Jumat, 22 April 2016

Kartini, Emansipasi atau Feminisme


Gardamedia.org- UKMI Ad-Dakwah USU dan KAMMI se-USU mengadakan Keputrian Akbar Universitas Sumatera Utara pada 22 April 2016 yang bertempat di Aula Teknik USU.  

Ketua Departemen Keputrian, UKMI Ad Dakwah USU, Mutia Audina mahasiswi Psikologi 2012 saat diwawancarai menjelaskan selain untuk memperingati hari Kartini yang jatuh pada 21 April, acara ini dilatarbelakangi oleh bagaimana sebenarnya alasan Kartini itu hadir. Apakah beliau memang hanya sebagai seorang emansipator wanita atau ada faktor lain yang ingin memasukkan ideologi feminisme. Kalangan mahasiswa pastinya mengetahui siapa Kartini dan apa yang dilakukan oleh nya, namun tidak tahu Kartini sedang memainkan peran apa. Kajian keputrian kali ini mencoba mengungkapkan dimana letak perbedaan tersebut dan sosok seperti apa Kartini. 

Siti Nur’aini sebagai pembicara yang diundang mencoba menjelaskan dan membuka mata serta pemikiran para mahasiswi yang hadir mengenai feminisme dan emansipasi yang diperkenalkan oleh RA Kartini. Pembicara yang juga merupakan salah satu staff pengajar FISIP USU ini mulai dari pengertian dasar apa itu feminisme dan bagaimana anggapan mahasiswi tentang feminisme. Setuju atau tidakkah mereka mengenai fenomena feminisme. 

Feminisme hadir dari kiblat mata dunia yaitu Eropa dan Amerika. Feminisme bersumber dari ketertindasan yang dirasakan oleh kaum hawa tentang kelas sosial yang disematkan kepada mereka. Jauh sebelum perkembangan dan peradaban, wanita hanya terletak pada posisi kedua dan bahkan tidak ada posisinya sama sekali. Wanita disama ratakan dengan hewan, warisan, bahkan setara barang dagangan yang layaknya diperjualbelikan. Seiring terjadinya revolusi industri yang terjadi di Inggris semuanya berubah. Industri membutuhkan lebih banyak manusia untuk memenuhi kebutuhan pasar yang besar. Jumlah lelaki yang tidak memadai membuat wanita mau tidak mau juga menjadi pekerja. Pekerja-pekerja wanita disana akhirnya melakukan pemberontakan karena gaji yang tidak sama dengan para pekerja laki-laki sedangkan porsi pekerjaan yang mereka lakukan sama. 

Lahirnya feminisme adalah untuk menuntut hak yang sama terhadap lelaki. Beliau (Siti Nur'aini) kemudian menjelaskan bahwa banyak bagian dari Feminisme, dari Fenimisme liberal, feminism komunisme, serta feminisme lainnya. Beliau juga ingin membuka lebar mata kita bahwa dengan feminismelah para wanita modern sekarang bebas mengakses ruang publik, pendidikan, pekerjaan yang sama dengan lelaki. Wanita sekarang adalah hasil dari gelombang ideology feminisme yang berkembang. Feminisme adalah solusi bagi masyarakat saat itu dengan keadaan mereka yang tertindas karena perlakuan tidak adil. Kartini sebagai simbol perlawanan masyarakat Jawa pada saat itu hadir sebagai sosok yang memberikan emansipasi. Korespondensi menulisnya dan kesejarahan Indonesia yang Jawa-sentris lah membuat Kartini sebagai ikon wanita hingga dewasa ini. Dia mengeluarkan sebuah karya sehingga dijadikan sebuah simbol perubahan oleh para wanita Indonesia. 

Akhir dari penjelasannya, pembicara berharap kita (wanita) sebagai para wanita modern untuk lebih cerdas, terus mengekspresikan diri. Cari dan mencari, kenapa dan mengapa, tulis dan menulis. Sesuatu konsep atau pemikiran harus dicari tahu sejarah, dimana dia berada dan dimana dia diletakkan. Manusia hidup dengan budaya yang berbeda, kesejarahan, kreasi dan intrepretasi yang beragam. 

Mutia Audina juga berharapberg Keputrian Akbar ini dijadikan sebagai agenda wajib. Wanita tidak hanya dirumah, mereka mempunyai fungsinya. Sebagai wanita kita harus berfikir, menulis dan melakukan segala kegiatan lainnya. 

“Jadi, yang bilang wanita gak bisa apa-apa itu salah," tutupnya. 

Reporter : Nanda Rizka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...