![]() |
Ilustrasi: Internet |
Gardamedia.org - Islam
hadir sebagai jawaban atas ‘kejahilan’ masyarakat arab pada zaman dahulu sangat
berdampak pada peradaban bukan hanya di tanah Arab bahkan dunia hingga
sekarang. Kelahiran salah satu agama terbesar di dunia tersebut kini telah
menjadi perhatian dunia baik dalam konteks ekonomi, kebudayaan serta sosial
politik. Bicara islam juga sangat inheren dengan masyarakat karena salah satu
kunci kesuksesan manusia beragama menurut Islam adalah bermanfaatnya ia di
masyarakat, maka dalam hal ini Islam tidak hanya total berbicara hubungan
transendental kepada sang khalik namun juga hubungan horizontalnya kepada
sesama manusia.
Al-qur’an dan Fondasi ajaran islam
Bicara
Islam akarnya adalah
Alquran, melihat Islam tak bisa lepas dari Alquran, kitab suci umat islam yang
memuat seluruh aspek kehidupan manusia dari yang terkecil sampai hal terbesar
dalam aktivitas sosial manusia. Penyusunan surah-surah Alquran bersifat
mekanis, didasarkan atas panjang pendeknya surah. Surah-surah makiyyah yang
berjumlah sekitar 90 surat dan termasuk ke dalam periode perjuangan awal,
kebanyakan pendek-pendek, tegas, berapi-api, bersemangat, dan sarat dengan
semangat kenabian. Di dalamnya, keesaan Tuhan, sifat-sifatNya, kewajiban etis
manusia dan hari pembalasan menjadi tema-tema utama. Surah-surah madaniyah,
sebanyak 24 surat (sekitar sepertiga kandungan Alquran) yang diturunkan (unzilat) pada periode kemenangan
kebanyakan panjang-panjang, luas cakupanya dan sarat dengan muatan hukum. Di dalamnya, dogma-dogma teologis dan
aturan-aturan formal yang terkait dengan salat berjama’ah, puasa, haji dan
bulan-bulan suci mulai ditetapkan. Lebih jauh lagi, surah madaniyah memuat
hukum-hukum yang melarang minuman keras, babi dan perjudian, aturan-aturan
keuangan dan militer seperti zakat dan perang suci (jihad), hukum-hukum pidana
dan perdata yang terkait dengan pembunuhan, tebusan, pencurian, riba, penikahan
dan perceraian, perzinahan, hukum waris dan pembebasan budak. Aturan-aturan
pernikahan yang sering dikutip (Q.S. 4:3) sebenarnya bertujuan untuk membatasi,
bukan memperkenalkan poligami sementara ketentuan tentang perlakuan terhadap
budak, anak yatim dan musafir (Q.S. 4:2,3,36:16:71:24:33) menjadi ketentuan
yang paling humanis dalam hukum islam. Membebaskan budak dinyatakan sebagai
tindakan yang paling disenangi Tuhan dan bisa menebus dosa seseorang.
Kisah-kisah teladan terdahulu dan para nabi muncul diberbagai tempat dalam
surah madaniyah, seperti surah ke-24. Di antara ayat-ayat Alquran yang paling
agung adalah surah 2: 177, 262.[1]
Alquran
merupakan firman Allah (kalam, Q.S. 9: 6: 48: 15: bandingkan dengan Q.S. 6:
114-115) yang berisi wahyu terakhir (Q.S. 17: 106-107: 97: 1: 44: 3: 28: 51:
46: 11) dan ‘tidak diciptakan’. Baik dalam aksara maupun bahasanya, Alquran
identik dan memiliki keabadian yang sama dengan bentuk idealnya di langit (Q.S.
56:77-80: 85: 21-22). Dari semua mukjizat, Alquran merupakan mukjizat terbesar.
Keistimewaan, keagungan dan kehebatan Alquran ditegaskan dalam beberapa ayat
yang diantaranya menyatakan bahwa jika semua manusia dan jin bergabung, mereka
tidak akan mempu menghasilkan hal yang serupa dengan Alquran (Q.S. 17: 88).
Semua
kisah dalam Al-quran dipaparkan dengan tujuan untuk mendidik, bukan semata
untuk bercerita namun untuk memberikan pelajaran moral dan mengajarkan bahwa di
masa lalu Tuhan selalu memberikan balasan pahala kepada orang-orang baik dan
menghukum orang-orang jahat.[2]
Islam sikap tunduk pada kehendak Tuhan.
Dari
tiga agama monoteisme yang dikembangkan oleh Bangsa Semit, Islam dengan
Alqurannya adalah yang paling mirip dan mendekati Yahudi dengan Perjanjian
Lamanya, ketimbang Kristen dengan Perjanjian Barunya, namun Islam memiliki
kedekatan dengan keduanya. Fondasi agama Islam, sebagaimana diungkapkan oleh
seorang teolog meliputi tiga prinsip yang berbeda, yaitu ‘iman’ (keyakinan agama), ‘ibadah’
(peribadatan, kewajiban agama) dan ‘ihsan’
( perilaku baik), yang ketiganya tercakup dalam makna din (agama).[3]Sesungguhya
agama di sisi Allah adalah Islam (Q.S. 3: 17). Prinsip iman melibatkan
keyakinan kepada Tuhan, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, hari pembalasan dan takdir. Ajaran yang pertama dan terpenting dalam iman adalah pengesaan
Tuhan sebagaimana tercermin dalam kalimat ‘la ‘ilaha illa’ Allah’, tidak ada
Tuhan selain Allah. Dalam iman, konsep Tuhan menempati posisi tertinggi. Dan
kenyataanya, lebih dari 90% kajian teologi Islam membahas Tuhan berikut segala
aspek yang terkait denganNya. Dia adalah Tuhan yang sejati dan
sebenar-benarnya. Penegasan tentang keesaanNya tertuang dengan sangat tegas
dalam Alquran surah ke-112. Tuhan merupakan realitas tertinggi, terdahulu,
pencipta (Q.S. 16: 3-17: 2: 28-29), Maha Mengetahui, Mahakuasa (13: 9-17: 6:
61-65: 2: 106: 3: 26-27), Maha Hidup dan Berdiri Sendiri (Q.S. 2: 225: 3: 1).
Dia memiliki 99 nama indah (al-asma’
al-husna,[4]
Q.S. 7: 180) dan berbagai macam sifat. Butiran tasbih orang-orang islam terdiri
atas 99 biji sesuai dengan jumlah nama Tuhan. Salah satu sifatNya, yaitu cinta
kasih, disandingkan dengan sifat Maha Perkasa dan Maha Agung (Q.S. 59: 22-24).
Islam (Q.S. 5: 3: 6: 125: 49: 14) adalah agama ‘ketundukan’, ‘penyerahan diri’
kepada kehendak Allah. Ketundukan Ibrahim dan anaknya pada ujian Tuhan untuk
mengorbankan anaknya diungkapkan dalam kata kerja aslama (Q.S. 37: 103), jelas merupakan sikap yang mengilhami Muhammad
untuk menjadikan Islam sebagai nama agamanya.[5]Di
sinilah terletak pokok kekuatan Islam, pada bentuk monoteismenya yang ketat,
sistem keyakinannya yang sederhana, dan hasrat yag kuat pada kekuasaan
tertinggi dalam wujud zat yang abstrak. Para pemeluknya menikmati perasaan puas
dan pasrah yang tidak dimiliki oleh para penganut agama lain.
Ajaran
iman yang kedua adalah mengakui Muhammad sebagai utusan (rasul) Allah (Q.S. 7: 158: 48:29), nabiNya
(Q.S. 7: 157-158), pemberi peringatan (Q.S. 35: 23) kepada umatnya, dan sebagai
penghulu (Q.S. 33: 40) jalur panjang para nabi dan karena itulah, ia merupakan
nabi terbesar. Dalam sistem teologi Alquran, Muhammad tidak lain adalah manusia
yang membawa mukjizat berupa Alquran, tapi dalam sejarah riwayatnya, kisah dan keyakinan
para pengikutnya, Muhammad juga dianggap memiliki ruh Tuhan. Agamanya sejak
semula merupakan agama praktis dan efisien. Ia tidak menawarkan gagasan yang
tidak mungkin dicapai, hanya ada sedikit kerumitan dan kesulitan teologis,
tidak ada pembabtisan mistik dan tidak ada hirarki kependetaan yang melibatkan
proses penobatan, penasbihan dan ‘pewaris kenabian’.
Islam, jawaban atas persoalan hidup manusia
Berdasarkan
paparan di atas, betapa kompleksnya isi Alquran, kitab suci umat Islam tersebut
bukan hanya berbicara ritual peribadatan semata akan tetapi seluruh aspek
kehidupan manusia. Agama tentu banyak bicara moralitas yang juga merupakan
dasar umat manusia untuk hidup sesuai ‘fitrahnya’ di dunia akan tetapi Islam
bukan hanya fokus pada moralitas, Islam mengupas segala lini kehidupan. Titik
paling menentukan tindakan manusia misalnya yakni ‘fikiran’, Islam adalah agama
yang sangat rasional bahkan di akhir beberapa ayat sering menekankan untuk
‘berfikir’, lihat bagaimana Islam mengagungkan akal manusia bahkan Allah sudah
sangat jelas mengatakan bahwa ‘Dia tidak akan mengubah nasib hambaNya sebelum
hamba itu sendiri yang mengubahnya’.
Dapat
ditarik benang merah penyebab segala penyimpangan sosial di masyarakat adalah
‘ekonomi’, jika ekonomi kontemporer mengatakan bahwa sumber daya alam yang
terbatas tidak cukup memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas maka
ekonomi ilahi mengatakan sebaliknya bahwa sumberdaya alam yang terbatas cukup
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terbatas, lihat bagaimana Islam dengan
tegas menggariskan bahwa sejatinya ‘kebutuhan manusia terbatas’ bukan tidak
terbatas. Sejarah menuliskan bahwa Nabi SAW, para Khulafaurrasyidin dan
khalifah-khalifah berikutnya adalah orang kaya namun sederhana dalam
kehidupanya, bahkan Islam pun menyuruh seluruh umat Islam untuk menjadi orang
kaya namun jangan sampai lupa akan ‘dimensi sosial’ di tengah-tengah masyarakat
karena kemiskinan akan dekat pada ‘kufur’ dan hal inilah yang menjadi substansi
dari prinsip ‘zakat’. Islam menganjurkan menjadi orang kaya namun lebih
memuliakan mereka yang senang membantu saudaranya yang lemah.
Dari
persoalan ekonomi maka akan merambah pada permasalahan yang lain yakni ‘politik,
sosial, budaya’. Dalam aktivitas politik misalnya Islam tegas menjadikan tujuan
berpolitik adalah untuk menegakkan syariat islam, menegakkan kalimat tauhid di
tengah-tengah ummat dan meminimalisir larangan Allah di masyarakat yang pada
akhirnya akan tercipta masyarakat yang madani. Butuh dalil apalagi untuk
mengatakan bahwa islam adalah agama yang ortodoks dan anti pembebasan, tak ada
lagi perdebatan tentang islam, Islam berhasil menjawab tantangan hidup manusia
lewat hukum-hukumnya. Islam bukanlah dongeng yang seolah-olah memberi harapan
utopis pada umatnya, Islam mengajarkan lewat peristiwa, nalar berfikir serta
‘fakta sejarah’. Islam sebagaimana tertuang dalam Alquran adalah
rahmatanlil’alamin (rahmat bagi seluruh alam), jika manusia tak juga bebas dari
masalah hidup yang menerpa, maka jangan putus asa, kembali lah kepada Islam,
cahaya yang terang benderang, karena Islam adalah sokoguru
pembebasan umat manusia.
[1] History of the Arabs, Philip K Hitti (Palgrave Macmillan, 2002)
[2] The legacy of israel, E.R. Bevan dan C. Singer (oxford, 1928)
[3] Bandingkan dengan al-syahrastani, al-milal wa al-nihal, Cureton
(London, 1842-1846)
[4] Al Ghazali, al maqshad al-atsma, edisi kedua (kairo, 1324), hal. 12:
Baghawi, Mashabih, jilid I, hal. 96-97.
[5] C.C. Torrey, The Jewish Foundation of Islam (New York, 1933) hal. 90,
102.
Ditulis oleh : Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan (mahasiswa Ilmu Politik FISIP USU stambuk 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar