Tersentak qolbu ketika mendengar, menulis, mengingat sebuah sosok yang sederhana namun bersahaja, sosok yang sudah dipastikan Allah SWT masuk ke syurga-Nya, sosok yang membawa peradaban Islam menjadi lebih sempurna, Beliau kekasih Allah SWT panutannya umat manusia.
Begitu mudah mengatakan bahwa Rasulullah SAW adalah panutan ku, namun menyelaraskan antara perkataan, hati, dan perbuatan tidak semua manusia akhir zaman ini yang mampu. Kemewahan yang ditawarkan dunia pada akhir zaman membuat manusia lalai, apatis, bahkan lupa bahwa dunia ini hanya sementara, dan semua akan kembali kepada-Nya, begitu juga dalam mengingat Allah dan Kekasih-Nya.
Mengilas balik perjalanan Rasulullah SAW dalam membangun peradaban Islam dapat menjadi pemicu untuk meningkatkan iman.
Dimana semuanya berawal dari pertemuan pertama Rasul dengan Malaikat Jibril di
Gua Hira menyampaikan bahwa gelar Nabi telah Beliau dapatkan. Kemudian penduduk
Arab mengatai Rasulullah gila, penyihir, karena Beliau mengakui bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT.
Sungguh pedih hati Rasulullah saat Islam ditolak mentah-mentah. Ketika ia menyampaikan kebenaran dan membuktikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan kekuasaan Allah SWT. Seperti saat membelah bulan, kaum kafir yang tadinya sengaja menentang Nabi Muhammad SAW didepan pengikutnya untuk menyudutkan Beliau dan mempertanyaan kenabian Beliau, menjadi mengelak dengan mengatakan bahwa Muhammad SAW adalah seorang penyihir.
Tidak lupa kisah para sahabat yang bertanya pada Rasul ketika Beliau berada diatas mimbar. “Nanti mereka akan minum dari telaga ini” kata Rasul. “Kami kah itu ya Rasulullah?” tanya sahabat dengan penuh harap. “Tidak,” jawab Rasul. “kalian adalah sahabatku, sedangkan yang kuceritakan adalah ummatku”.
Marilah kita bersholawat pada Beliau, 1400 tahun lebih yang lalu Beliau selalu memikirkan kita tanpa tau bagaimana sikap kita sekarang padanya. Apakah kita sudah mencintainya? Apakah kita termasuk ummat yang dirindukan Rasul? Jika ya, apa bukti kita cinta padanya? Sudahkah kita terapkan sunnah beliau dalam kehidupan kita? Jika tidak, marilah kita lebih mengenal sesosok manusia yang menjadi panutan umat tersebut. Betapa beruntungnya kelak jika diakhirat kita bertemu dengan Rasulullah SAW di syurga yang paling terindah.
Begitu mudah mengatakan bahwa Rasulullah SAW adalah panutan ku, namun menyelaraskan antara perkataan, hati, dan perbuatan tidak semua manusia akhir zaman ini yang mampu. Kemewahan yang ditawarkan dunia pada akhir zaman membuat manusia lalai, apatis, bahkan lupa bahwa dunia ini hanya sementara, dan semua akan kembali kepada-Nya, begitu juga dalam mengingat Allah dan Kekasih-Nya.

Sungguh pedih hati Rasulullah saat Islam ditolak mentah-mentah. Ketika ia menyampaikan kebenaran dan membuktikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan kekuasaan Allah SWT. Seperti saat membelah bulan, kaum kafir yang tadinya sengaja menentang Nabi Muhammad SAW didepan pengikutnya untuk menyudutkan Beliau dan mempertanyaan kenabian Beliau, menjadi mengelak dengan mengatakan bahwa Muhammad SAW adalah seorang penyihir.
Tidak lupa kisah para sahabat yang bertanya pada Rasul ketika Beliau berada diatas mimbar. “Nanti mereka akan minum dari telaga ini” kata Rasul. “Kami kah itu ya Rasulullah?” tanya sahabat dengan penuh harap. “Tidak,” jawab Rasul. “kalian adalah sahabatku, sedangkan yang kuceritakan adalah ummatku”.
Marilah kita bersholawat pada Beliau, 1400 tahun lebih yang lalu Beliau selalu memikirkan kita tanpa tau bagaimana sikap kita sekarang padanya. Apakah kita sudah mencintainya? Apakah kita termasuk ummat yang dirindukan Rasul? Jika ya, apa bukti kita cinta padanya? Sudahkah kita terapkan sunnah beliau dalam kehidupan kita? Jika tidak, marilah kita lebih mengenal sesosok manusia yang menjadi panutan umat tersebut. Betapa beruntungnya kelak jika diakhirat kita bertemu dengan Rasulullah SAW di syurga yang paling terindah.
Penulis : Ilaysara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar