Senin, 08 Mei 2017

Renungan : Ini Pesan Steve Jobs Menjelang Kematiannya

Gambar terkait
https://oldcatlady.com

Kematian adalah hal yang akan di alami oleh setiap mereka yang bernyawa. Tidak di pungkiri lagi bahwa kematian adalah momok yang menakutkan bagi setiap orang di dunia ini. Namun sebagai manusia yang tidak tahu pasti kapan kematian akan menghampiri, sudah sepantasnya kita untuk mempersiapkan diri guna menjadi manusia yang kaffah ketika di hadapan-Nya.

Namun masih banyak orang yang tidak memperdulikan tentang kematian. Masih banyak dari meraka yang kufur dan lupa akan nikmat yang diberikan oleh Tuhannya. Terlalu cinta dunia sehingga menyebabkan gila akan harta dan tahta. Padahal apa yang telah dikejar dan dimiliki semua hanyalah sementara dan titipan semata.

Dan dari sekian banyaknya kematian yang pernah terjadi di dunia ini, sudah seharusnya kita dapat memetik pelajaran darinya. Dan mejadikannya sebuah renungan untuk memperbaiki diri. Sebagaimana juga pesan dari seorang Steve Jobs  menjelang kematiannya, yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia dengan kegeniusannya yang banyak diagung-agungkan.

Inilah sebuah kesadaran dari seorang pendiri Apple di saat-saat akhir hidupnya :

“Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan, karena selain kerja, hobiku tak banyak.
Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenung jalan kehidupanku, kekayaan, nama, kedudukan semuanya itu tidak ada artinya lagi.
Malam yang hening, cahaya dan suara mesin di sekitar ranjangku, bagaikan nafasnya maut kematian yang mendekat pada diriku.
Sekarang aku mengerti, seseorang asal memiliki harta secukupnya yang digunakan untuk dirinya itu sudah cukup. Mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yang mengerikan.
Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang datang dari kehidupan yang mewah. Itu hanya ilusi saja.
Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yang murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itulah yang bisa memberiku kekuatan dan terang.
Ranjang apa yang termahal di dunia ini? Ranjang orang sakit. Orang lain bisa bukakan mobil untukmu, orang lain bisa kerja untukmu, tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu. Barang hilang bisa didapat kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali lagi.
Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa kesehatan itu betapa berharganya.
Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat
akan sampai tujuan. Bagaikan panggung pentas, tirai panggung akan tertutup, pentas telah berakhir.
Yang patut kita hargai dan sayangkan adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami-istri dan juga kasih persahabatan antar teman.”

Syukurilah setiap apa yang kita miliki. Bukankah islam telah mengajarkan kita untuk bersikap  qonaah, merasa cukup atas apa yang Allah berikan dan tidak mengagungkan harta dan kekayaan. Sehingga kita di jauhkan dari penyakit al-wahn (cinta dunia).

Pada dasarnya semua akan kembali kepada-Nya. Tidak peduli siapa kita, tidak penting seberapa banyak harta yang kita miliki, karena pada akhirnya, hanya amalan lah yang mampu menolong kita bukan harta bahkan tahta.



Penulis : Fadhil Muzakkir


2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaaAllaah 😥😢 tersayat sama tulisan dan pesannya.. 👍
      Semoga sllu mginspirasi, garda media

      Tanya dikit, itu paragraf terakhir memang dibedain bentuknya ya min?
      Mksih

      Hapus

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...