Kamis, 15 Juni 2017

Ramadhan sebagai Bulan Ruh


sumber: islamalternatif.com

Gardamedia.org- Wajar jika timbul rasa bahagia di setiap hati seorang hamba saat Ramadhan tiba. Rasa bahagia itu manifestasi-manifestasi dari kebahagiaan ruh. Ya, Ramadhan adalah bulan ruh, dimana ruh setiap manusia akan memperoleh asupan spiritual untuk sehat dan menjadi tinggi. Manusia terususun dari benda (maddi) dan yang bukan benda (maknawai) yakni ruh. Dua itu menyatu dalam satu waktu. Jika bepisah, maka manusia tak lagi hidup. Manusia wafat. Sebagai benda material, tubuh tak abadi. Tubuh akan hancur seiring berjalannya waktu. Sementara ruh iu halus dan cenderung tetap. Ruh senantiasa hidup dan merespon hal-hal yang hakiki.

Ruh bisa tinggi dan rendah. Yang tinggi mengenal Rabbnya dengan baik dan mewujudkan pengenalan itu dalam perbuatan mulia. Sementara yang rendah mengabaikan Rabbnya hingga tega membiarkan tubuh melakukan hal-hal terlarang. Ruh kitalah yang akan melewati fase-fase akhir zaman dari alam barzakh hingga saat bertemu Allah kelak di hari perhitungan.

Puasa membuat tubuh terkekang  dari subuh hingga azan maghrib tiba. Tapi tentunya waktu puasa ini menjadi rahasia keseimbangan Islam. Islam bukan agama yang mengajarkan umatnya mementingkan tubuh semata, tapi ia juga tak zalim kepada tubuh dengan mementingkan ruhani saja. Saat tubuh menahan diri dari pagi hingga sore hari, tubuh tertahan kebutuhannya, tapi ruh mendapatkan asupannya. Ruh menjadi tenang, redup nafsu dan ambisinya hingga bisa lebih merasakan kehadiran Rabb. Tapi setelah itu, di malam hari kita berbuka. Tubuh sebagai benda kembali mendapatkan jatahnya berupa makanan untuk mempertahankan dirinya, mendapat hak untuk kesehatannya.

Jiwa manusia tercipta dari cahaya Rabb. Jiwalah yang mengenal Rabbnya dan berusaha selalu menghubungkan diri kepadaNya. Sebab itulah ada ibadah-ibadah khusus dalam Islam sebagai media interaksi seperti puasa dan shalat. Dalam shalat kita sujud, menghambakan diri kepada-Nya. Dalam puasa kita menahan nafsu agar kita kembali ingat bahwa diri kita tidak hanya benda, tetapi ruh yang berasal dari-Nya. Puasa tercipta agar manusia membersihkan lagi ruhnya supaya kembali bercahaya. Puasa diwajibkan agar ruh menjadi suci hingga dapat terhubung denga kesucian Allah. Puasa juga manifestasi kesaksian manusia kepada Allah. Maka wajar ada sebuah hadis qudsi yang menyebut bahwa puasa adalah untuk Allah dan Allah langsung yang akan mengganjarnya dengan pahala.

Ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan (maghfirah), bulan yang penuh kasih sayang (rahmat), dan bulan yang penuh keberkahan (barakah). Sudah seharusnya sebagai muslim, kita mengisi dan menghiasi bulan yang suci ini dengan ibadah setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik. Karena setiap aktivitas yang diniatkan untuk kebaikan, maka itu akan benilai ibadah.

Setiap amal kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah pahalanya hingga sepuluh bahkan ibuan kali lipat. Itu janji Allah dalam sebuah riwayat nabi. Tentu saja tidak ada janji Allah yang tidak akan ditepat. Innallaaha laa tukhliful mii’ad

Sesungguhnya Allah tidak ingkar pada Janji-Nya.

Oleh: Tina Aisyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...