Selasa, 28 Juni 2016

Meluruskan Kesimpangsiuran Netizen terhadap Gerakan USU Tanpa Pacaran


Salah satu mahasiswa USU menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan
terhadap gerakan #USUTANPAPACARAN (24/6).

Gardamedia.org - Memanasnya isu #USUTANPAPACARAN beberapa hari terakhir menimbulkan banyak respon dari para netizen. Ada yang memberikan dukungannya, ada juga yang menentang gerakan ini. Bagi yang mendukung, mereka beranggapan bahwa ini adalah salah satu terobosan positif dari mahasiswa USU yang ingin menjaga pergaulan remaja serta nama baik kampusnya dari dampak negatif berpacaran di dalam wilayah kampus USU. Lain halnya dengan yang tidak setuju, mereka menganggap  bahwa gerakan ini hanyalah sebuah gerakan yang tidak berdasar, tidak akan berdampak besar, sampai disebut sebagai gerakan yang merampas Hak Asasi Manusia. Lebih parahnya lagi adalah munculnya tuduhan-tuduhan terhadap gerakan #USUTANPAPACARAN sebagai sebuah gerakan yang hanya ingin mencari sensasi, meningkatkan popularitas pihak tertentu sampai kepada alat pengalihan isu. Tapi terlepas dari banyaknya persepsi masyarakat tentang gerakan #USUTANPAPACARAN, pelopor penggerakan ini pun menyampaikan klarifikasinya.

Berikut beberapa fakta yang berhasil dihimpun reporter kami dari pihak pelopor gerakan #USUTANPAPACARAN:

#USUTANPAPACARAN Tidak Membawa Isu Agama

Sebagian besar orang beranggapan bahwa gerakan #USUTANPAPACARAN menyangkut kepercayaan suatu agama yang mengharamkan pacaran di dalam ajarannya. Oleh karena itu, banyak yang menolak gerakan ini dengan alasan tidak bisa diterapkan di kampus USU yang pluralis dan bukan kampus yang berbau agama.

Perlu diluruskan bahwa semenjak munculnya gerakan ini para pelopor tidak pernah membawa isu agama atau ajaran tertentu. Latarbelakang gerakan ini tidak didasarkan karena dalam suatu agama tertentu pacaran adalah perbuatan yang dilarang. Tapi murni gerakan ini muncul secara rasional karena keprihatinan sejumlah mahasiswa USU melihat lokasi kampusnya dijadikan ladang maksiat pada setiap malam serta ketakutan mereka atas dampak negatif yang akan ditimbulkan (bisa dibaca di berita kami sebelumnya, Mahasiswa USU Pelopori Gerakan USU Tanpa Pacaran). Hal ini bisa dilihat pada saat launching gerakan #USUTANPAPACARAN pada 24 juni lalu yang sama sekali jauh dari unsur agama.


#USUTANPAPACARAN Tidak Melanggar Hak Individu

Salah satu penolakan netizen terhadap gerakan ini adalah karena dianggap melanggar hak setiap individu untuk menjalin hubungan. Mereka yang menolak juga berpendapat bahwa tak selayaknya urusan pribadi dicampuri oleh orang lain. Pelopor gerakan #USUTANPAPACARAN menegaskan bahwa sejak awal mereka tidak pernah mempermasalahkan hak setiap individu untuk menjalin hubungan (berpacaran -red). Pada point sebelumnya pelopor sudah menegaskan bahwa inti gerakan ini hanya tidak ingin melihat pasangan muda-mudi berpacaran setiap malam di wilayah kampus USU, karena pelopor juga merasa bahwa mereka punya hak untuk menjaga moral remaja lain serta menjaga nama baik USU dari pandangan negatif masyarakat.


#USUTANPAPACARAN Bukan Pengalihan Isu ataupun Pencitraan

Salah satu rumor yang banyak berkembang diantara netizen adalah menganggap bahwa gerakan #USUTANPAPACARAN hanya sebagai bentuk pengalihan isu yang terjadi di kampus USU. Menanggapi ini Yusmar Alkholidi Effendi selaku kordinator gerakan #USUTANPAPACARAN memberikan pernyataannya.

“Gerakan ini bukan bentuk pengalihan isu ataupun pencitraan sebagaimana yang digemborkan oleh netizen. Gerakan #USUTANPAPACARAN murni sebuah gerakan yang dilatarbelakangi oleh keresahan kami sebagai mahasiswa terhadap kampus USU yang acap kali dijadikan sebagai lokasi favorit untuk berpacaran. Gerakan ini pada dasarnya hanya sebagian kecil untuk memperbaiki kembali citra USU sebagai kampus tempat kita menuntut ilmu, nyaman, aman, bersih, dan kondusif. Hal ini juga sejalan dengan Rencana Strategis Kampus USU untuk menjadikan USU sebagai lingkungan yang sarat akan prestasi, bukan kegiatan yang merusak. Perlu saya tegaskan kembali, gerakan #USUTANPAPACARAN adalah sebagian kecil bentuk kecintaan kami sebagai Civitas Akademika terhadap kampus USU yang sarat akan prestasi, bukan spot favorit pacaran terutama bagi orang yang bukan Civitas Akademika USU,” tegasnya.



Reporter Garda Media USU

Minggu, 26 Juni 2016

Jadi Viral, Ini Respon Netizen Terhadap Gerakan USU TANPA PACARAN


Gardamedia.org - Beberapa hari yang lalu tepatnya pada tanggal 24 Juni 2016, reporter Garda Media USU sempat meliput aksi Gerakan #USUTANPAPACARAN yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa USU di taman biro rektor. Tak disangka, munculnya gerakan ini ternyata mendapat antusias yang besar dari masyarakat umum maupun para netizen. Sekitar 99% netizen yang membagikan berita gerakan #USUTANPAPACARAN memberikan tanggapan positif dan mendukung gerakan ini. Netizen juga menyampaikan harapan-harapannya agar gerakan #USUTANPAPACARAN secepatnya bisa diresmikan, bahkan tak sedikit netizen yang membuat hastag baru yang senada dengan gerakan ini, misalnya #URTANPAPACARAN. Tapi tahukah sobat gardamedia.org? Ternyata selain fakta di atas masih ada lagi fakta yang harus kamu ketahui semenjak munculnya gerakan #USUTANPAPACARAN. Apa saja? Simak ulasan di bawah ini!

Menjadi Viral
Semenjak berita gerakan #USUTANPAPACARAN diterbitkan oleh Garda Media USU, kiriman ini sudah di share oleh ratusan pengguna sosial media facebook. Belum lagi berita ini sempat di repost oleh mahasiswanews.com. Jika dilihat tanggapan dari netizen yang membagikan kiriman ini, hampir semuanya memberikan tanggapan positif dan dukungannya. Setidaknya dari pemantauan Garda Media belum ada netizen yang membagikan kiriman ini memberikan caption negatif. Sedangkan dari statistik pengunjung website gardamedia.org, tercatat hampir 3000 netizen yang sudah membaca berita ini, dan diprediksi akan terus bertambah setiap harinya. Artinya adalah, jika seluruh netizen yang sudah membaca berita tersebut atau setengahnya saja yang menyetujui gerakan #USUTANPAPACARAN, rasanya jumlah 1000 petisi online yang ditargetkan oleh pelopor gerakan ini akan sangat mudah tercapai. Tinggal bagaimana para pelopor tetap serius menindaklanjuti gerakan mereka hingga diresmikan oleh pihak USU.


Didukung Mahasiswa Luar USU
Ternyata gerakan #USUTANPAPACARAN tidak hanya mendapat tanggapan postitif dari mahasiswa USU saja, tetapi mahasiswa atau masyarakat luar USU juga banyak yang mendukung. Ini bisa dilihat dari para netizen yang membagikan kiriman ini berasal dari kampus yang berbeda di seluruh Indonesia,sebut saja UNIMED, UIN SU, STMIK Triguna Dharma,  Malikussaleh, UR, ITB, Lampung, sampai Kalimantan. Semoga saja kampus-kampus di seluruh Indonesia bisa mengikuti gebrakan yang sama seperti yang dilakukan oleh mahasiswa USU.



Muncul Hastag Baru 
Sepertinya hastag #USUTANPAPACARAN cukup mengisnpirasi beberapa mahasiswa luar USU untuk membuat hastag senada sesuai dengan nama kampus mereka, contohnya adalah hastag #URTANPAPACARAN seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Semoga saja ya gerakan yang sama cepat terealisasi di kampusnya.



Pro-Kontra
Bukan viral namanya kalau tidak mengundang pro-kontra dikalangan netizen. Meskipun sebenarnya jumlah netizen yang kontra jauh tidak sebanding dengan netizen yang pro. Kalau dibuat perbandingannya, dari 100% mungkin hanya 1% saja netizen yang kontra dengan gerakan ini. Kesimpulan ini diambil dari komentar para netizen disetiap kiriman yang telah dibagikan para netizen lain. Sedangkan sisanya memberikan feedback positif. Mungkin ini salah satu netizen yang kontra dengan gerakan #USUTANPAPACARAN. Gimana pendapat kalian tentang komentar netizen ini?



Bagi kamu yang belum membaca berita viralnya, silahkan klik disini.


 Garda Media USU


Jumat, 24 Juni 2016

Mahasiswa USU Pelopori Gerakan USU TANPA PACARAN


Gardamedia.org – Pacaran di era modern ini nampaknya sudah menjadi ciri khas dalam diri setiap muda-mudi, tidak hanya di Indonesia bahkan di seluruh belahan dunia. Bisa dibilang pacaran sudah seperti menjadi gaya hidup para remaja dan sudah menjadi “kegiatan” wajib yang harus dilalui saat sudah memasuki usia remaja atau pubertas. Tidak lengkap rasanya masa remaja seseorang kalau dia belum pernah merasakan pacaran sebelumnya, dan tidak dikatakan gaul kalau seorang remaja tidak mempunyai pacar.

Ada beragam  tujuan orang berpacaran, mulai dari sekedar iseng, mencari teman, mencurahkan isi hati, dan bahkan memang ada yang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan sebelum menjajaki pernikahan. Namun faktanya adalah, tidak semua pacaran itu bertujuan kepada pernikahan, banyak diantara para muda-mudi tersebut yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab pada umumnya dari segi kedewasaan, usia, dan kemampuan financial dalam membentuk sebuah rumah tangga mereka sangat belum siap.

Terlepas dari tujuan itu, fakta di lapangan yang kerap kita temui adalah kegiatan pacaran tersebut sudah jauh menyimpang dari norma-norma kebaikan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa pacaran antar remaja sekarang ini sudah cenderung sampai kepada level yang sangat buruk. Pacaran era modern tidak hanya sekedar kencan, jalan-jalan, dan berduaan saja, tapi berciuman, rabaan anggota tubuh, bahkan bersetubuh sudah merupakan hal yang biasa terjadi. Maka tak heran jika banyak para remaja Indonesia yang kehilangan semangat belajarnya karena pacaran, ada juga yang masa depannya rusak karena terlanjur hamil duluan sebelum pernikahan, dan kejadian yang marak terjadi belakangan ini adalah pemerkosaan dan pembunuhan akibat pacaran.

Melihat fakta yang ada, sudah saatnya masyarakat Indonesia terutama para muda-mudi untuk lebih menyadari tentang bahaya pacaran tersebut. Banyaknya dampak negatif dari pacaran seharusnya menjadikan pacaran itu sesuatu yang harus dijauhi. Didikan orang tua dan perlunya pemahaman terhadap seluruh remaja sangat penting untuk mencegah dampak buruk dari pacaran. Terlebih di bulan ramadhan sekarang harusnya menjadi ajang perbaikan diri setiap individu untuk menjadi lebih baik lagi, bukan memperbanyak maksiat dengan berpacaran.

Hal inilah yang membuat sejumlah mahasiswa USU mencetuskan sebuah gerakan yang mereka sebut Gerakan #USUTANPAPACARAN. Berangkat dari keprihatinan mereka dengan kondisi kampus USU yang dijadikan sebagai ladang maksiat setiap malam oleh para remaja. Ditambah pacaran di kampus USU tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa USU saja, tetapi para siswa SMP, SMA, atau bahkan mahasiswa dari kampus lain juga kerap menjadikan kampus USU sebagai lokasi yang pas untuk menyalurkan hasrat mereka. Dan alhasil, kampus USU-lah yang tetap akan mendapatkan citra negatif dari mahasiswa atau masyarakat sekitar kampus.

Gerakan yang dilakukan pada hari jumat (24/6) ini mengajak seluruh mahasiswa, pihak keamanan kampus, dan  rektorat untuk menandatangani petisi sebagai bukti dukungan terhadap gerakan ini. Gerakan ini tidak hanya mendapatkan dukungan dari pihak mahasiswa saja, tapi dari hasil diskusi yang dilakukan , pihak satpam USU juga sangat mendukung gerakan ini. Tampak dari pernyataan salah seorang satpam USU yang mengaku sangat siap untuk membantu iktikad baik dari para mahasiswa yang ingin membersihkan USU dari pacaran. Beberapa satpam USU juga sempat menandatangani petisi yang dibawa para mahasiswa sebagai bukti dukungan mereka terhadap gerakan #USUTANPAPACARAN.


Hariyanto, salah seorang warga yang kebetulan sedang ngabuburit bersama keluarganya di taman biro rektor USU mengaku sangat mendukung gerakan yang dipelopori mahasiswa ini.

“Ya, saya sangat men-support lah apa yang dilakukan adik-adik mahasiswa ini. Karena betul, pacaran di kampus USU apalagi pada malam hari ramadhan seperti ini memang tidak baik. Semogalah dengan aksi ini bisa membuat kampus USU lebih bersih lagi,” jawab beliau saat diwawancarai oleh salah satu peserta gerakan #USUTANPAPACARAN.


Senada dengan Hariyanto, Kardo salah seorang warga yang juga berada di tempat yang sama mengungkapkan dukungannya atas gerakan ini.

“Kalau masalah gerakannya, saya mendukung sekali. Karena kalau pacaran kan, terutama di tempat gelap seperti USU ini tidak bagus, yang ada nanti menjerumus ke hal negatif. Mudah-mudahan lah setelah gerakan ini diresmikan oleh rektorat tidak ada lagi pacaran di kampus USU,” pungkasnya.


Yusmar Alkholidi Effendi yang berperan sebagai koordinator lapangan pada aksi ini mengaku, langkah selanjutnya yang akan mereka lakukan untuk meresmikan gerakan ini adalah mengumpulkan seribu tandatangan petisi mahasiswa yang menyatakan dukungan mereka terhdapa gerakan #USUTANPAPACARAN, dan selanjutnya petisi ini akan dibawa untuk melakukan audiensi dengan pihak rektorat.

Para pelopor gerakan ini dibantu dengan pihak keamanan satpam USU juga berencana akan melakukan aksi keliling kampus USU pada malam hari guna menasehati para muda-mudi yang kerap berpacaran di kampus USU.


Reporter Garda Media USU

Senin, 13 Juni 2016

Meraih Asa, Mengukir Prestasi

Ahmad Zubeir

gardamedia.org - Life is never flat so try harder to make it work, tidak semua hal bisa berjalan mulus maka berusahalah lebih keras lagi untuk membuatnya berhasil, hal inilah yang menjadi semangat bagi Zubeir untuk lebih berusaha keras dalam meraih impiannya. Lulus dari bangku SMA dan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi merupakan sebuah mimpi mahal untuk anak desa seperti dirinya. Di  Madina hanya segelintir orang yang bisa menikmati pendidikan perguruan tinggi sedangkan sisanya bekerja mencari nafkah. Untuk mengubah nasibnya, pria kelahiran Pagur 20 April 1994 ini berusaha belajar dengan tekun dan berusaha keras untuk mendapatkan  hasil yang terbaik. Di bangku SMA ia berhasil menjadi siswa tauladan SMA Islam Terpadu Al-Husnayain, peserta olimpiade Biologi tingkat Sumatera-Jawa tahun 2011, juara 2 olimpiade Ekonomi tingkat kabupaten Madina tahun 2012, juara 2 English Debate tingkat provinsi Sumatera Utara tahun 2012 dan masih banyak lagi. Melalui ketekunan dan prestasi yang dimiliki membawanya memiliki peluang untuk mendaftar SNMPTN jalur undangan di sekolahnya. Ketika pengumuman dirinya dinyatakan lulus jalur seleksi tersebut dan mendapat beasiswa Bidik Misi, hal yang langka ditemui pada anak-anak di sekolahnya. Kerja kerasnya membuat ia berhasil meraih impiannya untuk menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara di fakultas Ekonomi dan Bisnis.

            Ahmad Zubeir Rangkuti atau disapa Zubeir ini memberitahukan kelulusannya kepada orang tuanya, haru bercampur senang meliputi dirinya tatkala tidak sabar mendengar dan melihat reaksi orang tuanya atas keberhasilannya untuk kuliah di USU. Orang tua mana yang tidak senang mendengar anaknya lulus masuk ke perguruan tinggi namun kebahagiaan orang tuanya terliputi oleh kebutuhan finansial anak kuliah yang terbilang cukup mahal, pendidikan dan biaya hidup anaknya. Atas ketidaksanggupan orang tuanya yang tidak bisa menanggung beban finansial sempat membuat Zubeir tertekan. Dia tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan, impiannya untuk kuliah hampir kandas karena masalah ekonomi. Di dalam kesulitan yang dihadapinya dia meminta pertolongan kepada  Allah SWT untuk diberikan jalan keluar. Setelah berusaha menenangkan diri dan mencari solusi, akhirnya ia mencoba untuk meminta pertolongan kepada guru-gurunya di SMA. Pertolongan pun akhirnya didapatkan dari guru-gurunya dalam membantu meringankan beban ekonominya. Walaupun sudah mendapatkan biaya tetapi orang tuanya tetap khawatir akan kebutuhan hidupnya di Medan nanti, Zubeir berusaha menenangkan orang tuanya agar tidak khawatir karena dirinya telah mendapatkan beasiswa yang akan menanggung hidupnya. Walaupun sempat khawatir karena tidak mampu membiayai kehidupannya disana, Zubeir tetap optimis. 

            Setibanya di Medan, kepalanya disibukkan untuk mencari solusi dimana ia akan tinggal nanti karena uangnya tidak ada untuk menyewa kost-kostan. Meminta pertolongan untuk menginap di tempat senior menjadi caranya untuk bisa memiliki tempat tinggal di Medan. Ternyata hal itu tidak betahan lama, ia harus mencari tempat tinggal lain, walaupun pada akhirnya ia mendapat tempat tinggal di dekat Mesjid dan menjadi seorang nadzir. Kehidupannya mulai terasa sempit, karena ketiadaan finansial, tak jarang ia hanya makan mi instan, berjalan kaki dan ditimpa teriknya matahari untuk menghadiri kuliah tatkala teman sebayanya berpakaian rapi dan bersih sedangkan dirinya sudah basah oleh keringat, dalam mengerjakan tugas kuliah ia juga harus meminjam laptop sana-sini. Tidak jarang ia sering disalahkan ketika laptop yang ia pinjam bermasalah walaupun ia mengaku tidak melakukan apapun. Kesulitan yang ia alami tidak membuatnya mundur, walaupun tidak ada uang dia masih mempunyai hal yang berharga yaitu ilmunya. Zubeir kuliah dan bekerja sebagai guru les privat, selain itu ia juga menyisihkan waktunya untuk bersyukur dengan mengajarkan anak-anak panti asuhan belajar bahasa Inggris. 

            Tekad dan kemauannya yang keras berhasil membalikkan keadaannya, ia akhirnya mampu membiayai dirinya sendiri, belajar nya juga tidak terbengkalai walaupun pernah badannya kesakitan karena terus dipaksa untuk memenuhi segala aktivitasnya di kampus maupun di luar, namun walaupun sempat kelelahan ia tetap bisa mengukir prestasi, tercatat mahasiswa jurusan Akuntansi semester 6 ini telah berhasil meraih beberapa prestasi seperti juara 2 MTQ Mahasiswa cabang Hifzhil Quran 5 Juz tahun 2014, Terbaik 2 National Training for Trainer Ekonomi Syariah tahun 2015, juara 5 Try Out Ekonomi Syariah dan masih banyak lagi. Zubeir juga menjadi ketua proyek, salah satu editor dan juga penulis buku karya anak Bidik Misi dengan judul “Langkah Tak Beraturan” yang mengisahkan kehidupan anak beasiswa Bidik Misi dari jatuh bangun hingga bangkit berprestasi. Buku cetakan USU Press ini sudah mencetak untuk yang kedua karena buku tersebut sangat menginspirasi. Buku tersebut seperti tulisan yang berbicara kepada anak-anak di luar sana sebagai pesan komunikasi bagi mereka untuk terus berjuang meraih cita-citanya, karena diperlukan orang-orang  tangguhuntuk bisa mengubah keadaan.


Kiriman dari D'wins Publisher.


Jumat, 10 Juni 2016

Cerpen: Hikayat Tetangga Yang Dirindu


Gardamedia.org - Tetanggaku baru saja mudik ke kampung halamannya di tanah Pasundaan. Ia mengikut sertakan istri serta kedua anaknya yang masih bocah untuk menunaikan ibadah puasa dan merayakan lebaran disana.

Lama sudah dia mengumpulkan uang untuk dapat pulang ke tanah kelahiran. Dia bercerita padaku bahwa sudah dua tahun ini dia tidak mudik ke kampung. Ia hanyalah seorang pedagang kerupuk yang harus urung bekerja ketika hujan mengguyur. Tetapi kuakui semangatnya pantang surut walaupun hujan tak kunjung reda.

Istrinya datang di kemudian hari untuk mengisi rasa sepi suaminya yang membuncah. Dia mengaku bahwa ia menikahi bininya ketika berumur 20-an dan bininya itu 18 tahun! Tapi jujur kukatakan tidak ada sedikitpun kekanak-kanakan pada sifat istrinya. Beliau sangat dewasa, walaupun kerap bagaikan burung nuri yang terkurung di sangkar. Ia tetap tabah menunggu kedatangan suaminya.

Menjelang siang, ia siapkan makan siang untuk suami dan kedua anaknya. Lebih sering tampak di mataku lauk telur dadar yang dibelah-belah dan kuah indomie yang sering tercium olehku. Tapi lahap sekali mereka memakannya. Seolah tiada beban di batok kepala keluarga sederhana ini.

Tak pernah pula sang istri mengeluh dengan kondisi sempit kost yang disewa suaminya. Tak pernah sekalipun beliau menyerapahi kemiskinan yang dideritanya. Yang kulihat hanyalah paras jelita yang sedikit kelelahan, sedikit kurus kurang makan, namun senyum tulus yang menghiasi wajahnya itu tak pernah pudar.

Sepeninggal mereka, banyak tanaman-tanaman hijau, rindang, jagung, labu, lalapan, petai, cabai, tomat, pepaya, semangka, serta jengkol yang tidak lagi terawat. Padahal biasanya taman kami tampak asri jika terkena sentuhan tangan bapak tiga anak itu.

Masih ada banyak hal yang kuingat dari keluarga ini, si bapak yang jika bosan tak ada pekerjaan pasti mencuci motornya yang padahal sudah mengkilat seperti kereta anak muda, rambut bapak itu yang pendek dan yang panjang hanya jabrik belakangnya, kamar kos mereka yang dipenuhi stok kerupuk, istrinya yang baru belakangan ini mengenal mesin penanak nasi, istrinya yang mengisi waktu senggang dengan berdagang pulsa, anak keduanya Rafa yang baru mendapatkan teman sepermainan namun harus kembali ditinggalkan. Tadi subuh kudengar anak kecil ini saling bertangis-tangisan. Anak ketiganya Rasyid yang lahir di kamar mandi kost kecil itu dengan bapaknya sendiri merangkap bidan. Kini Rasyid baru bisa merangkak.

Ibu Rasyid kerap memasak makanan diluar kost, karena udara didalam yang sangat panas dan asap makanan yang akan bertebangan dimana-mana. Ibu Rasyid sering kudapati di pagi hari sedang menjemur pakaian suami, ia dan anak-anaknya.

Demi adanya sedikit hiburan di keluarga ini, bapak Rasyid membeli radio kecil milikku untuk diperdengarkan. Aku mafhum bahwa Ibu Rasyid sangat menyukai lagu-lagu kasidah, sedangkan bapak Rasyid sangat menggilai lagu dangdut remix yang diputar sembari mencuci kereta kesayangannya.
Keluarga ini juga sangat alim beribadah. Istrinya merupakan tamatan pesantren, sedangkan suami kerap aktif di perkumpulan Yaasin malam jum’at.     

Begitulah hikayat tetanggaku itu yang baru saja berangkat dengan pesawat terbang. Satu pelajaran yang kudapatkan dari keluarga ini, yaitu “Bersyukurlah, bersabarlah, dan terus berjuang serta bermanfaatlah bagi yang lain”. Sehingga wajarlah jika kami merindui mereka kembali. (GK)

Sabtu, 04 Juni 2016

Puasa Bulan Obral Pahala

Gambar: Internet


Taqwa
Taqwa secara definisi dapat diartikan sebagai rasa takut akan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Yang secara harfiahnya dapat diartikan sebagai usaha untuk mengerjakan apa yang telah diperintahkan-Nya dan berusaha menjauhi segala yang telah dilarang-Nya. Maka taqwa telah mendapatkan bentuk-bentuk perwujudannya.

Sejatinya taqwa telah ada sedari awal penghidupan manusia di bumi ini. Ketika seorang bayi lahir ke dunia, maka ia berada dalam keadaan fitrah yang otomatis menjadikannya bertaqwa kepada Allah. Namun seiring berjalannya waktu, hamba Allah yang menjalani kehidupannya di muka bumi ini mulai mendapatkan banyak corak dan ragam warna hidupnya. Ada yang berusaha tetap putih ada yang tenggelam dalam cat hitam yang penuh akan  dosa. Dan ada pula yang berwarna-warni, amal ibadah jalan, maksiat pun tidak ditinggalkan. Padahal, sedari dulu kita telah berjanji kepada Allah bahwa amantu billah dan mengerjakan apa-apa yang diperintahkan-Nya serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Mungkin kita telah lupa.

Oleh karena itu, momentum shalat berjama’ah ataupun shalat jum’at yang diawali oleh khutbah, menyadarkan kita bahwa taqwa harus terus dipelihara agar ia tumbuh dengan baik. Taqwa harus terus disirami di setiap minggunya.

Puasa Obral Pahala
Ibarat menunggu kedatangan tamu agung, misalnya presiden. Maka daerah-daerah yang mendapat kunjungan tersebut mendadak bersih-bersih, jalan-jalan dibaguskan dan bendera ataupun umbul-umbul yang menampakkan keagungan tamu tersebut pun dikibarkan. Padahal itu baru manusia.

Lantas, sebentar lagi kita juga akan menyambut tamu agung yang lain, yang hanya datang setahun sekali. Namun kedatangannya membawa banyak bentuk-bentuk ibadah yang mendatangkan pahala. Oleh karena itu, wajar saja jika puasa diibaratkan bulan obralnya pahala.

Bahkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa di Bulan Ramadhan mengharapkan pengampunan, maka akan dihapuskan dosa-dosa kecilnya”. Subhanallah!

Maka janganlah kita mensia-siakannya. Ibarat tamu agung yang sedang shalat disamping kita dan tidak kita sadari keberadaannya. Dan baru menyadarinya ketika muncul di berita-berita, lalu kita pun turut menyesalinya. Begitu pula, ketika bulan pembakar dosa tiba, siapkanlah fisikmu, siapkanlah mentalmu, juga siapkanlah sebagian rezekimu untuk berbagi kepada mereka yang kurang mampu.

Siapa yang menyangka, bulan suci ini mulai memberikan berkahnya di saat sahur menjelang. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sahurlah! Sebab di dalam sahur itu ada keberkahan”. Ya, berkah berupa kekuatan fisik untuk sanggup menjalankan puasa di siang harinya, menguatkan mental, serta yang terpenting berkumpul dan sahur bersama keluarga tercinta, yang mungkin pagi hingga petang nantinya sulit untuk berjumpa. Wallahu’alam bish shawab. Marhaban ya ramadahan. Mari kita tingkatkan ketaqwaan kita di bulan nan mulia ini. Amin.

Penulis : Khairullah

Ribuan Mahasiswa USU Sudah Tandatangani Petisi Kawasan Tanpa Rokok

Sejumlah mahasiswa kampanyekan USU tanpa asap rokok (01/6)

Gardamedia.org - Kawasan Tanpa Rokok atau yang disingkat dengan KTR adalah sebuah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Peraturan tentang kawasan tanpa rokok ini sebenarnya sudah diatur dalam PP 109 tahun 2012 yang disahkan langsung oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 24 Desember 2012. Dalam Peraturan Pemerintah itu diatur beberapa kawasan yang termasuk dalam KTR, seperti fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. 

Mungkin Peraturan Pemerintah inilah yang coba diterapkan oleh sejumlah mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU), menciptakan kawasan kampus USU yang bebas asap rokok. Setidaknya sejumlah mahasiswa USU sudah mulai mensosialisasilan dan menggencarkan KTR di kampus USU. PEMA FKM USU yang bekerjasama dengan Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) pada hari rabu (01/6) lalu menyuarakan KTR ke seluruh mahasiswa USU dengan berkeliling kampus, yang dimulai dari FK, Fasilkom TI, FKG, FIB, FH, FEB, Fisip, FP, FT, FF, dan berakhir di biro rektor USU.

Saat diwawancarai, Gia Surbakti mahasiswa FKM USU stambuk 2013 yang juga merupakan ketua panitia dalam aksi tersebut mengaku bahwa tujuan mereka adalah agar rektor menandatangani petisi mahasiswa USU tentang penerapan KTR. Gia juga mengaku bahwa sampai saat ini sudah lebih dari 2000 mahasiswa USU yang menandatangani petisi.

"Yang kami aspirasikan dalam petisi itu ada empat tuntutan, yaitu: (1) Penerbitan SK KTR USU, (2) Menerapkan KTR di seluruh lingkungan kampus USU, (3) Menolak segala bentuk beasiswa, sumbangan CSR, maupun segala bentuk sponsorship dari industri rokok dan yayasannya, dan yang terakhir (4) Menerapkan sanksi yang tegas bagi yang melanggar segala bentuk pelanggaran mengenai KTR di kampus USU," sambung Gia.

Gia juga mengatakan bahwa sejauh ini pihak mereka sudah beberapa kali  melakukan audiensi dengan PR 1, dan seterusnya PR 1 yang akan mengkomunikasikan lebih lanjut terkait masalah ini dengan Rektor USU.

"Kami melakukan audiensi pada jumat 27 Mei dengan mengajukan surat dan proposal, terus dikasih lagi tanggal 30 Mei," ucap Gia.

Sampai sekarang Gia mengaku bahwa tidak ada kendala berarti yang mereka hadapi selama proses perjuangan penerapan KTR.

"Kendala terbesarnya tidak terlalu ada. Kita mahasiswa harus pintar-pintar advokasi dan mengutarakan hasil diskusi kita saja, semuanya pasti lancar." tutup Gia.


Reporter  Gardamedia USU


Jumat, 03 Juni 2016

Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Gambar: Internet

Gardamedia.org - Lebih kurang dua hari lagi umat muslim akan menyambut kembali bulan suci ramadhan. Bulan yang terkandung didalamnya perintah berpuasa, untuk menahan nafsu, dahaga, lapar serta segala sesuatu yang membatalkannya mulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.

Ramadhan juga merupakan bulan yang didalamnya terdapat shalat sunnah berjama’ah yang hanya terkhusus pada bulan itu seperti shalat tarawih. Ada banyak lagi amalan lain yang dapat diterapkan di bulan ini seperti tadarus, shalat malam lailatul qadar yang pahalanya seperti shalat seribu tahun. Sebab, lailatul qadar merupakan malam diturunkannya al-Qur’an dan ramadhan adalah bulannya.

Ramadhan sebagaimana yang telah diketahui memiliki 3 fase seperti fase rahmah (pengasih), maghfirah (ampunan) dan ihtqum minan nar (dijauhkan dari siksa api neraka). Oleh karena itulah, bulan ramadhan memiliki ciri khas tersendiri yang menambat hati setiap muslim dunia untuk mengerjakannya.

Perintah berpuasa terdapat pada surah al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Dari bunyi ayat diatas setidaknya kita dapat memilahnya kedalam tiga bagian. Pertama kata “Wahai orang-orang yang beriman!” menujukkan kalimat present tense yaitu sekarang. Perintah berpuasa ditujukan khusus kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Perintah berpuasa diwajibkan kepada muslim laki-laki dan perempuan yang telah balig serta berakal untuk mengerjakannya. Perintah berpuasa wajib hukumnya bagi mereka yang mengamini enam rukun iman dan lima rukun islam.

Kedua kata “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu” merujuk kepada kalimat past tense ataupun peristiwa yang lampau. Allah memerintahkan kita untuk banyak belajar dari puasa-puasa orang terdahulu. Yang berpuasa tiada lain hanya menahan lapar dan haus saja. Dari pengalaman orang-orang terdahulu kita dapat mengambil pelajaran untuk tidak mensia-siakan puasa kita kali ini.
Ketiga kata “...agar kamu bertaqwa” menunjukkan kata future tense ataupun tujuan yang hendak dicapai. Setiap dari muslim mendambakan rahmat berupa kelapangan hidup, kemudahan rezeki, kesehatan fisik dan rohani, pahala serta surga jika kita telah berpulang kepada-Nya. Untuk mendapatkan itu semua tentunya kita memerlukan jalan, dan bulan ramadhan serta amal ibadah yang terkandung didalamnya merupakan sarana guna mencapai tujuan tersebut.

Manusia juga mendamba pengampunan atas dosa-dosanya yang terdahulu, baik itu merupakan dosa kecil maupun dosa besar. Allah akan senantiasa mengampuninya asalkan kita mau bertobat, menyesali dan membenci mengulangi dosa-dosa tersebut. Alhasil, Allah akan melihat perjuangan hambanya dalam bulan yang membakar dosa ini. Apakah hambanya sanggup atau hanya sekedar menahan lapar dan dahaga semata? Mari kita menyambut bulan suci ramadhan dengan penuh sukacita!


Penulis : Khairullah

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...