini juga bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Whastsapp group yang mampu menampung hingga 256 orang ini dapat dimanfaatkan untuk berdiskusi dan mengirimkan file dalam berbagai bentuk seperti gambar, video maupun dokumen.
Dibalik kelebihan yang dimiliki aplikasi ini, whastsapp juga memilki kekurangan sebagai aplikasi belajar online karena privasi antar mahasiswa kurang bisa terjaga. Dalam aplikasi ini, semua anggota grup dapat melihat dan mengakses semua dokumen yang dikirim salah satu anggota grup, dimana artinya bila kita telah selesai mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan mengirimkannya ke dalam grup, semua mahasiswa lain yang berada dalam grup tersebut bisa melihat hasil kerja kita.
 3) Zoom
Berbeda dengan google classoom, aplikasi zoom merupakan aplikasi komunikasi berupa video tatap muka secara online hingga 1000 peserta. Menggunakan aplikasi zoom ini kita dapat melakukan pertemuan secara online, berbagi file, mengirim pesan teks dan juga pesan suara. Pengoperasian aplikasi ini juga tidak terlalu sulit, setelah kita men-download aplikasi ini, langkah selanjutnya adalah mendaftar menggunakan alamat email. Pada aplikasi ini, dosen dapat menjelaskan secara langsung materi yang sedang dipelajari dan mahasiswa dapat melihat dan mendengar penjelasan tersebut. Mahasiswa juga dapat merekam proses belajar mengajar yang berlangsung, untuk mengulang kembali materi tersebut  jika diperlukan. Penggunaan aplikasi ini memang membutuhkan lebih banyak kuota dibandingkan google classroom.
Ketiga aplikasi diatas memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Pemilihan aplikasi tersebut bergantung kepada kesepakatan dosen dan mahasiswa. Ketiga aplikasi ini dapat menjadi sangat efektif bila digunakan secara baik sesuai kebutuhan.   


Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...