Sabtu, 04 November 2017

Senantiasa Bertaubat

Sumber: Google.com
“Manusia tak pernah luput dari segala salah dan dosa” ungkapan tersebut memang benar adanya, sebab Allah SWT menciptakan manusia dengan akal dan juga nafsu, namun bukan berarti kita sebagai manusia terus-menerus melakukan kesalahan dan juga dosa dengan dalih khilaf atau sedang mengalami futur iman. Allah sangat mencintai hamba Nya yang kembali kepadaNya, memohon segala ampunan atas dosa dan khilaf yang pernah dilakukan, tak peduli apakah dosa tersebut seluas butiran pasir di pantai, Allah tetap akan mengampuni dosa-dosa tersebut, seperti nama Allah dalam asmaul husna, Al-Ghoffar, Allah yang maha pengampun. Untuk itu, tidak benar jika kita beranggapan bahwa dosa yang telah kita lakukan tidak akan diampuni Allah, sehingga kita berputus asa dalam berdoa dan kembali kepadanya.

Lantas bagaimana cara kita kembali kepadaNya sedangkan diri sudah terlanjur berbuat maksiat, sudah terlanjur menabur dosa? Jawabannya tidak lain adalah bertobat. Bertobat yang bagaimana? Cukupkah hanya dengan mengucapkan Astaghfirullahal azhim? Tobat yang hanya terbatas pada ucapan bibir saja? Tidak. Tobat tak hanya sebatas ucapan istighfar dari mulut saja, tetapi juga yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan juga jiwa, dimulai dengan ucapan. Lalu diiringi dengan penyesalan yang mendalam dan dibuktikan dengan tingkah laku ataupun perbuatan yang menunjukkan bahwa kita memang benar-benar bertobat kepada Allah, tobat yang sebenar-benarnya tobat, atau sering disebut “taubatan nasuha”
Adapun persyaratan diterimanya tobat, sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama, yang terangkum di dalam buku Ajalmu Tidak Menunggu Tobatmu Karya Saiful Hadi El-Sutha disebutkan bahwa :

1.  Adanya penyesalan karena sudah mengerjakan perbuatan dosa. Rasulullah sendiri mengganggap penyesalan adalah bentuk dari pertobatan itu sendiri, sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah melalui sabdanya : “penyesalan adalah tobat.” (HR. Ahmad dan lain-lain)
2.     Adanya tindakan nyata untuk melepaskan diri dari perbuatan dosa, misalnya dengan menjauhkan diri dari segala hal yang bisa menyeretnya kembali kepada perbuatan dosa.
3.    Adanya tekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa pada lain kesempatan.  Sungguh bohong jika ada orang mengaku dirinya sudah bertobat, tapi masih mengerjakan perbuatan (kesalahan) yang sama.
4.  Adanya upaya mengembalikan hak-hak orang lain yang pernah dirampasnya sebagai wujud pertobatan, ataupun dengan jalan meminta kerelaan pihak yang pernah dirampas haknya.
5.   Adanya perubahan nyata dalam ucapan dan perbuatan seseorang, dari yang buruk menuju kepada yang baik.

Di dalam Al-Qur’an Surah At-Tahrim ayat 8 jika kita hendak kembali kepadaNya dengan sebenar-benarnya taubat. Maka Allah SWT pun berkenan menghapus segala dosa dan kemudian melimpahkan keselamatan dan keberuntungan dalam hidup kita.

Rasulullah saja, seorang nabi dan juga rasul, yang terpelihara dari dosa (ma’shum) dan di jamin masuk surga, senantiasa meminta ampunan kepada Allah  minimal seratus kali setiap harinya. Bagaimana dengan kita manusia bisa yang berlumuran dosa ini? Masih enggankah kita bertobat kepadaNya? Memohon ampunNya?.


Penulis: Tina Aisyah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...