Jumat, 24 Mei 2019

BUKBER : Antara Maslahat dan Maksiat


Diantara 12 bulan dalam setahun, ada sebuah bulan yang sangat dinantikan kedatangannya, dirindukan  sejak 11 bulan yang lalu karena keberkahan dan kemuliaannya. Ialah Bulan Ramadhan, bulan 1000 kemuliaan. Bulan dimana pahala kebaikan dilipatgandakan, doa doa dikabulkan dan mesjid-mesjid ramai akan ibadah malam. Seorang muslim sejati tentu tergerak hatinya untuk memanfaatkan Bulan Ramadhan sebagai ajang memperoleh pahala sebanyak banyaknya, agar di akhir bulan nanti berkumandanglah takbir kemenangan Idul Fitri.

Tidak hanya menjadi wadah peningkatan amalan ibadah, Ramadhan juga menjadi bulan ajang silaturahmi. Tradisi silaturahmi ini disebut dengan BUKBER alias Buka Bersama. Setiap Ramadhan datang, bukber menjadi kegiatan wajib umat muslim. Bukber teman sekelas, bukber teman organisasi, bukber alumni SD, SMP, SMA, bukber ibu ibu se-komplek, bukber teman kecil dan banyak bukber lainnya. Bukber dimanfaatkan sebagai kegiatan temu ramah sekaligus melepas rindu kepada teman- teman lama.

Namun, bukber juga menimbulkan beberapa kekhawatiran yang berujung pada maksiat. Alih alih ingin mendapat berkah dengan menjalin silaturahmi, bukber justru bisa menjadi unfaedah. Lantas, bagaimana agar bukber kita berbuah maslahat dan jauh dari maksiat ? Yuk ikuti rambu rambu bukber berikut ini :

1. Luruskan Niat karena Allah

Sejatinya fungsi bukber adalah memperkuat ukhuwah dan silaturahim kepada sesama muslim, namun, fungsi ini dapat menjadi maksiat apabila niat kita belum lillahi ta’ala. Jika niat bukber untuk pamer di sosial media, update story sepanjang pertemuan bukber, memperbarui status dengan video
video makanan di kala bukber dan menginginkan publik tahu bahwa kita memiliki banyak teman, tentunya hal ini akan menambah tabungan dosa kita. Maka, luruskanlah niat karena Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati hamba-hambaNya.

2. Sholat Magrib Jangan Terlewat

Antara waktu berbuka puasa dan kumandang azan maghrib sangat berdekatan. Bahkan azan maghrib dapat dikatakan menjadi penanda waktu untuk berbuka. Namun, kebanyakan dari kita tenggelam dalam obrolan panjang sambil menikmati makanan yang terhidang. Jarang sekali langsung bergerak untuk menunaikan panggilan azan. Bahkan ketika azan selesai, kita masih santai duduk di lesehan dengan alasan musholanya masih berdesakan. Akhirnya tak jarang, maghrib terlewatkan. Kekenyangan, lupa bawa mukena, sholat di rumah saja, malas mengantri dan sejumlah alasan lainnya kita paparkan agar menghilangkan kewajiban menunaikan Shalat Maghrib. Bukan membawa kemaslahatan, bukber malah menjadi ajang kemaksiatan.

3. Hindari Mubazir Makanan

Pada Bulan Ramadhan, rumah makan atau restaurant berlomba lomba mamberikan diskon atau promo hemat yang sangat menggiurkan. Maka tak heran banyak kita temukan rumah makan yang menyediakan berbagai makanan dengan harga murah. Bukber pun direncanakan di rumah makan yang banyak diskon dan promo menariknya. Tergiur dengan harga murah dan perut yang keroncongan akhirnya membuat kita memesan banyak makanan, mulai dari makanan berat, kentang goreng, gorengan dan lainnya. Namun, ini hanyalah nafsu semata. Realitasnya, kita sudah kenyang dengan memakan makanan berat dan segelas minuman. Lalu bagaimana dengan nasib makanan yang lain ? terbuang kan ? Nah, jadi ketika bukber hindari memesan makanan yang terlalu banyak agar tidak menjadi mubazir.

4. Ingat, Masih ada Taraweh !

Selesai makan bersama, biasanya bukber dilanjutkan dengan acara foto bersama, foto selfie, boomerang dan lainnya yang berhubungan dengan dokumentasi. Seolah tiada habisnya, 10 foto tidak cukup menghiasi galeri. Merasa kurang mendapatkan angle foto yang pas, kita berusaha mencari angle foto ke suatu tempat dengan membeli kembang api sebagai hiasan penambah estetik foto. Satu jam, dua jam terlewatkan. Bertemu teman lama membuat kita enggan melangkah pulang. Padahal hati kita telah memberi peringatan agar kita menunaikan ibadah Shalat Tarawih dilanjutkan Tadarusan. Begitulah bukber, kadang membuat kita terlena dan menghalalkan berbagai alasan sebagai penghambat ibadah. Agar bukber kita menjadi maslahat, segeralah melangkahkan kaki menuju jalan pulang jangan terlalu mengikuti nafsu untuk berfoto ria. Lekaslah melakukan persiapan untuk menunaikan ibadah Shalat Tarawih dan Tadarusan.

Nah jadi kunci bukber menjadi ajang maslahat atau malah maksiat ada di dalam diri kita sendiri, apakah kita mampu menahan berbagai godaan untuk tidak meninggalkan perintah- Nya dan tetap khusyuk beribadah di bulan kemuliaan ini. Bukber boleh boleh saja, asalkan
rambu rambu bukber jangan dilanggar.


Penulis : Syahrunnisa
Editor : Nahya Rahmatul Ariza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...