![]() |
sumber ilustrasi : goodnewsfromindonesia.id |
Bergeraklah Wahai Pemuda
|
Penulis : Annissa
Kamila Mardhiyyah | Editor : Resi Triana Sari
Sejak dahulu, pemuda selalu
menjadi garda terdepan dalam pergerakan di Indonesia. Kilas balik sejarah
mengantarkan kita pada peran pemuda dalam Rengasdengklok menjadi salah satu
bukti tapak tilas pemuda. Peran lain datang dari Sutan Sjahrir yang bergerak
sebagai seorang diplomat yang cemerlang dalam menjaga Indonesia dan meyakinkan
dunia bahwa Indonesia telah merdeka secara de facto dan de
jure. Rekam jejak sumpah pemuda menjadi saksi bahwa pemuda Indonesia hadir
sebagai pemersatu tanah air.
Merujuk pada catatan historis yang menjadi
penguat bahwa pemuda termasuk salah satu katalisator perjuangan yang menambah
rasa kepercayaan diri para pemuda hari ini. Kenyataan yang ada, memang banyak
pemuda-pemudi yang bergerak dan terus berproses, namun tak jarang
sebagian diantaranya bergerak hanya sebagai netizen yang budiman untuk ikut
menyuarakan pendapat melalui jejaring sosial, ada yang berkomentar
baik dan ada pula yang memancing bunuh diri para korban dan ada pula
yang mudah terbawa arus informasi, bingung memilih antara berita benar dan
berita bohong. Perbedaan yang sering terjadi, kerap kali menjadi sarana hinaan
bagi orang lain, bukan memberikan komentar membangun, namun kerap kali
menggunakan bahasa yang menyakiti.
Semakin lama, cahaya dari masa lampau kian memudar. Memoar tersebut mulai hilang, sejarahnya tetap ada, meski masih tertulis, tapi implementasi dari hikmah yang diberikan perlahan berubah. Bangga akan peran sebagai pemuda justru menuntut kita untuk terus bergerak dalam medan kebaikan. Bila ada yang berkata Indonesia butuh anak muda, agaknya terasa sedikit pongah dan menimbulkan efek samping bagi beberapa insan, subjek yang positif pun mendadak terlihat negatif.
Memang benar adanya, Indonesia membutuhkan anak muda, tapi sejatinya pemuda lah yang membutuhkan Indonesia. Lahir dari negara ber-flower yang setiap harinya memiliki tugas yang berbeda, kadang mudah namun tak jarang semakin sulit. Amanah sebagai seorang penenang di saat masyarakat tengah kebingungan dengan prahara negeri ini.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia lain” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni.
Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Menebar kebermanfaatan bukanlah hal yang asing, namun dalam implementasinya justru tidak mudah, dibutuhkan konsistensi dan keteguhan hati untuk terus berbagi kebaikan di muka bumi. Kehadiran seseorang haruslah menghadirkan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Jika hari ini kamu terlahir sebagai seseorang yang berkebangsaan Indonesia, maka tebarlah kebermanfaatan di negerimu, jangan termakan memoir masa lalu yang mengakibatkan terjebak dalam bayang-bayang semu yang tak bisa membawa perubahan bagi diri dan bangsa.
Dalam menebar kebermanfaatan tentunya tidak terbatas pada lokasi geografis, tapi hari ini sebagai manusia pribumi yang banyak mempelajari kondisi masyarakat dan geografis lingkungan, bukankah harusnya jauh lebih mudah bagi kita untuk bergerak maju memberikan kebermanfaatan. Sudah bukan waktunya lagi menjadi manusia yang berbangga diri, dunia sudah terlalu penuh dengan manusia yang bergerak sendiri-sendiri. Ingatlah bahwa dalam membangun peradaban yang berbasis kebermanfaatan dibutuhkan sebuah kolaborasi aktif untuk meningkatkan masyarakatnya. Selagi masih disini, di negeri ini, maka marilah bergerak maju bersama untuk kebaikan negeri ini. Seluruh putra-putri Indonesia harus bergerak dengan tekad yang satu dan bergerak saling mendukung. Tidak mencaci apalagi saling membenci, mari bangkitlah, untuk membangun negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar