sumber: tanotofoundation.org
Gardamedia.com- Dalam KBBI Pendidikan adalah sebuah proses yang membentuk sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Pendidikan merupakan salah satu kunci pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas. Karena pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang
dapat membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat tak lain untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Manusia yang terdidik diharapkan mampu menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan
berperilaku mulia, berilmu, berempati dan bersimpati terhadap sesama dan
lingkungan sosial, berprestasi, mandiri dan bertanggungjawab.
Namun tampaknya filosofi sistem pendidikan di Indonesia saat ini
secara umum berubah tujuan, tidak mengindahkan pada hakikat pendidikan itu
sendiri, melainkan hanya untuk mencetak
para pekerja siap pakai, sama halnya yang terjadi pada masa penjajahan Belanda,
dimana pribumi saat itu disekolahkan hanya untuk membantu Belanda dalam
menjalankan misi penjajahannya dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang
dapat dikerahkan Belanda pada masa penjajahan dahulu.
Pendidikan tak lagi mengedepankan apa yang ada di sekitar kita. Tak
lagi mengasah kepekaan kita terhadap lingkungan dan sesama. Tetapi lebih mementingkan kebutuhan pasar,
agar dapat bersaing di dunia kerja. Alhasil berbagai cara dilakukan, memalsukan
ijazah misalnya, merogoh beberapa rupiah untuk mendapatkan ijazah dengan cara
instan agar mendapatkan pangkat yang strategis di sebuah perusahaan. Mendapat
gelar sarjana atau master tidak sampai hitungan tahun, dan itu dilakukan dengan
uang untuk tujuan memenuhi kebutuhan pasar dengan tidak mengedepankan
nilai-nilai kejujuran.
Mirisnya di tanah air kita sendiri, masih banyak mayoritas
masyarakat yang tinggal dipedesaan yang tidak memandang penting arti sebuah pendidikan.
Salah satu penyebabnya adalah sebuah doktrin negatif yang ditanamkan bangsa
Belanda, bahwa pendidikan tidak memberikan perubahan apapun bagi kehidupan.
Sehingga masyarakat pedesaan yang umumnya adalah petani, nelayan, atau buruh
akan mendidik anak-anak mereka dengan didikan sebagai seorang pekerja, untuk melanjutkan apa yang
orang tuanya kerjakan. Mereka beranggapan dan berkeyakinan, bahwa kesejahteraan
dapat mereka peroleh dengan uang, bukan pendidikan. Bukan dengan menyekolahkan anak-anaknya, yang
dianggap hanya menghabis-habiskan uang saja.Mereka juga beranggapan orang-orang yang sekolah tinggi, memperoleh
pendidikan hingga jenjang tertinggi sekalipun, banyak yang masih melakukan
perbuatan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai pendidikan. Pejabat, tentu
seorang yang memiliki gelar pendidikan, tetapi masih melakukan korupsi. Lengkap
lah sudah anggapan negatif di tengah-tengah masyarakat pedesaan yang notabenenya
hanya berpendidikan terakhir sekolah dasar, bahwa orang yang berpendidikan itu hanya mementingkan diri
sendiri, dan membodoh-bodohi orang lain. Padahal tidak seharusnya demikian,
jika sistem pendidikan benar-benar mengacu pada nilai-nilai pendidikan itu
sendiri
Sekarang dapat dilihat bagaimana fenomena lembaga-lembaga
pendidikan menawarkan jaminan tamat kuliah langsung dapat kerja. Tidak mengapa
sebenarnya, hanya saja bangsa Indonesia tidak dibentuk untuk menjadi bangsa
pekerja lapangan. Sebaliknya diharapkan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang
mampu menciptakan lapangan pekerjaan, dengan cara memperoleh pendidikan yang
seimbang. Antara keilmuan dan juga penerapannya.
Penulis: Tina Aisyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar