Semakin hari semakin berkembang
saja, apa yang kita sebut dengan hoax.
Hal ini seperti sudah menjadi kebiasaan primer yang si pembuat tidak lagi memikirkan
akibatnya. Hoax yang awalnya
digunakan hanya dalam candaan, sekarang sudah berkembang ke arah yang serius. Di
bidang ekonomi, politik dan sosial, hoax
dijadikan suatu strategi untuk mencapai kepentingan bidang tersebut.
Bahaya merajalelanya hoax bisa dilihat dan dirasakan, dimulai
berkurangnya saling kepercayaan antar sesama, timbulnya perpecahan, hingga
menyebabkan peperangan dan pembunuhan. Tidak hanya dampak di dunia, tapi dengan
ikut berpartisipasi dalam penyebaran hoax
ini akan menghantarkan diri ke neraka Allah SWT, karena hoax secara hakikat sama dengan memfitnah.
“…Dan
berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh…” (QS. Al-Baqarah : 217)
Ditelaah lagi, tersebarnya hoax dapat dicegah dengan kerjasama
antara si pembuat dan si pembaca. Hanya saja karena si pembuat memiliki
kepentingan sendiri, maka akan sulit menyadarkan bahkan menghentikan mereka. Meminimalisir
bahaya dan kekacauan yang ditimbulkan hoax
dapat dimulai dari diri kita sendiri. Allah SWT memiliki solusi sesuai firman-Nya
dalam QS. Al-Hujurat 49:6.
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun)
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Dalam hal membaca artikel, berita,
ataupun mendengar informasi dari berbagai sumber, budayakan untuk tidak
langsung percaya dengan apa yang tertulis dan didengar. Meskipun dari segi
penampilan berita tersebut dikemas dalam bentuk yang penuh dengan kebenaran,
belum tentu menjadi suatu kebenaran.
Tabayyun dalam hal menerima berita sebelum mempercayai dan menyebarkannya
sehingga hoax pun tidak akan
berkembang dengan luas. Periksa sumber dan subjek yang menyampaikan berita dan jangan
tertipu dengan judul-judul provokatif. Lalu jika sudah terlanjur karena tidak
mengetahuinya maka segeralah bertaubat dan melakukan klarifikasi sesuai firman
Allah dalam QS Al-Baqarah 160.
“Kecuali
mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan
menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan
Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Penulis: Hanifah Siti Aisyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar