![]() |
Ilustrasi : |
Tiada
daya dan kuasa selain pada Allah semata, Rabb Penguasa seantero langit dan
bumi. Segala yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Mari berduka atas tragedi
yang menimpa Paris beberapa waktu lalu. Tak ada salahnya saling berbelasungkawa
atas duka yang terjadi. Karena manusia makhluk sosial, maka saling bisa
merasakan apa yang dirasakan. Seharusnya.
Atas
tragedi di Paris, media-media sedang sibuk menggembar-gemborkan segala jenis
berita dan hampir semuanya seragam dengan ucapan nyaris serentak, bahwa Islam adalah dalang di
balik semua ini.
Mari telaah kembali Al-Baqarah ayat 120 yang mengingatkan pada
umat Islam bahwa, tak akan ridha orang-orang tersebut sampai umat Islam
mengikuti ajaran mereka.
"Dan tak akan pernah ridha kepadamu Yahudi dan Nasrani sampai kamu mengikuti millah mereka.... (QS.Al-Baqarah: 120)
Dalam ilmu nahwu, kata "lan" diartikan dengan
"tak pernah" yang biasanya akan diikuti 'fiil mudhari' yang memberi
makna masa sekarang atau masa akan datang. Dalam ayat yang termaktub di surah
Al-Baqarah itu, pun begitu. Maka, bersikap hati-hati dan selalu siap merupakan
salah satu pencegahannya. Umat Islam tidak diajarkan membenci.
Sementara
itu, dalam surah lain juga umat Islam dilarang mengikuti 'millah' dari selain
Islam.
"Katakanlah (Muhammad) : 'Wahai orang-orang kafir! aku tidak menyembah
apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku
sembah. Untukmu agamamu, untukku agamaku”. (QS.Al-Kafiruun:1-6)
Maka, bertoleransi merupakan hal yang sah saja. Namun demikian,
bagaimana jika keadaan seperti ini? Ketika umat Islam malah dipaksa bersalah
dan berdosa atas segala permasalahan yang terjadi, atas tuduhan-tuduhan dari
orang-orang di luar Islam dan bahkan orang Islam sendiri, atas tuduhan rezim
media mainstream yang menjadi senjata para penuduh tersebut?
Seperti yang pernah ditengarai mantan wartawan senior Eropa pada
abad ke-19 lalu bahwa, pada abad ke-20 dan seterusnya, media merupakan sarana
kuat dalam menyebarkan kabar berita. Hal itu diketahui oleh orang-orang yang
bersiap melakukan konspirasi terhadap umat Islam sejak lama, sehingga
penengaraian itu segera dilaksanakan sejak itu juga dan mulai booming sejak
abad ke-20. Sebagai bukti, sudah berapa negara Islam yang dicabik-cabik dengan
permainan media?
Maka,
segeralah umat Islam memohon pertolongan Allah. Bersabarlah dan shalat (lihat:
Al-Baqarah, 153). Sabar bukan berarti diam tanpa tindakan. Sabar bukan berarti
menyeringai dengan mulut mencarut-maruti semuanya. Bukankah seorang Muslim
lisannya terjaga?
Amalan
yang sangat dicintai Allah adalah menjaga lisan (HR. Baihaqqi). Janganlah
berdosa karena lisan yang terlalu menjebak diri. Sungguh kebanyakan manusia
berdosa pada hari kiamat, kebanyakan dari mereka berkata yang tidak bermanfaat.
(HR. Ibnu Nashir)
Maka
dari itu, hendaklah tetap menjaga diri dan tidak terjebak banyak berita yang
seringkali memojokkan Islam. Tabayyun-lah. Umat Islam hendaknya kritis. Mari
berduka dan berdoa untuk umat manusia di Paris. Dan jangan lupa, doakan saudara
sesama Muslim, saudara sesama pemegang panji Islam, saudara yang sama-sama kita
harapkan akan kita jumpai di surga-Nya nanti, agar dapat memperjuangkan Islam.
Mari, sama-sama perjuangkan peradaban Islam.
Penulis
: No Name
Tidak ada komentar:
Posting Komentar