 |
Ilustrasi : Internet |
HARPA LIRIH SANG
KEKASIH (1)
Oleh: Khairullah
Setiap
kali membuka lembaran kenangan akan mu
Maka
yang timbul hanya makian
Dari
sela gemeretak gigiku
Terkadang
timbul juga buncah cemburu
Terhadap
perlakuan khususmu
Kepada
adik bejat yang tidak sepersusuan itu!
Apa yang sebenarnya membuatmu
mencintainya?
Apa engkau mendapat keuntungan
Dari kelakuan barbar adikmu!
Padahal
aku dulu pemujamu
Sikapmu
yang menghargai perbedaan,
menyelesaikan
suatu sengketa lewat musyawarah,
dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
Hingga
dulu ingin sekali aku menjadi kekasihmu
Tapi kini cintaku luntur sudah
Seperti cat yang terkelupas dari
dindingnya
Sejak kejadian itu,
Kau sematkan benci kepadaku yang
bercadar,
Kau sematkan benci kepada saudara
laki-laki ku
Yang berpeci, berjanggut, dan
melafalkan qur’an dimana-mana
Tidakkah
kau cinta lagi kepada ku?
Bukankah
kita pernah hidup dari cawan minyak yang sama?
Apakah
semua karena bisikan gadis laknat itu!
Yang
memisahkan ikatan mati cinta tulus kita
Hingga kau berani menyumpahiku
Sebagai wanita yang terlahir dari
lingkar negara setan
Asal
kau tahu, sayangku
Aku
masih mencintaimu sepenuhnya
Walaupun
kini wajahmu tak setampan dan sebijaksana dulu
Penuh
borok, bopeng dan luka
Saat keluargaku binasa
Tertembus mortir adik jahanammu itu
Kau diam saja
Sama seperti negeri tetanggaku
Yang mengutuk dalam diam
Yang mengutuk sambil lalu..
Haruskah
cinta kita berakhir seperti ini?
Pahlawanku
yang gagah?
Haruskah
aku mati kurus
Karena
lapar akan dekapan perlindunganmu
Kini,
Aku
terus menantimu yang dulu
Dalam
cekung mata ini...
HARPA LIRIH SANG
KEKASIH (2)
Oleh: Khairullah
Kini
aku berada di persimpangan jalan
Antara
pergi ke negerimu dengan meninggalkan tanah
Yang
tidak lagi tanahku
Atau
tetap berdiam disini
Menunggu
serdadumu menggerayangi tubuhku
Dan
meledakkan kepalaku dengan anak pelornya!
Dimana
kau kekasihku?
Bukankah dulu engkau akan langsung
murka
Jika aku diganggu dan digoda barang
sedikit saja
Telah lupakah engkau akan itu?
Kini
aku menatap dengan kaca-kaca di mataku
Pembangunan
rumah-rumah baru
Untuk
orang-orang dari bangsa dan darahmu
Tinggal
lah jejak-jejak keluargaku saja
Yang
bercak-cak di tanah yang kalian dirikan
Bahwa
kami pernah pula hidup dan bernafas disana
Gaza, Tepi Barat, maafkan aku
Aku hanya perempuan lemah yang ber-burqa
Yang hanya bisa meminta dan memohon
kepada Allah sahaja
Bahwa Allah ‘kan memberikan tanah
untuk kita di surga
Maafkan
aku meninggalkanmu
Aku
tak sanggup lagi mencium amis darah,
luka
bakar yang serius, anak-anak yang digantung di pagar-pagar bergerigi,
dan
perlawanan antara David dan Goliath yang tidak seimbang..
Namun,
Aku juga tidak akan bahagia disana
Mungkin aku akan berbulan-bulan
terombang-ambing di lautan luas,
atau aku akan diciduk dan menjadi
budak zaman modern
Aku
tidak tahu pasti
Bagaimana
diluar sana, tanahku
Namun
yang kutahu aku takkan pernah melupakanmu
Sedangkan untuk kekasihku yang dulu
itu
Semoga dia dapat mendominasi seluruh
negeri dengan sinarnya
Dan semoga kemudian meredup
Serta diketemukan mati membusuk
bersama wanita jalang itu!