Di peradaban
modern ini, Allah hadirkan Ummu Warokah kembali, seorang sahabiyah
penghafal Al-qur’an yang pernah menjadi
rujukan dalam pemushafan Al-Qur’an di
masa Rasullullah
SAW. Tetapi kini, Allah titipkan amanah itu kepada salah satu perempuan dari
berjuta-juta kaum Hawa di dunia
ini. Salah satunya Mar'atus Solihah Siregar, gadis kelahiran 21 Juni 1999 ini
merupakan putri dari Bapak M. Ali Irsan
Siregar dan Ibu Nur Syamsi Simorangkir. Wanita yang dikenal dengan panggilan
Atus ini mulai menghafal Al-Quran semenjak
di SMA IT AL-FITYAN dan mulai menggoreskan tinta prestasinya pertama
kali pada bidang Hafidz Al-Qur’an di tahun 2015. Berbagai event baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional mulai ia arungi satu per satu
di kala itu.
Ia sangat menyadari, bahwa setiap medan yang ia lalui tidaklah
semudah cerita fiksi yang ia
baca. Semua itu tidak pernah lepas dari
kata “GAGAL”. Sebuah kata yang terkadang membuat kita putus asa untuk mencoba
kembali. Tapi
tidak dengan gadis berprestasi ini. Kegagalan itu tak pernah membuat
semangatnya meredam. Bersikaplah biasa
saja. Dekatilah mereka yang juara dan belajarlah dari keberhasilan mereka.
Itulah tips ala Atus untuk membangkitkan semangatnya.
Atus tak ingin semua yang ia miliki hanya sebatas menghafal
Al-Qur’an saja. Atus berambisi untuk belajar tafsir Al-Qur’an semenjak ia menduduki bangku perkuliahan,
tepatnya di jurusan Sastra Arab, Universitas Sumatera Utara. Menurutnya, tafsir
memiliki nilai estetika yang berbeda di samping proses menghafal Al-Qur’an. Ketika tahun 2017 merupakan kali pertama ia mengikuti lomba Tafsir
Al-Qur’an se-Provinsi Sumatera Utara dan hanya bisa meraih harapan 1. Tetapi,
bukanlah diri Atus jika dia hanya berhenti di titik itu. Di tahun 2018, Ia pun
kembali bertarung dengan peserta lainnya dan Ia berhasil menyandang juara 1 di bidang
Tafsir Al-Qur’an berbahasa Arab.
Berbagai prestasi lain yang ia raih tersebut tidak membuat
dirinya sombong. Teman-temannya mengatakan Atus adalah orang yang baik dan tidak
sombong. Selain itu Atus juga aktif di organisasi dan kegiatan sosial kampus, seperti
IMBA (Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab), HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) dan organisasi lainnya. “Semua ini tak terlepas dari
peran kedua orangtua saya”,tuturnya.
“Kalau kamu tidak bangun pagi, maka kamu tidak akan sukses”.
Motto hidup ini yang selalu ia
jadikan penyemangatnya untuk terus menghafal. Menghafal bukan karena mengejar prestasi
dunia. Tetapi bagaimana menunjukkan kesungguhan dan kecintaan kita dalam menjaga
agama Allah. Kita bebas untuk menentukan pilihan. Tetapi usahakan pilihan tersebut
bisa kita seimbangkan antara dunia dan akhirat. Karena pada dasarnya wanita harus
menjadi hafidzah agar generasi penghafal Al-Qur’an tidak hilang dan Al-Qur’an akan selalu
terjaga keasliannya.
"Allah
tau apa yang aku kerjakan. Segala kebaikanku, juga keburukanku. Jadi, tak perlu
'mencari nama' di depan manusia. Cukup
menjadi diri sendiri, dan bermanfaat bagi orang lain", ujarnya mengakhiri.
Penulis:
Sukma