Sabtu, 23 April 2016

HARPA LIRIH SANG KEKASIH

Ilustrasi : Internet


HARPA LIRIH SANG KEKASIH (1)
Oleh: Khairullah
Setiap kali membuka lembaran kenangan akan mu
Maka yang timbul hanya makian
Dari sela gemeretak gigiku
Terkadang timbul juga buncah cemburu
Terhadap perlakuan khususmu
Kepada adik bejat yang tidak sepersusuan itu!
            Apa yang sebenarnya membuatmu mencintainya?
            Apa engkau mendapat keuntungan
            Dari kelakuan barbar adikmu!
Padahal aku dulu pemujamu
Sikapmu yang menghargai perbedaan,
menyelesaikan suatu sengketa lewat musyawarah,
dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
Hingga dulu ingin sekali aku menjadi kekasihmu
            Tapi kini cintaku luntur sudah
            Seperti cat yang terkelupas dari dindingnya
            Sejak kejadian itu,
            Kau sematkan benci kepadaku yang bercadar,
            Kau sematkan benci kepada saudara laki-laki ku
            Yang berpeci, berjanggut, dan melafalkan qur’an dimana-mana

Tidakkah kau cinta lagi kepada ku?
Bukankah kita pernah hidup dari cawan minyak yang sama?
Apakah semua karena bisikan gadis laknat itu!
Yang memisahkan ikatan mati cinta tulus kita
            Hingga kau berani menyumpahiku
            Sebagai wanita yang terlahir dari lingkar negara setan
Asal kau tahu, sayangku
Aku masih mencintaimu sepenuhnya
Walaupun kini wajahmu tak setampan dan sebijaksana dulu
Penuh borok, bopeng dan luka
            Saat keluargaku binasa
            Tertembus mortir adik jahanammu itu
            Kau diam saja
            Sama seperti negeri tetanggaku
            Yang mengutuk dalam diam
            Yang mengutuk sambil lalu..
Haruskah cinta kita berakhir seperti ini?
Pahlawanku yang gagah?
Haruskah aku mati kurus
Karena lapar akan dekapan perlindunganmu
Kini,
Aku terus menantimu yang dulu
Dalam cekung mata ini...


HARPA LIRIH SANG KEKASIH (2)
Oleh: Khairullah
Kini aku berada di persimpangan jalan
Antara pergi ke negerimu dengan meninggalkan tanah
Yang tidak lagi tanahku
Atau tetap berdiam disini
Menunggu serdadumu menggerayangi tubuhku
Dan meledakkan kepalaku dengan anak pelornya!
Dimana kau kekasihku?
            Bukankah dulu engkau akan langsung murka
            Jika aku diganggu dan digoda barang sedikit saja
            Telah lupakah engkau akan itu?
Kini aku menatap dengan kaca-kaca di mataku
Pembangunan rumah-rumah baru
Untuk orang-orang dari bangsa dan darahmu
Tinggal lah jejak-jejak keluargaku saja
Yang bercak-cak di tanah yang kalian dirikan
Bahwa kami pernah pula hidup dan bernafas disana
            Gaza, Tepi Barat, maafkan aku
            Aku hanya perempuan lemah yang ber-burqa
            Yang hanya bisa meminta dan memohon kepada Allah sahaja
            Bahwa Allah ‘kan memberikan tanah untuk kita di surga

Maafkan aku meninggalkanmu
Aku tak sanggup lagi mencium amis darah,
luka bakar yang serius, anak-anak yang digantung di pagar-pagar bergerigi,
dan perlawanan antara David dan Goliath yang tidak seimbang..
            Namun,
            Aku juga tidak akan bahagia disana
            Mungkin aku akan berbulan-bulan terombang-ambing di lautan luas,
            atau aku akan diciduk dan menjadi budak zaman modern
Aku tidak tahu pasti
Bagaimana diluar sana, tanahku
Namun yang kutahu aku takkan pernah melupakanmu
            Sedangkan untuk kekasihku yang dulu itu
            Semoga dia dapat mendominasi seluruh negeri dengan sinarnya
            Dan semoga kemudian meredup
            Serta diketemukan mati membusuk bersama wanita jalang itu!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...