sumber: islamalternatif.com
Gardamedia.org-
Wajar jika timbul rasa bahagia di setiap hati seorang hamba saat Ramadhan tiba.
Rasa bahagia itu manifestasi-manifestasi dari kebahagiaan ruh. Ya, Ramadhan
adalah bulan ruh, dimana ruh setiap manusia akan memperoleh asupan spiritual
untuk sehat dan menjadi tinggi. Manusia terususun dari benda (maddi) dan yang
bukan benda (maknawai) yakni ruh. Dua itu menyatu dalam satu waktu. Jika
bepisah, maka manusia tak lagi hidup. Manusia wafat. Sebagai benda material,
tubuh tak abadi. Tubuh akan hancur seiring berjalannya waktu. Sementara ruh iu
halus dan cenderung tetap. Ruh senantiasa hidup dan merespon hal-hal yang
hakiki.
Ruh
bisa tinggi dan rendah. Yang tinggi mengenal Rabbnya dengan baik dan mewujudkan
pengenalan itu dalam perbuatan mulia. Sementara yang rendah mengabaikan Rabbnya
hingga tega membiarkan tubuh melakukan hal-hal terlarang. Ruh kitalah yang akan
melewati fase-fase akhir zaman dari alam barzakh hingga saat bertemu Allah
kelak di hari perhitungan.
Puasa
membuat tubuh terkekang dari subuh
hingga azan maghrib tiba. Tapi tentunya waktu puasa ini menjadi rahasia
keseimbangan Islam. Islam bukan agama yang mengajarkan umatnya mementingkan
tubuh semata, tapi ia juga tak zalim kepada tubuh dengan mementingkan ruhani
saja. Saat tubuh menahan diri dari pagi hingga sore hari, tubuh tertahan
kebutuhannya, tapi ruh mendapatkan asupannya. Ruh menjadi tenang, redup nafsu
dan ambisinya hingga bisa lebih merasakan kehadiran Rabb. Tapi setelah itu, di
malam hari kita berbuka. Tubuh sebagai benda kembali mendapatkan jatahnya
berupa makanan untuk mempertahankan dirinya, mendapat hak untuk kesehatannya.
Jiwa
manusia tercipta dari cahaya Rabb. Jiwalah yang mengenal Rabbnya dan berusaha
selalu menghubungkan diri kepadaNya. Sebab itulah ada ibadah-ibadah khusus
dalam Islam sebagai media interaksi seperti puasa dan shalat. Dalam shalat kita
sujud, menghambakan diri kepada-Nya. Dalam puasa kita menahan nafsu agar kita
kembali ingat bahwa diri kita tidak hanya benda, tetapi ruh yang berasal
dari-Nya. Puasa tercipta agar manusia membersihkan lagi ruhnya supaya kembali
bercahaya. Puasa diwajibkan agar ruh menjadi suci hingga dapat terhubung denga
kesucian Allah. Puasa juga manifestasi kesaksian manusia kepada Allah. Maka
wajar ada sebuah hadis qudsi yang menyebut bahwa puasa adalah untuk Allah dan
Allah langsung yang akan mengganjarnya dengan pahala.
Ramadhan
adalah bulan yang penuh ampunan (maghfirah), bulan yang penuh kasih sayang
(rahmat), dan bulan yang penuh keberkahan (barakah). Sudah seharusnya sebagai
muslim, kita mengisi dan menghiasi bulan yang suci ini dengan ibadah setiap
hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik. Karena setiap aktivitas
yang diniatkan untuk kebaikan, maka itu akan benilai ibadah.
Setiap
amal kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah
pahalanya hingga sepuluh bahkan ibuan kali lipat. Itu janji Allah dalam sebuah
riwayat nabi. Tentu saja tidak ada janji Allah yang tidak akan ditepat. Innallaaha laa tukhliful mii’ad
Sesungguhnya
Allah tidak ingkar pada Janji-Nya.
Oleh: Tina Aisyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar