Jumat, 29 Maret 2019

Universitas Sumatera Utara Menolak Keras LGBT di Lingkungan Kampus

Aksi di kantor rektorat USU
Gardamedia.org – (29/3) Aliansi mahasiswa tolak LGBT hadir di Universitas Sumatera Utara, siang tadi melancarkan aksinya dengan menyuarakan bahwa mahasiswa tolak keras pornografi, LGBT dan semacamnya.  

Aksi tersebut berlangsung lancar dimulai dengan berkeliling  kampus, singgah di beberapa fakultas untuk kemudian menuju kantor rektorat Universitas Sumatera Utara. Dalam aksi ini terlihat bahwa mahasiswa yang ikut aksi memang sadar akan bahaya LGBT, maupun pornografi yang dianggap dapat merusak nilai-nilai moral kampus.


Aliansi mahasiswa sendiri mengakui bahwa aksi ini dilakukan tidak untuk menjatuhkan pihak atau organisasi mahasiswa manpun. Sebagaimana Kadartua Marbun selaku koordinator lapangan mengatakan, “Aksi ini tidak ditunggangi pihak manapun, kami turun akibat keresahan yang terjadi di kampus Universitas Sumatera Utara dan dengan tegas kami menentang keras penyebaran paham LGBT dan pornografi di lingkungan kampus” ujarnya.

Selama menjalankan aksi, aliansi mahasiswa tolak LGBT ini terus menyuarakan seperti berikut “menolak LGBT, menolak pornografi, kampus USU, kampus USU, kampus yang bermoralitas”.
Banyak yang memberikan tanggapan positif terhadap aksi ini, terlihat saat mahasiswa dalam aksi tersebut membagikan selebaran yang berisikan bahaya LGBT kepada mahasiswa lainnya agar dapat sama-sama menyadari bahwa paham LGBT ini sangat merusak nilai moral kehidupan kampus.

Sesampainya di kantor rektorat Universitas Sumatera Utara, aliansi mahasiswa memanggil rektorat beramai-ramai agar datang menanggapi tuntutan dari aksi ini. Adapun tuntutan yang dilontarkan ialah yang pertama, menuntut agar rektor USU dapat menjaga lingkungan kampus terbebas dari paham yang menyimpang. Kedua, menolak penyebaran luas paham LGBT di kalangan kampus, dan terakhir menolak penyebaran pornografi.



Reporter : Munir Suteja



Selasa, 26 Maret 2019

Ketika Semua Agama Menolak LGBT, Mengapa Mereka Tetap Merasa di Diskriminasi?




LGBT merupakan akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender, pro kontra LGBT memang sudah sejak lama terjadi. Indonesia merupakan negara berke-Tuhanan yang Maha Esa, mau tidak mau, suka tidak suka, sumber hukum Indonesia berdasarkan Pancasila. Sumber hukum Indonesia bukan Qur’an dan Hadist, tapi kesepakatan Pancasila, Undang – Undang Dasar 1945 dan Kebhinekaan. Hukum di Indonesia di ambil dari aspirasi mayoritas, mayoritas yang dimaksud bukan Mayoritas Muslim, bahkan Mayoritas Katolik menolak LGBT. Romo Magnis, dalam sebuah diskusi mengenai LGBT yang sempat di angkat dalam acara Indonesia Lawyers Club, ia menyatakan bahwa pelaku LGBT tidak akan bisa diterima oleh Gereja Katolik, “Gereja Katolik tetap tidak akan bisa menerima perkawinan sesama jenis”. Terang Romo Magnis. 

Tidak hanya Mayoritas Katolik dan Muslim yang menolak LGBT, bahkan Mayoritas pemeluk agama Hindu juga menolak pelaku LGBT. Wakil Ketua PHDI Bali, Drs. Mangku Pasek Swastika menyatakan bahwa dalam sastra Agama Hindu, pelaku LGBT sangat tidak dibenarkan. Bahkan penolakan pelaku LGBT tersebut ada di dalam Kitab Manawa Dharma Sastra, “menurut rujukan kitab – kitab yang saya baca, LGBT merupakan penyimpangan dan tidak sesuai dengan Sabda Tuhan, seperti yang tertera dalam Manawa Dharma Sastra IX, 96”. Ungkap Tokoh Agama Hindu di Bali tersebut.

Di banyak negara terutama yang menganut demokrasi Barat, mereka menyetujui pelaku LGBT. Lalu merekapun menularkan isu tersebut ke negara – negara lainnya agar bisa diterima. Dalam pandangan agama Islam, pelaku LGBT jelas Haram hukumnya, hal tersebut terdapat dalam QS. Asy – Syuaraa : 165 – 166, yang terjemahannya, “mengapa kamu mendatangi jenis laki – laki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri – istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu”. Bahkan dalam Injil perjanjian lama, hukuman bagi pelaku LBGT adalah dilempari batu sampai mati. Zakir Naik dalam sebuah ceramahnya sempat menyampaikan bahwa 30 – 40 Tahun yang lalu hampir seluruh negara di dunia menolak Pelaku LGBT, namun pada tahun 1996 di Toronto, Kanada, Pelaku LGBT mulai mendapatkan tempat, dan yang masih terbaru pelaku LGBT dilegalkan dan didukung oleh Amerika, lantas sekarang di Indonesia yang negara berke-Tuhanan ini, para pendukung Pelaku LGBT menuntut kebebasan, seperti negara – negara barat lainnya. Mereka seolah lupa, bahwa mereka sedang hidup di negara yang menjunjung tinggi nilai – nilai Pancasila. 

Beberapa teori menyebutkan bahwa Homoseksual merupakan genetik yang tidak bisa disalahkan. Namun teori tersebut tidak bisa dijadikan dalil pembenaran sebab yang memunculkan teori tersebut ternyata pelaku homoseksual. Pelaku LGBT adalah perlakuan yang menyimpan dari agama, tidak hanya Islam, tetapi semua agama. Jika menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan, maka kedepan yang di tuntut oleh kaum penghamba kebebasan berpendapat tidak hanya LGBT, tetapi juga akan memperjuangkan penyimpangan – penyimpangan yang lain, seperti sex bebas, menikah dengan hewan, dan penyimpangan lainnya. 

Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat, Anton Tabah Digdoyo menyatakan bahwa ketika para pembela pelaku LGBT mengatasnamakan HAM, mengapa semua agama melarangnya? Bukankah melanggar salah satu sila dalam Pancasila merupakan bentuk pelanggaran HAM yang sesungguhnya?, “Kalau LGBT itu HAM, tidak mungkin semua agama melarangnya, dan tidak mungkin semua kitab suci mengutuknya”. Ungkap Anton. Dasar NKRI adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, tentu saja setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali wajib menaati agamanya. Indonesia yang jelas Berke-Tuhanan masih banyak yang tidak mengindahkan agamanya, sementara background ideologi Rusia Putin yang komunis justru tegas melarang LGBT, lalu apa kabar Negara Kedaulatan Republik Indonesia yang menjujung nilai – nilai ketuhanan?

Para pencetus teori LGBT adalah genetik yang tidak bisa disembuhkan, serta para pembelanya, pendapat mereka telah terbantahkan oleh artis ternama dunia bernama Alexander David Brodie, ia dikenal dengan nama Samanta. Laki – Laki berdarah Indonesia – Skotlandia yang pernah merubah dirinya menjadi wanita tersebut, kini justru ia bisa bangkit dan kembali kepada qodratnya, dalam sebuah buku Samanta And Me yang ia tulis, Samanta dengan tegas menolak LGBT, dan LGBT bukan bawaan lahir, melainkan penyakit menular yang disebabkan beberapa faktor. LGBT bukan sebuah takdir, tetapi sebuah pilihan, maka mereka yang memiliki orientasi seksual yang berbeda, silahkan pilih, ingin sembuh dan mengikuti aturan agama, atau justru menjadi pelaku LGBT. Mereka yang menolak LGBT bukan berarti sedang melakukan diskriminasi, tetapi justru mendorong pelaku LGBT agar segera bertaubat untuk bisa sembuh.

Oleh : kustriawan

Sabtu, 23 Maret 2019

Ketika Liberal di Paksa Masuk Kampus


 sumber foto: google

Akhir- akhir ini gempar sebuah cerpen dari salah satu pers mahasiswa di Universitas Sumatera Utara.  Ketika semua menolak kehadiran diriku di dekatnya, itulah judul yang tertera di dalam cerpen tersebut. Namun cerpen ini mengalami penolakan di kalangan  mahasiswa dan sebagian golongan. Terdapat beberapa bagian dalam cerpen tersebut yang mengandung/ mendukung kehadiran LGBT menurut sebagian orang. Konsep dari LGBT  harus dipahami sebagai realitas sosial yang menyimpang dari perilaku hidup normal sebagai manusia. Itu bukan soal HAM. Tapi, perilaku menyimpang yang harus diperbaiki dalam tata hidup sosial. Karena dalam kaca mata kebanyakan orang, cerpen ini sudah melanggar norma dan etika, terutama dalam wilayah Universitas Sumatera Utara yang seharusnya lebih mengutamakan informasi kampus. Kita tahu bersama  bahwa kampus diisi dengan orang- orang yang pola pikirnya terdidik. Bermacam-macam pola pikir yang disatukan dengan disebut baik itu mahasiswa ,dosen, dll. Tujuan nya adalah untuk membentuk sebuah karakter seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, yang dikenal dalam istilah umum yaitu dalam proses pembelajaran di dalam ruang lingkup kampus itu sendiri. Sudah tentunya kampus dijadikan sarana bagi mahasiswa untuk lebih meningkatkan kapasitas diri dan kapasitas berpikirnya.
Saat ini banyak sekali berbagai macam mahasiswa yang hadir di setiap kampus dengan berbagai macam latar belakang. Juga, di dalam kampus terdapat berbagai macam kelompok atau komunitas mahasiswa yang di dalamnya membahas suatu kajian ilmu. Komunitas- komunitas yang lahir tersebut menjadi salah satu wadah mahasiswa untuk mengembangkan dirinya. Namun tidak semua komunitas cocok dengan mahasiswa, kembali lagi karena beragam minat dan latar belakangnya.
Dari keadaan ini bukan tidak mungkin paham- paham, seperti paham liberalisme bisa saja masuk kedalam lingkungan mahasiswa maupun dosen. Namun ada beberapa mahasiswa yang sebetulnya dia sudah berada di dalam paham liberalisme namun ia tidak menyadari itu. Untuk itu perlu adanya berpikir kritis bagi tiap- tiap mahasiswa.
Sebelum kita lebih lanjut, kita perlu memahami apa sebetulnya liberalisme  ini. Dalam pengertian secara umum, liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, serta menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Kita bisa mendapatkan sebuah kesimpulan bahwasanya paham liberalisme jika dikaitkan dengan lingkungan kampus itu sangat bertolak belakang. Kampus yang seharusnya menghadirkan suasana yang positif dan mahasiswa yang kritis dalam ilmu ilmu yang ilmiah. Jelas jika paham ini dihadirkan di wilayah kampus maupun Indonesia yang mayoritas masyarakatnya menganut budaya timur maka akan terjadi penolakan besar besaran dari berbagai pihak. Bagaimanapun nilai-nilai kebebasan harus tetap dibatasi sehingga kebebasan tersebut tidak bersinggungan dengan hak-hak yang dimiliki orang lain sehingga dapat tercipta dan terwujudlah suatu kerukunan  dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika kita kaji dari berbagai aspek kehidupan, liberalisme masih tidak cocok diterapkan di wilayah kampus atau indoensia. Dalam aspek di bidang agama, kita lihat bersama di dalam ideologi Indonesia yaitu pancasila pada sila pertama “ketuhanan yang maha esa” yang bermaksud bahwa bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai nilai ketuhanan, sehingga tiap tiap individu di bebaskan untuk memilih salah satu dari 6 agama yang di akui di Indonesia. Namun paham liberal kehidupan beragama di atur secara bebas, sehingga muncul orang orang yang atheis, tidak mempercayai tuhan dan melakukan penolakan terhadap agama.
Liberalisme dalam aspek ekonomi menjelaskan bahwa perekonomian adalah bidang yang harus dikembangkan sesuai dengan kodrat manusia yang bebas, sehingga perekonomian memang seharusnya berdasar prinsip pasar bebas (free market). Artinya semua hubungan ekonomi tercipta oleh pasar bebas, campur tangan dari pihak penguasa tidak dibenarkan. Bisa diartikan bahwa pada aspek ekonomi biarkan individu, kelompok atau suatu masyarakat mengatur segala hal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, tanpa campur tangan pemerintah. Termasuk pemerintah tidak diperbolehkan untuk menentukan harga pasar. Pemerintah ikut camput sesedikit mungkin, serta biarkan swasta dan masyarakat yang menentukan. Jika pihak swasta sudah memasuki area ekonomi maka kita bisa lihat dampaknya pada era sekarang ini, semua dikuasai oleh pihak swasta sedangkan pemerintah dan masyarakatnya dirugikan. Terjadinya pasar bebas, dimaksudkan agar setiap individu bebas bersaing dalam kapital (kepemilikan uang dan barang) serta harga (kemampuan mengidentifikasi jual-beli) dipasaran untuk memperebutkan monopoli kekuasaan dan dominasi.
Hal ini bertentangan dengan penjelasan pada Pasal 33 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Selanjutnya dikatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Oleh karena itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sama halnya dalam aspek bidang sosial budaya, yang cenderung mengedepankan nila nilai kebebasan dan tidak memandang nilai serta norma. Kebebasan masyarakat dalam ruang lingkup liberal dapat kita lihat dari cara berpakaian, gaya hidup, sifat individualistis. Bahkan di negara liberal contohnya seperti di negara belanda kebebasan untuk menikah sesame jenis pun sudah di legalkan. Hal tersebut justru berbanding terbalik dengan kultur budaya Indonesia yang berpatokan dengan budaya-budaya timur. Apalagi kita dalam wilayah kampus, yang seharusnya memerangi pemikiran pemikiran seperti ini. Sangat di sayangkan jika ada di antara mahasiswa di dalam kampus yang punya pemikiran liberalisme.
Di wilayah kampus, bahkan di Indonesia ini, nilai dan norma dipegang teguh. Moral serta perilaku merupakan hal pokok utama yang mempengaruhi diri seseorang untuk bertindak dan berproses dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dimana semuanya diatur oleh tatanan norma dan kaidah nilai baik melalui tertulis ataupun secara lisan.


penulis : munir suteja

Kamis, 21 Maret 2019

Tolong Aku Teman


“ Han kamu mau kemana? “ tanya Haris kepada sahabatnya itu.”  Yah mau pulang lah ris, kan dah habis mata kuliah. “ jawab Farhan  sambil bergegas keluar raungan. “ yaelah, kamu mau ngejar Caca ya keparkiran… hmmmm bilang aja han, biar saya panggil tuh ” sambil tertawa dia terus menggoda Farhan. “apasih kamu Ris… dia itu cuma kawan loh.. kamu kan tau sendiri, dia juga dah punya pacar. Masalah chatingan kami iya?.. itu itu aja pun kau bahas Ris “sambil menolak Haris,  balas Farhan dengan belaan yang membuat dia tidak di goda lagi oleh sahabatnya itu. Lalu mereka berjalan pulang dengan candaan- candaan ala anak kuliah.

Ya begitulah Farhan dan Haris. Mereka adalah sahabat semenjak menduduki bangku Tsanawiyah di salah satu pesantren ternama di Sumatera Utara. Sekarang mereka berdua sama- sama duduk di bangku kuliah di jurusan yang sama. Di saat jadi santri, mereka termasuk kebanggan di sana, terkenal rajin, pintar, dan mereka jadi polisi di pesantrennya untuk memantau santri- santri baru yang melanggar peraturan. Sebenarnya Haris dan Farhan berat untuk meninggalkan pesantren. Karena pesntren sendiri masih menbutuhkan tenaga pengajar yang cekatan seperti mereka berdua. Namun berdalih ingin menambah ilmu lain di luar pesantren akhirnya mereka lanjut kuliah.
Ustad. Ansori selaku pemilik pesantren yang ikut juga menyayangkan keputusan mereka, merasa kehilangan. Dari itu sebelum mereka meninggalkan pesantren Ustad. Ansori membekali mereka dengan ilmu ilmu agama yang memang harus di pahami mereka karena akan menuju dunia luar yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan pesantren. Ilmu tentang pemahaman islam, islam yang lari jalur, semua di pelajari oleh mereka berdua, dan dengan penuh semangat ustad mengenalkan mereka dengan alumni pesantren yang juga sudah duluan mengenal dunia luar setelah tamat dari pesantren, untuk membagikan pengalamannya agar tidak mau terpengaruh oleh dunia luar serta tetap menjalankan perintah- perintah agama. Dikenalkan lah mereka dengan Arif salah satu alumni kebanggan pesantren, yang sekarang melanjutkan S2 di Jepang dan sekarang sedang libur. Mas Arif menceritakan semua apa yang menjadi hambatannya untuk tetap menjaga diri dari kejamnya dunia di luar pesantren.

Nyantri selama enam tahun, memang sudah mampu memahami ilmu agama, namun mempertahankan itu bergantung pada orangnya.  Itulah yang jadi modal mereka berdua sehingga mantap meninggalkan pesantren. Satu semester berlalu di bangku kuliah Alhamdulillah Farhan dan Haris mendapatkan nilai yang memuaskan, memang mereka berdua terbilang pintar dari pesantren. Di hari itu Farhan dan Haris bergerak kekantin untuk makan siang, tiba- tiba lewat  Rini, kawan sekelas mereka yang terkenal cantik dan baik “ han, ane ke toilet bentar ya, mau pipis nih” “yaudah pigi… pake permisi segala… bilang aja kau mau jumpa mbok2 pecel mau bilangin biar krupuk mu lebih banyak dari ane. Hmmmm sudah ku baca ris.. sudah…” ketawa  cengingisan haris bergerak ke toilet. Tapi sebetulnya  farhan tau betul sifat sahabatnya itu, pasti dia mau jumpain ririn. “lama betul haris nih dari toilet… hmmm pecal ku dah habis… ku santap juga nih nanti pecelnya.” Farhan bergerak ke toilet dan dia tidak menjumpainya, ternyata Haris berduaan sama Rini di belakang kantin kampus, Farhan terkejut melihatnya, langsung dia teriak merasa kecewa dengan perilaku Haris. Memang belakangan ini Farhan curiga dengan Haris di lihat dari tingkahnya yang sudah tidak minta di kawani lagi kalau mau kemana mana.

“ Harisss… !!! kau ngapain berduaan sama Rini?!! Astagfirulloh…  keterlaluan kau ya.” Farhan sambil menarik Haris, Dan Ririn bergerak meninggalkan mereka berdua. Haris sebetulnya malu ketahuan oleh Farhan. Namun di situasi seperti itu dia tidak mungkin tunduk saja dengan larangan Farhan. “  kamu kenapa han… aku dah gede.. nggak perlu kau larang!!! Aku tau mana yang baik untukku dan mana yang nggak” Haris pergi mengejar Ririn. Farhan tidak tau mau berbuat apalagi.
Besoknya mereka hanya diam diaman tanpa bertegur sapa. Namun Haris bukannya meninggalkan  Rini malah makin hari dia makin berani berduaan dengan Rini, di depan Farhan, pas jam pelajaran, serta pulang berduaan. Farhan tidak kuat melihat sahabatnya itu tersesat dan sebagai alumnus pesantren yang sudah di bekali ilmu agama, tentunya tidak melakukan hal yang dilarang oleh agama. Bahkan hukum berpacaran dalam Agama Islam termasuk pelajaran yang tidak berat untuk mereka. Mereka sudah tau semua larangan berpacaran. Farhan tidak langsung menegur Haris. Dia menyelidiki kenapa Haris begitu patuh pada Rini.

Sore hari Farhan membuntuti Haris dan Rini. Ternyata mereka berdua masuk kesebuah rumah berpagar tinggi cat putih di simpang empat tak jauh dari kampus. Farhan bertanya pada satpam rumah itu, teryata itu adalah rumah Rini tapi Farhan menemukan hal yang aneh. Disudut rumah tersebut dia melihat bendera berlogo yang agak aneh menurutnya, Farhan merasa ada yang tidak beres.
Berjalan waktu Farhan menyelidiki tempat itu, mencari informasi mengenai logo yang ada di bendera di sudut rumah Ririn. Dari google ia menjumpai bahwa logo itu adalah logo dari aliran sesat yang berfikiran liberalisme, yang berpusat di Amerika, dan Farhan terus menggali informasi tentang aliran tersebut.

Setelah matang mendapatkan semua informasi tentang aliran itu, dia mengundang haris untuk makan malam dan berdiskusi. Tepat waktu yang di janjikan Haris datang. “ris waktu itu ane nengok Haris masuk kerumah Ririn… ngapai?” Farhan memulai pembicaraan. “kenapa rupanya han? Kau mau bilang kalau saya dekat dengan Ririn itu haram? Iya? Kau itu terlalu kolot han…  pikiran mu sholat.. ngaji… itu- itu aja.. apa kamu nggak bosan?” mendengar itu Farhan langsung emosi dan ingin melayangkan kepalan tangan nya di wajah Haris. Namun melihat situasi dia meredamnya. Bisa bisa dia tidak mendapatkan tujuannya menjumpai Haris. “Astagfirulloh… Ris.. istigfar Ris… ente udah jauh berbeda.. udah keluar jalur.. kenapa kau ini? Siapa yang membuat mu seperti ini? Bukankah kita udah janji kalau kita akan selalu menjadi santri yang alim di mana pun dan kapan pun.? “ Haris seperti tidak memikirkan tentang itu. “eh Han… zaman sekarang dah beda… santri itu dulu.. sekarang saya sudah beda.. terlalu kolot saya kalau hanya fokus ibadah dan kuliah, tidak menikmati kehidupan di luar ini.” “ Astagfirulloh…mudah mudahan Allah memberikanmu hidayah Ris… siapa yang mengajari mu seperti ini? Lalu ngapain kau ke rumah Ririn.? Kau tau bendera apa yang di rumahnya?” “ tak ada yang ngajari  aku… aku masih menyembah Allah sama seperti kau. Kenapa emang dengan bendera itu? Itu bendera yang bagus logo tentang cinta persamaan. Yang mengajarkan ummat manusia itu sama. Mau apapun kamu, apapun kepercayaan mu.. semua sama.. tujuannya untuk berbuat baik. Tak ada yang mengajarkan keburukan. Aku tahu kamu pasti heran dengan ku belakangan ini…...” Farhan memotong pembicaraan haris “ ente gabung dengan kelompok orang liberal… segera keluar sebelum kau terlalu jauh” “ apa yang salah dengan liberal? Saya menjadi orang yang liberal karena kesadaran diri sendiri. Bukan karena paksaan. Kita ngomong baik baik aja ya Han. Saya ikhlas jadi liberal, karena yang saya lakukan untuk kebaikan ummat Han. Mungkin saya sekarang di salah pahami kawan kawan. Ya nggak Han? Pasti kau selalu bertanya tanya kenapa sering kerumah Ririn. Dia itu bukan pacar ku, dia cuma teman. Tapi  dia lah yang menolongku di saat aku butuh. Saat itu aku malu minta tolong sama mu karena sudah keseringan minjam uangmu. Saya malu. Terus Ririn meendekatiku. Dan dia ternyata sangat baik”

  Allohuakbar…. Ris.. Ris.. seharusnya kau cerita sama ku… aku selalu ada untukmu Ris.. kau sahabatku… kau masih ingat janji janji kita dulu.?  Kau harus segera keluar dari liberal ini. Yang kau lakukan itu semuanya dosa. Orang liberal seperti kau memang di dunia sangat bahagia,hidup enak, punya handphone baru apalagi sekarang kau sudah punya motor baru. Sekarang kau bisa membantu keluargamu di kampong, yang dulunya kau susah, di pondok pun kau makan kerak nasi” sedikit tersenyum Haris menanggapi, dia jadi mengingat masa pesantrennya yang indah “ ah kau salah paham Han… saya beda dengan liberal yang lain.  Saya tidak mengharapkan apa apa. Saya Lillahi taala jadi orang liberal. Selama ini banyak yang salah sangka terhadap orang liberal, di kira mesti dapat ini itu dari Amerika dan sekutu sekutunya, padahal tidak mesti begitu. Saya buktinya, hidup saya pas pasan meski sekarang udah ada rezeki beli motor.” “ kamu justru rugi dunia akhirat sudah liberal susah pula. Jadi liberal kok ikhlas” “ kau bilang kau islam tapi liberal. Itu sudah salah. Islam kok liberal, islam itu artinya patuh pada Allah. Kok kau tambah liberal. Liberal artinya  bebas tanpa hambatan. Menurut ust. Ansori islam yang liberal itu islam yang semaunya aja. Mau halal bikin halal. Mau haram bikin haram” “ Islam liberal itu bukan seperti itu. ‘semaunya sendiri’ ini artinya membebaskan. Jadi Islam yang liberal itu membebaskan dari kejumutan, kekolotan, kefanatikan dan kesempitan berfikir  seperti banyak yang terjadi pada kelompok Islam yang sekarang. Coba tunjukkan pemahaman mana yang aneh dari Islam yang liberal. Pemikiran itu dianggap  aneh karena  kamu belum terbiasa dengannya. Lama kelamaan kalau kau sudah terbiasa itu akan tidak aneh.

“ lho…masa kamu  nggak tau? Atau  pura pura nggak tau? Kita sama sama di pesantren . kita kan sama sama tau kita ngaji bareng kitab kitab yang kita kaji dulu sudah jelas posisinya. Para guru kita mengajarkan bahwa hanya Islam yang diterima allah. Tetapi liberal  bilang, semua agama benar,semua jalan yang sah menuju Tuhan. Bagaimana bisa begitu? Jadi tidak ada bedanya orang islam dengan orang kafir. Malah ada yang bilang yang penting berbuat baik pada sesama manusia, tidak peduli iman atau tidak, kan itu pikiran pikiran yang jelas jelas ngawur dalam pandangan akidah Islam..”  Haris jadi  goyah, iya memang tidak nyaman di dalam liberal ini, tapi karena Ririn selalu mengajaknya, dan haris pun merasa punya hutang pada Ririn karena sudah banyak membantunya. Di dalam kelompoknya terbilang banyak anggotanya. Sebetulnya dia merasa di jebak, dia juga masih ingat ilmu ilmu yang di dapatnya di pesantren. Bahaya liberal juga dia tau semuanya. Tapi karena kebaikan Ririn dia jadi merasa teriikat, yang memaksanya untuk masuk kedalam sana. Dan dengan polosnya dia mau. Tapi di dalam aliran itu dia belum terlalu mengiyakan semua yang di ajarkan disana, dan sekarang menurutnya dia  memang sudah terlalu jauh. Sejak dia gabung ibadah- ibadahnya sudah tidak rutin lagi. Dia menyadari itu semua. Namun di depan Farhan dia masih berlaku sebagai penganut Islam yang liberal.” Farhan, yang kamu sebut itu masa lalu. Sekarang zaman sudah berubah. Kamu masih berorientasi masa lalu. Saya dulu memang kayak kau. Islam saya sebagaimana yang di ajarkan kitab kitab kuning.  Itu kan sebelum saya bergaul dengan banyak orang, dari berbagai agama, berbagai jenis orang. Kawan saya disitu ada yang lgbt, semua baik baik saja. Malah mereka menurutku lebih perhatian terhadap isu isu kemanusiaan. Sekarang saya sudah mengubah sikap karena pergaulan saya semakin luas. Bukan kayak kamu esklusif bergaul hanya dengan orang Islam saja.”

“ itu artinya berubah sesuai zaman, lingkungan dong. Kamu itu salah besar. Dulu nabi Ibrahim A.S lingkungannya penyembah berhala, keluarganya menyembah berhala, bahkan bapaknya pembuat patung. Apakah nabi Ibrahim A.S menjadi penyembah berhala juga, seperti lingkungannya? Kan tidak!  Malah beliau menghancurkan berhala dan menyembah Allah SWT, Nabi Muhammad SAW juga begitu lingkungannya jahiliyah. Tetapi beliau tidak ikut jahiliah. Berarti agama itu tidak berdasarkan zamannya. Sepertinya kamu bukan karena lingkungan berubah, tapi memang udah penyakit dalam dirimu. Pendirian kamu selama ini lemah. Banyak orang Islam bergaul dengan berbagai agama, tetapi tidak berubah keyakinan.  Iya tetap yakin dengan  Islamnya. Tapi kamu aneh baru jumpa beberapa orang liberal saja kamu berubah.”

“berarti kamu belum tau siapa saya  sebenarnya Han. Sekarang kita tukar pikiran secara ilmiah. Coba tunjukkan dimana salahnya pendapat yang mengatakan bahwa semua agama memang jalan yang sama, yaitu jalan menuju Tuhan. Hakikatnya semua agama menyembah Tuhan. Hanya menyebut namanya saja berbeda beda. Islam bilang Allah, kristen manggil Yesus. Yahudi Yahwe. Kan semua Tuhan. Sama saja hakikatnya.  Hanya soal nama dan penggambarannya yang beda mengapa mesti di permasalahkan.” Jawab Haris, sebetulnya dia sudah mulai gemetar. Mengetahui semua yang dilakukannya salah. Hatinya menolak semua yang ia dapat di  komunitasnya.

“saya sangat paham jalan pikiranmu. Itulah salahnya. Kamu melihat Islam sebagai budaya manusia. Padahal sedikit saja kamu berfikir yang jujur dan ikhlas maka kamu akan paham bahwa Islam tidak seperti itu. Lihat nama Tuhannya orang Islam.  Tidak berasal dari budaya, tapi dari wahyu. Karena itu orang Islam di mana pun juga memanggil Tuhannya dengan nama Allah swt. Nama itu tidak berubah sepanjang zaman, tidak terpengaruh oleh budaya. Cobalah berfikir serius jangan hanya melihat agama dari penampakan luarnya saja. Jangan melihat agama dari fenomena saja. Tetapi kajilah lebih dalam. Harusnya kamu sudah paham ini. Tetapi kenapa pemahaman ini kamu tinggalkan hanya karena bergaul dengan berbagai agama?”

Haris tidak menjawab lagi, sebetulnya tujuannya  juga datang dalam undangan Farhan untuk meminta tolong Farhan untuk membawanya keluar dari Islam liberal itu. Sulit baginya. Lalu Haris menangis dengan perbuatannya selama ini. Mudah sekali dia goyah karena keadaan. Sungguh berdosanya dirinya. Dalam perjalanannya di aliran itu tak pernah dia betah. Lagi lagi karena Ririn yang dia punya hutang budi padanya. Dia terpaksa mengikut apa kata Ririn. Namun sekarang sudah berakhir. “ baiklah Han, aku sebetulnya tidak betah disini. Keadaan ku sudah parah aku sudah mengecewakan pesantren, kamu dan keluargaku. Maaf kan  aku Han. Bisakah kamu membawaku kejalan yang benar lagi? “  dengan sedikit lega Farhan memeluk sahabatnya itu,  dan dia juga merasa bersalah, kenapa tidak terlalu memperhatikan sahabtnya itu. Semenjak itu  Haris kembali kepesantren untuk menjalani ilmu agama lagi. Dan melupakan semua yang telah di alaminya.  Serta Farhan masih melanjutkan kuliahnya dan kalau tamat nanti kembali ke pesantren  untuk membagikan ilmunya.



Oleh : Munir Suteja

Jumat, 15 Maret 2019

Ikatan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Gelar Serangkaian Festival Literasi




Gardamedia.org - Mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan atau yang dikenal dengan sebutan IMPUS ( Ikatan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan) memasuki hari kedua penyelenggaraan festival literasi di pelataran Fakultas Ilmu Budaya (15/03).

Acara ini merupakan acara perdana dari  Himpunan Mahasiswa Jurusan/ HMJ IMPUS. Dengan konsep sedemikian rupa, festival ini bertujuan untuk menjadi wadah bagi komunitas literasi yang ada di kota Medan dan Universitas Sumatera Utara. Festival literasi ini akan menjadi acara besar tahunan dari HMJ  tersebut. Selain itu, diharapkan acara ini menjadi langkah awal masyarakat untuk membudayakan membaca serta sebagai  sarana untuk terhindar dari informasi- informasi bohong atau hoax karena kurangnya minat masyarakat untuk membaca.

Diadakan selama dua hari pada Kamis dan Jum’at (15-16), Nurul Akhswana selaku ketua panitia mengatakan “persiapan panitia lebih tepatnya dua bulan terakhir, karena banyaknya jadwal libur sebelumnya, dan terlaksana sebagai wadah komunitas literasi yang ada di Medan untuk silaturahmi, saling koordinasi antar komunitas” pungkasnya.

Komunitas literasi yang hadir  dalam acara ini beragam, ada beberapa dari mereka menyediakan buku untuk dibaca, ada juga yang menjual buku bagus dan murah. Nurul juga mengatakan dampak dari acara ini membuat masyarakat tidak menerima informasi dengan gampang, apalagi mudah nya mengakses literasi digital yang kebanyakan masyarakat hanya membaca informasi pada bagian luarnya saja.

Festival literasi ini tidak hanya menampilkan stand buku, namun ada stand makanan, penampilan dari band lokal kota Medan, serta ada workshop tentang penelurusan literatur dan plagiarisme. Harapan dari acara ini, masyarakat harus lebih mengenal apa itu literasi, dan besar harapan panitia agar mendapat dukungan dari pihak kampus untuk mensukseskan acara ini.




Penulis: Munir Suteja

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...