Sabtu, 20 Februari 2016

Dan Rasulullah Menuju Padanya

Gambar : Internet

Gardamedia.org - Sosok berwajah cahaya itu berjalan perlahan. Wajahnya bulat, bening, teduh dengan mata bersinar seakan menampilkan gemintang. Gemintang dambaan umat sepanjang zaman. Ya Rasulullah, salawat dan salam tercurah padamu, ya thala'al badru.

Hanya rasa tak percaya berkecamuk di pikiranku, mungkin juga pikiran orang-orang di sekelilingku saat diumumkan bahwa pertemuan tersebut akan dihadiri Rasulullah. Benarkah ? Lalu kudengar senandung zikir disekitarku. Terus tak putus-putus.

Sosok itu terus berjalan dengan postur tegap, senyum tak henti menghiasi wajah langitnya. Semua orang disekeliling, juga aku, berusaha menggapai sinar matanya. Berusaha menyalami beliau. Namun Rasulullah terus berjalan seakan hanya menuju satu tujuan. Semua mata mengikuti nabi akhir zaman itu. Siapakah yang dituju Rasul tercinta ? Siapakah orang beruntung itu ? Siapakah ?

Kemudian Rasul berhenti di depan orang itu, tersenyum dengan mata penuh cinta, menyalami dan menepuk bahunya. Semua yang ada kembali mendengungkan zikir. Penuh syukur dan takjub.

Lalu aku pun tersentak! Tanganku bergetar ketika dinihari itu aku terbangun dari tidur dan mengingat mimpi yang baru saja aku alami. Kubangunkan suamiku dan kuceritakan mimpi itu. Suamiku menangis terharu. Ia memelukku, kemudian kami berdua sujud syukur dan shalat malam.

Jujur ku akui, aku bukanlah ahli ibadah yang dapat tenggelam bermunajat dalam khusyu. Aku masih harus banyak didorong dan dimotivasi baik oleh teman-teman maupun suami untuk meningkatkan amalan-amalan sunnah. Pun ketika siang hari sebelum aku bermimpi itu, kau berpuasa ayamul bidh, sebuah program menghidupkan ibadah sunnah dalam keluargaku.

Ah, mimpi itu. Ras atak percaya sesaat memenuhi relung hatiku. Tetapi kebahagiaan sejuk merembesi dadaku. Benarkah? Rasanya tak pantas aku melihat senyum Rasulullah dalam mimpi tersebut. Rasanya tak pantas aku bisa melihat sosok al-Amin itu, meski hanya dalam mimpi. Bukankah hanya mereka yang memiliki tingkat keimanan yang tinggi yang mendapat rezeki semulia ini? Seperti Zainab al-Ghazali, seorang aktifis wanita pergerakan Islam di Mesir yang tertangkap dan dipenjarakan rezim Gamal Abdul Naser karena berdakwah. Beliau adalah pejuang Islam yang telah mempersembahkan dirinya untuk Islam. Pada suatu malam dalam penjara yang dingin beliau bermimpi berjumpa Rasulullah SAW.

Aku? Belum ada yang bisa kupersembahkan untuk Islam. Hidupku masih disibuki dengan urusan keduniaan dan kepentingan-kepentingan jangka pendek. Sungguh aku tak sanggup menceritakan mimpi ini. Tetapi aku yakin akan kebaikan Allah, dan senantiasa berharap semoga Allah berkenan menerima amalku yang masih sedikit agar mampu bangkit dan terus memperbaiki diri.

Sedangkan orang yang disalami Rasulullah dalam mimpi itu... Siapakah dia? Persentuhanku dengan orang itu hanya beberapa kali saja. Aku lebih banyak mendengar dari orang lain mengenai kebaikan-kebaikan beliau. Seorang ustadz yang ramah dan jenaka, memiliki integritas yang baik, dan sering kali membuat orang menangis saat mendengar nasehatnya.

Satu hal yang juga selalu diingat banyak orang adalah kebiasaan beliau bersedekah setiap hari. Tak ada hari dilewati beliau tanpa berdakwah di jalan-Nya. Sampai kemudian kanker hati mulai menggerogoti tubuhnya. Terus menggerogoti, hingga beliau harus menjalani beberapa kali operasi. Namun, seperti yang kudengar dari orang-orang, kesabaran selalu menghiasi hari-hari beliau meski sakit mendera. Bahkan sedekah terus beliau lakukan meski sedang sakit.

Kurang lebih dua minggu setelah mimpi itu aku mendengar kabar beliau wafat. Dari kabar itu pula aku mendengar bahwa begitu banyak pelayat yang datang ke rumah beliau. Bahkan salat jenazah pun sampai dilakukan beberapa tahap karena mesjid  tak mampu menampung mereka yang ingin menyalatkan beliau. Ah, kemudian kau sadar. Allahu a'lam. Mimipiku itu mungkin perantara bahwa Rasulullah mencintai sosok itu. Dan Allah memang lebih sayang pada hamba-Nya yang terbaik, dan mengambil kembali beliau kesisi-Nya. Ya, beliau seorang kader dari salah satu partai di negeri ini.

Beliaulah, yang sebelum ruh lepas dari raga, memberikan tiga wasiat bagi orang di sekelilingnya: tingkatkan hubungan silaturrahmi, konsisiten di jalan lurus, dan pergauli serta perbaiki masyarakat agar menjadi lebih baik. Beliau yang ada dalam mimpiku, yang disalami serta dirangkul oleh Rasulullah itu adalah Ustadz Ahmad Madani.


Kisah ini dikutip dari salah satu buku karya Helvy Tiana Rosa dkk berjudul "Bukan di Negeri Dongeng". 


Senin, 15 Februari 2016

Mencari Perhatian Allah dengan Aktualisasi Diri


Gardamedia.org - Perspektif humanistik dalam Psikologi Perkembangan mengatakan, bahwa individu pada dasarnya memiliki potensi positif dan mampu mengendalikan hidupnya. Menurut pendekatan ini, hidup seseorang selalu diarahkan untuk mencapai tujuan terbaik dalam hidupnya, yaitu mengaktualisasikan diri.
Pertanyaannya adalah, apakah tujuan terbaik dalam hidup seorang manusia hanya pegaktualisasian diri, tanpa mengetahui aktualisasi tersebut ditujukan untuk siapa? Hanya ada dua pilihan, Kalau bukan manusia pasti Tuhan. Kalau bukan dunia pasti akhirat.
Ketika berbicara aktualisasi diri seorang muslim, maka yang harus kita cari adalah perhatian Allah Subhanahu Wa Ta’ala bukan perhatian manusia. Karena orang-orang yang selalu mencari perhatian Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan orang-orang yang mendapat jaminan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Meskipun terkadang kita melihat hidup mereka susah. Namun sebenarnya mereka bahagia, sebab Allah bersama mereka.
Berbeda halnya dengan orang-orang yang mencari perhatian manusia dalam proses pengaktualisasian dirinya. Kebahagiaan dunia mungkin akan di dapatnya, namun semua itu tidak ada apa-apanya di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Kita bisa mengambil contoh seseorang yang memandang dirinya mampu menjadi penulis yang hebat. Menurutnya menjadi seorang penulis merupakan suatu hal yang membahagiakan dalam hidupnya. Sebab selain mendapatkan uang, menulis juga akan membuatnya dikenal semua orang. Ada ego satisfaction tersendiri yang dirasakannya, ketika menulis lalu dinikmati oleh orang banyak.
Kondisi tersebut akan membuatnya mengarahkan semua perilakunya untuk meraih harapannya menjadi tersebut. Misalnya membiasakan diri menulis setiap hari, memasuki komunitas penulis, membangun blog, mengirim tulisan ke media massa, menyukai bacaan yang berhubungan dengan motivasi menulis, berkumpul dengan teman-teman penulis dan mengikutsertakan diri setiap kali ada lomba kepenulisan. Apapun yang dilakukannya selalu dengan pertimbangan, apakah sesuai dengan hobinya tersebut.
Secara kasat mata, tak ada yang salah dengan apa yang dilakukan seseorang pada contoh di atas. Ia berbuat dan berusaha sesuai dengan potensi yang dimilikinya tanpa merugikan orang lain. Bahkan  apa yang dilakukannya tersebut merupakan sebuah prestasi yang tidak semua orang mampu melakukannya. Pun dengan usahanya tersebut merupakan salah satu langkah konkrit dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan bertambahnya wawasan orang yang membaca tulisannya.
Yang menjadi problem adalah, apakah aktualisasi diri yang dilakunnya itu, sudah sesuai dengan apa yang Allah mau? Timbul pertanyaan selanjutnya. Emang apa yang Allah mau? Yang Allah mau sebenarnya tidak banyak, hanya bagaimana supaya kita mengabdi kepada-Nya saja. Sementara si Fulan pada contoh diatas mencoba mengaktualisasikan dirinya bukan dalam rangka mengabdi atau mencari perhatian Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia hanya berpikir bagaimana supaya menjadi penulis hebat yang bisa dikenal dunia. Dalam artian ia hanya mencari perhatian manusia. Pengabdiannya bukan untuk Allah, melainkan untuk manusia.
”Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Az-Zariyat: 56)
Menurut Albert Ellis & Aaron Beck: Yang menentukan kondisi emosi kita bukan semata-mata peristiwa yang kita alami, namun cara kita memaknai peristiwa tersebut. Orang-orang yang mencari perhatian Allah Subhanahu Wa Ta’ala punya cara tersendiri untuk memaknai peristiwa yang mereka alami, yakni dengan melibatkan Sang Pembuat peristiwa tersebut. Sehingga mereka tidak pernah merasakan galau yang berkepanjangan ketika ditimpa musibah. Sebagaimana sebaik-baik contoh adalah para nabi, para Siddiqin, para syuhada dan orang-orang saleh adalah orang-orang yang selalu ditimpa kesusahan dan kemalangan. Dengan habisnya harta kekayaan, pangkat, jabatan serta ancaman kematian yang selalu menghantui mereka demi dakwah dijalan Allah. Kita memandang hidup mereka susah, padahal mereka bahagia. Sebab Allah selalu dijadikan tujuannya. Mereka selalu bersikap zuhud terhadap dunianya, sehingga harta dan jiwanya telah dijual kepada Allah Azza Wa Jalla untuk meraih surga-Nya.
Adapun orang yang mengaktualisasikan dirinya hanya untuk mencari pengakuan manusia, perumpamaannya seperti meminum air dingin saat kepedasan. Rasa pedas hanya akan hilang ketika air tersebut masih berada di bibirnya. Namun ketika sudah mengalir ke dalam kerongkongan, rasa pedas tersebut akan kambuh lagi seperti semula. Bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Artinya apa? Seseorang itu hanya akan mengaktualisasi dirinya ketika mendapat pengakuan dari manusia seperti sahabat, keluarga, orang terdekat atau masyarakat luas. Ketika pengakuan itu berhenti ia peroleh, maka otomatis aktualisasi dirinya juga ikut terhenti. Sebab pemikirannya terlalu sempit dengan mencari perhatian makhluk, bukan mencari perhatian Pencipta makhluk tersebut.

Penulis : Muhammad Aji Nasution, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip USU stambuk 2013. Penulis juga masih menjabat sebagai Manajer Wartawan Dakwah Kampus Gardamedia USU.

Minggu, 14 Februari 2016

Semarak Gerakan Menutup Aurat 2016

Tampak ratusan lebih muslimah ikut meriahkan GMA 2016, Ahad (14/2).

GMA merupakan singkatan dari Gerakan Menutup Aurat, sebagian orang juga menyingkatnya dengan GEMAR. Kegiatan ini adalah salah satu bentuk syiar Islam untuk mengajak orang-orang menutup auratnya. Sejak awal pelaksanaannya, GMA menargetkan objek siarnya kepada para wanita. Ini ditandai selalu adanya jilbab gratis yang diberi ke masyarakat dan menjadi inti dari seluruh acara. Di Medan, gerakan ini telah diadakan tiga kali pada tanggal yang sama yakni 14 Februari. PD KAMMI Medan bertindak sebagai promotor, dengan media partner Rumah Dakwah Indonesia serta disponsori oleh FSLDK SU, solidaritas Peduli Jilbab Medan, One Day One Juz Medan, Mizu Hijab, Pejuang Subuh Medan, Forum Silaturrahim  Mahasiswa 165 Sumut, Gerakan Pemuda 165 Sumut,    My Club Medan, JPRMI, FoSSEI SUMBAGUT, SALIMAH, Mimar Hijab, ODOTIARA, Rumah Zakat Medan, dan Hijabers Community Medan.

Kegiatan dimulai dari pukul 07.00 wib sampai dengan menjelang salat Dzuhur. Banyak kegiatan yang diusung pada GMA kali ini, beberapa diantaranya longmarch dari Lapangan Merdeka Medan dan berakhir di Masjid Raya Al-Mahsun Medan, pembagian kaos kaki dan khimar gratis, kemudian ada tausiyah yang dibawakan oleh ustadz Salman Al-farisi, dan banyak kegiatan lainnya.

”GMA tahun ini lebih meriah dari tahun sebelumnya dilihat dari antuasiasme para peserta yang ikut memeriahkan kegiatan serta juga banyaknya para sponsor yang turut serta membantu dalam kegiatan GMA ini. Selain sebagai syiar dakwah agar wanita muslimah menutup aurat kegiatan ini juga bertujuan sebagai pengalihan isu bagi masyarakat umum mengenai tanggal 14 itu adalah hari menutup aurat sedunia, bukan hari valentine yang sering diagung-agungkan oleh para remaja di Indonesia” Ungkap Ketua Panitia, Mashudi. Beliau juga menuturkan bahwa persiapan melaksanakan GMA tahun 2016 ini hanya membutuhkan waktu satu bulan saja. Terlepas dari suksesnya GMA, tetap ada hambatan yang selalu datang seperti tanggapan sinis dari masyarakat serta keterbatasan jumlah dana. Namun hal ini tetap bisa diatasi. Mashudi berharap tahun yang akan datang GMA bisa lebih meriah lagi dari tahun ini.

Semarak GMA sangat terasa, pelaksanaannya cukup menarik pusat perhatian masyarakat kota Medan. Rika adalah salah satu dari banyak warga yang sengaja melintas dan mengabadikan momen GMA lewat kamera ponselnya. Rika  mengaku bahwa ia tidak menyangka ada kegiatan seperti ini, dan baru mengetahui bahwa tanggal 14 februari itu merupakan hari Menutup Aurat Internasional. Ia berharap GMA tetap dilaksanakan setiap tahunnya agar lebih banyak lagi wanita-wanita yang segera menutup auratnya. Pada lain kesempatan ia juga sangat ingin berpartisipasi didalamnya.

Penulis : Tina Aisyah
Foto : Tina Aisyah

Selasa, 02 Februari 2016

Satu Jiwa



Hari-hariku di Kampus seketika menjadi mati.Sejak mereka menemukanku (ya, aku tidak terlalu suka mencari). Mereka tidak seperti kebanyakan teman dekatku dulu, melakukan semua yang membuat kami tertawa. Thats life,  right?

Pertemuan pertama kami sungguh menyesakkan dadaku. Orang-orang seperti apa mereka ini? Duduk berdekatan mereka saja aku tidak nyaman apalagi diajak mendengar kajian (ceramah dimesjid). Dalam diam, batinku mendefenisikan bahwa mereka perempuan-perempuan aneh. Tidak menyenangkan dan tidak gaul! Mengapa mereka terus-terusan mendekam dalam Musholla? Aktivitas yang membosankan.

Salat,  mengaji, membaca buku-buku Islam dan tak absen untuk saling memberi tausyiah. Sedikitpun tidak ada kutemukan pembicaraan lucu yang buat aku bisa tertawa terbahak. Aku sangat ingin lari dari mereka. Pergi dan tak mau kembali lagi, tapi seakan ada hukum yang membelenggu kakiku sehingga aku tak bisa lepas dari penawanan ini. Aku tidak pernah tahu apa yang membuatku tak pernah berani untuk melakukannya. Aku terhipnotis.

Setiap langkah yang aku ayun bukannya keluar dari Musholla,  malah mendatangi Masjid yang lain pula. Aku terkena hipnotis. Aku pasrah, hingga hatiku menjadi biasa dengan kebosanan ini. Namun suatu ketika, aku kembali seperti terkena hipnotis lagi dalam keadaan sadar. Tapi kali ini berbeda. Aku tidak tahu kenapa dan dari mana datangnya. Kala itu suara sang ustad mengalun beda menyambangi telinga bagai untaian bisikan indah dan dengan merdunya menjamah kalbuku hingga ia menjadi lembut. Aku pandang wajah orang-orang aneh disekelilingku dan mereka seketika berubah!

Masih terhipnotis. Aku rasakan sejak saat itu, aku mulai kerasukan sesuatu. Tiba-tiba saja aku seperti akan menjadi mereka. Orang-orang aneh itu.

Hari ini, aku sudah sedikit mirip dengan mereka. Aku amat bahagia bila menjadi bagian satu jiwa dengan mereka. Aku amat bahagia bila mampu mencintai mereka seperti aku mencintai diriku. Aku sekarang adalah orang aneh dengan hati yang bahagia walau kau tak percaya. Dan ternyata rangkaian hipnotis yang selama ini aku alami adalah sepaket hidayah. Aku mendapatkannya melalui mereka.

Jika ada yang menanyakan padaku. Apa jadinya jika kau kehilangan mereka? Aku tidak tahu, yang aku tahu mereka pasti mendoakanku.




Penulis : Tara R. Nida Batu Bara

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...