![]() |
Sumber: Google.com |
“Manusia
tak pernah luput dari segala salah dan dosa” ungkapan tersebut memang benar
adanya, sebab Allah SWT menciptakan manusia dengan akal dan juga nafsu, namun
bukan berarti kita sebagai manusia terus-menerus melakukan kesalahan dan juga
dosa dengan dalih khilaf atau sedang mengalami futur iman. Allah sangat
mencintai hamba Nya yang kembali kepadaNya, memohon segala ampunan atas dosa
dan khilaf yang pernah dilakukan, tak peduli apakah dosa tersebut seluas butiran
pasir di pantai, Allah tetap akan mengampuni dosa-dosa tersebut, seperti nama
Allah dalam asmaul husna, Al-Ghoffar, Allah yang maha pengampun. Untuk itu,
tidak benar jika kita beranggapan bahwa dosa yang telah kita lakukan tidak akan
diampuni Allah, sehingga kita berputus asa dalam berdoa dan kembali kepadanya.
Lantas
bagaimana cara kita kembali kepadaNya sedangkan diri sudah terlanjur berbuat
maksiat, sudah terlanjur menabur dosa? Jawabannya tidak lain adalah bertobat. Bertobat
yang bagaimana? Cukupkah hanya dengan mengucapkan Astaghfirullahal azhim? Tobat yang hanya terbatas pada ucapan bibir
saja? Tidak. Tobat tak hanya sebatas ucapan istighfar dari mulut saja, tetapi
juga yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan juga jiwa, dimulai dengan
ucapan. Lalu diiringi dengan penyesalan yang mendalam dan dibuktikan dengan
tingkah laku ataupun perbuatan yang menunjukkan bahwa kita memang benar-benar
bertobat kepada Allah, tobat yang sebenar-benarnya tobat, atau sering disebut
“taubatan nasuha”
Adapun
persyaratan diterimanya tobat, sebagaimana yang telah disebutkan oleh para
ulama, yang terangkum di dalam buku Ajalmu
Tidak Menunggu Tobatmu Karya Saiful Hadi El-Sutha disebutkan bahwa :
1. Adanya
penyesalan karena sudah mengerjakan perbuatan dosa. Rasulullah sendiri
mengganggap penyesalan adalah bentuk dari pertobatan itu sendiri, sebagaimana
yang ditegaskan oleh Rasulullah melalui sabdanya : “penyesalan adalah tobat.”
(HR. Ahmad dan lain-lain)
2. Adanya
tindakan nyata untuk melepaskan diri dari perbuatan dosa, misalnya dengan
menjauhkan diri dari segala hal yang bisa menyeretnya kembali kepada perbuatan
dosa.
3. Adanya
tekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa pada lain kesempatan. Sungguh bohong jika ada orang mengaku dirinya
sudah bertobat, tapi masih mengerjakan perbuatan (kesalahan) yang sama.
4. Adanya
upaya mengembalikan hak-hak orang lain yang pernah dirampasnya sebagai wujud
pertobatan, ataupun dengan jalan meminta kerelaan pihak yang pernah dirampas
haknya.
5. Adanya
perubahan nyata dalam ucapan dan perbuatan seseorang, dari yang buruk menuju
kepada yang baik.
Di
dalam Al-Qur’an Surah At-Tahrim ayat 8 jika kita hendak kembali kepadaNya
dengan sebenar-benarnya taubat. Maka Allah SWT pun berkenan menghapus segala
dosa dan kemudian melimpahkan keselamatan dan keberuntungan dalam hidup kita.
Rasulullah
saja, seorang nabi dan juga rasul, yang terpelihara dari dosa (ma’shum) dan di
jamin masuk surga, senantiasa meminta ampunan kepada Allah minimal seratus kali setiap harinya.
Bagaimana dengan kita manusia bisa yang berlumuran dosa ini? Masih enggankah
kita bertobat kepadaNya? Memohon ampunNya?.
Penulis: Tina Aisyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar