Kamis, 20 Juni 2019

Equaliz : Band Asal USU yang Menoreh Banyak Prestasi di Tinggkat Nasional.


Musik tanah air memang berkembang dengan pesat. Banyak musisi yang kini hadir mengisi dunia permusikan. Beragam kreasi pun dihasilkan. Tak ketinggalan, band kebanggaan Medan ini pun turut meramaikan permusikan Indonesia.
Ada pepatah mengatakan bahwa seseorang akan dikenal lewat karya yang dihasilkannya. Hal tersebut ternyata menjadi motivasi dan inspirasi bagi salah satu band asal Medan ini.
Adalah Equaliz, band Indie Medan yang dibentuk pada tanggal 1 Oktober 2014 ini mengukir banyak prestasi di dunia musik. Karena memiliki ketertarikan yang sama dalam bermusik, Benny (vokalis), Salomo (keyboardist), Joseph (bassist), Samuel (gitaris), dan Goppaz (drummer) sepakat untuk membentuk sebuah band sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan selama menempuh studi di Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU). Etnomusikologi memang dikhususkan sebagai tempat mahasiswa untuk mempelajari seni musik dan budaya, baik daerah maupun modern.
Berbagai prestasi telah berhasil diraih oleh Equaliz baik di tingkat lokal dan juga nasional seperti menjadi Finalis Soundrenaline 2015 di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali, Ranking 1 Samosir Band Festival 2016, Ranking 1 Samosir Band Festival 2017, delapan besar ajang bergengsi, Rockin Battle 2017 dan berhasil mendapatkan gelar “The Mighty 8”, dan masih banyak lagi.
Prestasi-prestasi yang diraih tentu saja tidak terlepas dari latihan yang rutin. “Practice Makes Perfect”. Itulah yang diterapkan oleh masing-masing personil Equaliz. Berkat latihan yang ekstra, Equaliz mampu menggebrak banyak panggung musik di berbagai kota di Indonesia. Beberapa diantaranya ialah tampil sebagai Guest Star Siantar Man Art Festival 2017 di Siantar, Guest Star Happy Birthday Indonesia Festival 2017 di Gambil Expo Kemayoran, Guest Star Pesona Budaya Batak 2017 di Parapat, Opening Padi Reborn 2018 di Mojokerto, Pandaan, dan Kepanjen Jawa Timur, Guest Star Super Music Rock 2018 di Magentan, Guest Star Road To HodgePodge Super Fest 2018 di Surabaya, Guest Star Super Adventure Monster Road 2018 di Banten dan 2019 di Tuban, Jawa Timur, serta masih banyak lagi.

 


Equaliz sendiri sudah memiliki beberapa karya lagu dimana lirik dan arrasement lagunya diciptakan oleh masing-masing personil. Beberapa single dari Equaliz yakni Pergi-Pergilah Kau dan Svara Jiwa telah banyak diperdengarkan di radio dan plattform musik, diantaranya Spotify, ITunes, JOOX, dan Souncloud.  Karya-karya mereka ini diterima baik oleh para pendengar di Medan maupun di luar Medan.
Equaliz juga disibukkan dengan persiapan album baru mereka. Album ini akan bersikan sepuluh lagu dimana lagu hits terdahulu mereka, Pergi-Pergilah Kau dan Svara Jiwa, akan dimasukkan juga sebagai track list album ini.
“Kami berharap proses persiapan album ini dapat segera selesai dengan baik. Pendengar juga bisa dengar lagu kami dan hapal liriknya. Kedepannya kami ingin Equaliz menjadi inspirasi bagi band-band lokal lain dalam berkarya dan Equaliz dapat lebih berkembang di dunia permusikan Indonesia,” ungkap Ciks selaku manager Equaliz.
            Reno sang bassit juga mengutarakan harapannya akan album mereka ini. “Harapannya ya supaya dengan album baru ini bisa membuat nama Equaliz semakin terkenal di industri musik nasional,” tuturnya.



Penulis: Cindy Gloria
Editor: Munir Suteja


Nadya Pinem, Sang Inspirator Beauty Enthusiast Anak Muda Masa Kini



Perkembangan zaman terus berubah ke arah yang lebih praktis. Menuntut kita sebagai manusia yang menikmati zaman ini agar selalu ikut ambil bagian dalam setiap perubahannya. Media sosial adalah salah satu contoh dari hasil perkembangan zaman. Yang mana dapat kita rasakan  bersama bahwa media sosial sudah menjadi kebutuhan bagi kita.     Banyak sekali hal- hal positif yang dapat kita rasakan dengan berseluncur di media sosial. Seperti fenomena saat ini, media sosial sudah banyak dijadikan penggunanya sebagai pintu rezeki. Salah satu contohnya ialah iklan komersial yang sering kita saksikan di media sosial. Dengan hadirya iklan memberikan keuntungan yang lumayan bagi penggguna media sosial.

            Nadya Pinem adalah salah satu contoh anak muda yang memanfaatkan media sosial sebagai wadah untuk belajar  dan berbagi tentang hobinya yaitu  merias wajah. Sosok yang  masih mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan Universitas Sumatera Utara ini sangat percaya bahwa untuk meraih kesuksesan tidak hanya harus bergelut dalam bidang akademik saja. Namun kesuksesan bisa saja kita dapatkan dengan memaksimalkan hobi yang kita punya. Terbukti bahwa gadis yang masih berusia 21 tahun ini sukses menjadi beauty enthusiast dengan berbagi tips- tips make upnya dalam media sosial. Hobi nya dalam dunia kecantikan membuat ia kini memiliki 6000 pengikut dalam instagram serta 200 pengikut di akun youtubenya. Padahal hobinya ini masih berjalan selama satu tahun. Dan di tahun ini Nadya terpilih sebagai brand ambassador salah satu merk kecantikan lokal di indonesia.

            Dalam menjalankan hobinya saat ini, hingga ia banyak di kenal orang ternyata Nadya juga sukses di bangku perkuliahnnya. Dibuktikan dengan nilai indeks prestasi kumulatif yang dapat ia raih yakni 3,68. Menurutnya sukses bisa saja kita raih dengan apa yang kita senangi. Memang dalam dunia kecantikan kreatifitas adalah salah satu kuncinya.  Inilah yang selalu di asah oleh Nadya hingga ia mampu melakukan trik- trik yang tergolong susah dalam merias wajah. Mulai dari make up natural hinggal bold make up telah mampu ia kuasai. 

.           “ Anak muda milenial seperti kita jangan patah semangat dalam melihat kesempatan yang ada didepan mata. Manfaatkan waktu muda sebaik mungkin, karena kesuksesan bisa diraih kapan saja. “ sebut Nadya. Kedepannya Nadya berharap agar selalu bisa menginsipirasi anak muda terutama remaja wanita yang memiliki hobi yang sama dalam dunia makeup. 


editor: Munir Suteja

Jumat, 14 Juni 2019

Sukses di GenBI dan PPAN, Shitaa Bertekad untuk Berdayakan Masyarakat



“..ketika kita mengenal banyak manusia, kita akan semakin mengenal diri sendiri..”

Jika kita berbicara mengenai pemberdayaan masyarakat, kita akan menjumpai sekelompok orang yang biasanya memiliki kepentingan pada bidang tertentu. Terlebih saat masa kampanye politik, dimana sekelompok orang bertujuan mendapatkan massa dan dukungan. Namun, hanya segelintir anak muda tulus yang memiliki niatan demikian, memberdayakan masyarakat.

Ialah Shitaaram, Mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara 2014 ini, memiliki tekad untuk memperdayakan masyarakat kota, khususnya kaum disabilitas dan minoritas. Hal ini disampaikannya usai wawancara mengenai misi berikutnya, setelah ia kembali ke tanah air setelah mengikuti Program Pertukaran Pemuda Antar Negara di Jepang kemarin.

“Aku ingin mengabdikan diriku untuk masyarakat khususnya masyarakat disabilitas dan minoritas yang aku rasa sering dikucilkan oleh masyarakat luas. Hal ini aku inginkan karena aku ingin berdampak dan berkontribusi untuk lingkunganku setelah aku mendaptakan banyak pengalaman selama aku bergabung di Generasi Baru Indonesia (GenBI) dan Pertukaran Pemuda Antar Negara Indonesia (PPAN) kemarin,” ungkap Shitaa tersenyum.

Berbeda dan Berdampak
Shitaa adalah gadis berdarah campuran. Ayahnya berasal dari Suku India Tamil dan Ibunya Sunda. Selain itu ia juga dilahirkan di negeri Jiran Malaysia, walau akhirnya ia berstatus kewarganegaraan Indonesia. Menurut Shitaa, etnis India Tamil tergolong masyarakat minoritas di kota Medan ini. Padahal, orang-orang India ini memiliki potensi dan intelligence yang sangat mendukung untuk perkembangan dan keragaman budaya bangsa Indonesia. Namun, seringkali mereka merasa minder untuk mencoba banyak hal, karena takut dikucilkan etnis mayoritas.

Melalui persepsi seperti ini, Shitaa akhirnya merencanakan beberapa rancangan untuk membangun masyarakat ke depannya. Alasan dirinya memilih kaum disabilitas dan minoritas, karena ia ingin memberikan pemahaman dan konsep baru bahwa ‘Siapa saja berhak untuk mendapatkan kesempatan meraih kesuksesan.’

Shitaa juga mengaku bahwa keinginannya ini ia tekadkan selama dirinya menjalani proses belajar di PPAN 2018. Dirinya memiliki kesempatan untuk mengelilingi 10 negara Asia, khususnya Jepang sebagai sponsor utama dari kegiatan PPAN-SSEAYP (The Ship of South East Asian and Japanese Youth Program). Selama di perjalanan dirinya mengamati berbagai hal yang kemudian merubah cara pandangnya. Ia juga mempelajari pola kehidupan masyarakat di luar Indonesia dan Kota Medan serta membandingkannya dengan masyarakat di dalam negeri.

“Aku rasa, kita mampu dan siap untuk melakukan ini. Sebab aku ingin mendorong kaum disabilitas dan etnis minoritas ini untuk percaya bahwa mereka mampu, mereka bisa. Kita tak perlu membatasi diri lagi jika mau melakukan suatu yang positif dan berdampak. Kita harus bertemu banyak orang di luar lingkungan kita untuk mengenali sejauh mana kemampuan kita. Karena ketika kita banyak mengenal manusia, kita akan semakin mengenali diri kita sendiri,” kata Shitaa bersemangat.

Dirinya menganggap bahwa isu mengenai keberagaman di Indonesia sangatlah unik dan menarik. Dan keunikan ini wajib ditonjolkan untuk contoh negara yang aman dan penuh toleransi antar manusianya dikancah dunia.

Shitaa sendiri memiliki pengalaman terjun ke masyarakat melakukan pengabdian melalui kegiatan yang diikutinya. Salah satu dari pengalamannya adalah ia sempat ikut program PEMA FEB mengajar di sekolah dasar PAB-IT dan Surya Bahagia, serta juga kegiatan sosial lainnya yang ia dapat melalui komunitas penerima beasiswa GenBI USU. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut dirinya kemudian memiliki bekal untuk mewujudkan mimpinya memberdayakan masyarakat disabilitas dan minoritas. 

“Semuanya ini aku tekadkan karena aku sudah banyak mendapatkan kesempatan berharga dari Tuhan. Tuhan sudah memberi segalanya untukku, lulus PTN, beasiswa, exchange, IPK Cumlaude, orang tua yang selalu mendukung dikasi sama Tuhan buatku. Bahkan sampai detik ini aku masih bisa bernafas juga atas izin dari pemberian Tuhan. Jadi, aku gak punya alasan untuk tidak mau memberikan kontribusi dan warna baru bagi mereka yang memiliki keterbatasan dan keadaan yang berbeda,” harap Shitaa berkaca-kaca.





Radif Publisher

Melestarikan Musik Batak Toba Bersama Scripture Band




Kecintaan akan budaya semakin terkikis oleh generasi Milennial pada saat ini, bahkan mereka semakin tidak tau bagaimana budaya yang mereka miliki. Keprihatinan itu membuat sekelompok anak muda dari Universitas Sumatera Utara turut andil dalam permalalahan terkikisnya rasa cinta akan budaya, maka untuk itu terbentuklah Scripture Band .

Scripture Band merupakan Band Etnis-modern yang beranggotakan Sardo Nababan (Vocalis), Sandi Sinaga ( Gitarist), Andreas Sinaga ( Drummer), Roland Tobing (Seruling), Andre Yohanes Saragih ( Taganing), Ananda Nainggolan (Keyboardits), Fransiskus Giawa (Bass).   Terbentuknya band ini karena mereka ingin melestarikan budaya mereka terutama musik Batak Toba , dimana mereka melihat semakin tidak adanya keperdulian para generasi milennial terhadap warisan budaya leluhur mereka.

Dengan motto “ Lestarikan Budaya Batak”,  Scripture Band mengajak para generasi  Milennial untuk mencintai budaya dan melestarikan budaya mereka. Dengan motto ini menjadi pondasi kuat bagi mereka untuk tetap melestarikan budaya Batak Toba,dengan tekad yang kuat mereka ingin memperkenalkan musik Batak Toba ke manca Negara.

Keperdulian akan melestarikan budaya Batak Toba, Scripture menuangkan nya melalui alat musik dan genre musik Batak Toba. Tidak hanya itu, mereka pun menggunakan ULOS ketika mereka tampil.

Banyak prestasi yang diraih oleh Scripture Band, diantaranya adalah juara II pada Festival Pesona Indonesia (2017), juara harapan I USU Jazz (2017), juara II USU Akustik (2017), juara I Festival Fakultas FMIPA (2018), juara I Festival KPU (2018), juara I Festival Volexfest (2018), juara I Festival Fakultas FMIPA (2018), juara I Festival KPU (2018), juara I PRSU Festival (2018), juara I Megapark Festival Movet (2019), juara harapan II Festival Musik Etnik  (2019) dan juara I Festival KPU (2019).

Scripture berharap dengan aliran music modern ini membuat para generasi millennial mencintai budaya mereka, dan tidak terkikis oleh budaya asing yang masuk.



Penulis : Juniaty Manullang

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...