Minggu, 16 April 2017

Budayakan SOAX (Stop Percaya Hoax) dan Tabayyun


Semakin hari semakin berkembang saja, apa yang kita sebut dengan hoax. Hal ini seperti sudah menjadi kebiasaan primer yang si pembuat tidak lagi memikirkan akibatnya. Hoax yang awalnya digunakan hanya dalam candaan, sekarang sudah berkembang ke arah yang serius. Di bidang ekonomi, politik dan sosial, hoax dijadikan suatu strategi untuk mencapai kepentingan bidang tersebut.

Bahaya merajalelanya hoax bisa dilihat dan dirasakan, dimulai berkurangnya saling kepercayaan antar sesama, timbulnya perpecahan, hingga menyebabkan peperangan dan pembunuhan. Tidak hanya dampak di dunia, tapi dengan ikut berpartisipasi dalam penyebaran hoax ini akan menghantarkan diri ke neraka Allah SWT, karena hoax secara hakikat sama dengan memfitnah.

“…Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh…” (QS. Al-Baqarah : 217)

Ditelaah lagi, tersebarnya hoax dapat dicegah dengan kerjasama antara si pembuat dan si pembaca. Hanya saja karena si pembuat memiliki kepentingan sendiri, maka akan sulit menyadarkan bahkan menghentikan mereka. Meminimalisir bahaya dan kekacauan yang ditimbulkan hoax dapat dimulai dari diri kita sendiri.  Allah SWT memiliki solusi sesuai firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat 49:6.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Dalam hal membaca artikel, berita, ataupun mendengar informasi dari berbagai sumber, budayakan untuk tidak langsung percaya dengan apa yang tertulis dan didengar. Meskipun dari segi penampilan berita tersebut dikemas dalam bentuk yang penuh dengan kebenaran, belum tentu menjadi suatu kebenaran.

Tabayyun dalam hal menerima berita sebelum mempercayai dan menyebarkannya sehingga hoax pun tidak akan berkembang dengan luas. Periksa sumber dan subjek yang menyampaikan berita dan jangan tertipu dengan judul-judul provokatif. Lalu jika sudah terlanjur karena tidak mengetahuinya maka segeralah bertaubat dan melakukan klarifikasi sesuai firman Allah dalam QS Al-Baqarah 160.

“Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Penulis: Hanifah Siti Aisyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tular Nalar: Kaum Gen Z Cerdas Memilih