Rabu, 29 Agustus 2018

Fenomena Acara “Receh” Jadi Konsumsi Paling Tinggi Masyarakat Indonesia



Sumber: Google



Indonesia merupakan negara berpenduduk terpadat ke-4 di dunia, setelah negeri paman sam, anak benua (julukan negara India) dan juga negeri tirai bambu, China. Dari sini kita bisa lihat bahwa masyarakat nya pun tentu sangat beragam. Salah satu nya keragaman masyarakat dalam memilih  hiburan.

Televisi meski terbilang jadul, namun masih saja menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia dalam mengisi waktu luang sekaligus menjadi hiburan yang  bersahabat di rumah. Menurut survei Nielsen Consumer Media View (CMV) menunjukkan bahwa penetrasi televisi mencapai 96 persen. Di urutan kedua media luar ruang dengan penetasi 53 persen, internet (44 persen), dan di posisi ketiga radio (37 persen). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang belum bisa menerima kemajuan teknologi, masih hanya menjadi penonton hingga sekarang.

Untuk di dunia pertelivisian Indonesia sendiri memiliki beragam saluran televisi dengan ciri khas masing-masing. Seperti ada yang berbasis anak-anak, hiburan, edukasi, informasi dan lain sebagainya. Namun apa jadinya masyarakat yang hanya bisa jadi penonton tadi? Padahal dewasa ini banyak sekali acara pertelivisian indonesia yang sangat tidak mendidik, tidak sesuai porsinya, dan tak ada faedahnya. Bermodalkan “sensasi”, begitulah acara televisi yang marak saat ini. Istilah masyarakat sekarang “acara receh”, atau “acara unfaedah”, yang bemakna bahwa acara yang ditampilkan tidak memberikan dampak apa-apa kepada penonton, bahkan itu sangat berpeluang menjadi dampak negatif. Hanya hiburan semata yang kadang-kala sudah melewati batas. Terlihat dari sering nya beberapa acara televisi Indonesia yang di tegur oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Degradasi moral merupakan dampak dari tontonan “unfaedah” tersebut. Sasarannya bisa berbagai kalangan, orang tua, generasi muda, bahkan generasi emas atau anak usia sekolah. Lihat saja contohnya, ada acara yang sebenarnya bertujuan untuk menghibur, mengundang gelak tawa. Namun apa yang dicontohkan? Sering sekali caci-mencaci, mengumbar aib satu sama lain, bahkan perbuatan yang tidak ber-etika sekalipun. Pembodohan melalui reality show yang bahkan hanya settingan dan terlihat berlebihan.

Namun tentunya selain menjadi tanggung jawab KPI yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk menjamin masyarakat memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai hak asasi manusia, ini juga tugas  bersama  masyarakat Indonesia untuk ambil bagian dalam permasalahan ini. Yakni masyarakat harus ikut serta untuk bijak dalam memilih acara yang berkualitas atau yang mempunyai nilai- nilai positif yang tentunya bermanfaat.   Serta dapat  memastikan anak-anak kita mengonsumsi tayangan yang sesuai usia dan mengandung nilai kebermanfaatan nya bagi masa depan generasi muda bangsa.



penulis: Munir Suteja

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...