Senin, 30 November 2015

HANTU PHK

Ilustrasi : kendaripos.co.id

Gardamedia.org - Jika ada masyarakat kita yang bangga dengan kekaryawanannya, maka saya yakin bangsa kita ini sedang sakit parah. Jika ada masyarakat kita yang bangga dengan kepegawaiannya, maka kita benar-benar tidak belajar dari usia bangsa ini yang sudah renta. Karena menjadi pegawai ataupun karyawan di suatu instansi rentan di-PHK.

Instansi-instansi pemerintahan yang dulu kita banggakan, kini berubah menjadi rumah hantu yang sangat horor. Sewaktu-waktu hantu itu akan menakuti kita dengan gaungan PHK. Jadi, jika sekumpulan sarjanawan-sarjanawati lulusan universitas ternama pun nampaknya akan menangis terharu sebentar saja. Karena setelah itu mereka akan menangis karena benar-benar ketakutan.

Jika manusia Indonesia dididik untuk menjadi pekerja di suatu instansi pemerintahan atau swasta, nampaknya pendidikan kita juga sudah salah kaprah. Seharusnya manusia beserta SDM Indonesia dididik untuk menjadi manusia mandiri dan tidak mau terus diemong. Masyarakat Indonesia sudah terlalu banyak, nampaknya program KB pun tidak mampu menahan laju birahi bapak dan ibu untuk terus beranak (melarikan diri dari pahitnya realitas hidup). Akhirnya, lapangan pekerjaan pun sudah terlalu buncit.

Tidak salah jika kita telah diterima di suatu instansi perusahaan negeri ataupun swasta. Namun, alangkah lebih baik jika itu dijadikan batu locatan untuk di kemudian hari. Hantu PHK kini tidak hanya mendekam di instansi-instansi, lemahnya rupiah membuat mereka bergentayangan ke seantero nusantara gemah ripah loh jinawi.  Lantas bagaimana?

Mulai saat ini sarjanawan-sarjanawati kita haruslah merubah konsep batok kepalanya; dari mencari pekerjaan ke membuat lapangan pekerjaan. Merubah pola pikirnya; dari terus membanggakan SDA-nya saja. Kita tidak butuh bangga-banggaan lagi, apalagi gengsi-gensian. Yang kita butuhkan adalah lebih banyak lapangan pekerjaan. Sekecil apapun skala pekerjaan itu akan menjadi besar, jika dicanangkan selayaknya membuat skripsi. Jika tidak mampu, maka lebih baik jangan mengaku sarjana saja!

Pada akhirnya SDA kita akan habis, punah dan hilang. Tapi, SDM seyogyanya tidaklah demikian. Jika pemerintah dan yang diperintah mau untuk tidak lagi manja dengan zona aman yang didapatinya, secara berlelah-lelah ataupun secara mudah. Bangsa kita harus siaga satu, was-was. Karena instansi hebat pun kini tidak mampu lagi menjamin kita sejahtera.



Penulis : Khairullah Mustafa


Kamis, 26 November 2015

Pelantikan Gubernur-Wakil Gubernur FEB USU, Sederhana tapi Berkesan

Suasana pelantikan Gubernur-Wakil Gubernur FEB USU periode 2015-2016
yang dipimpin oleh Leo Gustiawan (Ketua MPMF 2015-2016) yang juga bertugas
sebagai pengambil sumpah pasangan terpilih.


Gardamedia.org - Pelantikan Gubernur-Wakil Gubernur Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara kali ini tampak berbeda dengan pelantikan Gubernur-Wakil Gubernur tahun sebelumnya. Kenapa tidak, pelantikan kali ini dilaksanakan dengan kondisi yang begitu sederhana, kalau mungkin tahun sebelumnya pelantikan selalu dilakukan di Aula FEB USU yang sejuk dan nyaman, maka kali ini pelantikan dilakukan diluar ruangan yang bertempat di pendopo FEB USU dengan kondisi alakadarnya tanpa AC ataupun tempat duduk yang nyaman. Tapi justru inilah yang menjadikan pelantikan tahun ini begitu berkesan, sebab dengan kondisi outdoor seperti ini membuat pelantikan bisa disaksikan oleh seluruh mahasiswa FEB USU, yang artinya adalah seluruh mahasiswa FEB USU berkesempatan untuk melihat pemimpin baru mereka untuk satu periode ke depan mengucap ikrar sumpah setia untuk memajukan FEB USU.

Acara yang dilaksanakan pada hari Kamis (26/11) ini diawali dengan kata sambutan Gubernur demisoner (M.Taqwa Yulian), Presiden USU (Brilian Amial Rasyid), dan Wakil Dekan III FEB USU (Ami Dilham). Dalam kata sambutannya, Ami Dilham selaku WD III FEB USU tak lupa mengingatkan kepada pasangan Gubernur-Wakil Gubernur terpilih Surya-Teguh untuk tetap menjaga komunikasi yang baik dengan pihak dekanat, baik saat sedang ada masalah dengan PEMA maupun  huntuk membicarakan mengenai kebijakan-kebijakan pasangan untuk kedepannya. Beliau juga mengungkapkan betapa banyak masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan menjaga komunikasi yang baik.

Surya Darma, Gubernur terpilih FEB USU dalam kata sambutannya mengajak seluruh mahasiswa FEB untuk mampu berkontribusi meningkatkan kemajuan FEB secara khusus serta USU secara umum, serta mampu bekerja satu sama lain saling mendukung dan  untuk selalu bekerja sesuai dengan peran masing-masing.

“Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara tumbuh dan berkembang dengan sejarah yang luar biasa, yang hari ini kita yakin bukan hanya besar dimata Nasional, tapi kelak juga akan besar dimata Internasional. Tapi ingat satu hal, apa yang telah kita sampaikan tadi tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Semua itu butuh harmonisasi, sinergitas seluruh elemen-elemen yang ada di FEB ini, baik itu dosen, dekanat, apalagi kita selaku mahasiswa.” tuturnya.

“Jika hari ini kita bicara kontribusi, maka kita semua harus sadar kalau kita mempunyai peran masing-masing. Dosen bekerjalah sesuai dengan fungsinya sebagai dosen yang mendidik para mahasiswanya, para petinggi dekanat bekerjalah sesuai dengan peran serta fungsi masing-masing dan lakukan apa yang menjadi pekerjaan bapak, saudara di MPMF bekerjalah sesuai dengan peran dan fungsi anda, para ketua HMJ bekerjalah sesuai dengan peran dan fungsi kalian, dan kita semua yang berada di Pemerintahan Mahasiswa akan bekerja lebih giat, lebih keras untuk mewujudkan FEB yang lebih hebat. Dan itu semua bukan hanya ada di otak, bukan hanya ada di tulang punggung orang-orang yang ada di PEMA, tapi itu semua ada di otak, dan punggung kita semua sebagai mahasiswa FEB.” lanjutnya.

Saat diwawancarai pasca pelantikan, Surya mengaku merasa sedikit lega meskipun dia merasakan bebannya akan semakin banyak setelah pelantikan ini.

“Kalau dibilang senang sih tidak juga, euphoria juga tidak. Tapi saya merasa sedikit lega walaupun saya tahu beban saya semakin berat, karena ada 6000 mahasiswa FEB yang menjadi tanggungjawab kami dan yang sudah memberikan amanah kepada kami di PEMA.” jawabnya.


Surya juga berencana akan segera melakukan open recruitment anggota PEMA yang akan dimulai mulai tanggal 27 November sampai 4 Desember 2015, tes wawancara tanggal 5 Desember serta pengumuman yang lolos menjadi anggota PEMA akan diumumkan pada tanggal 7 Desember nanti. Untuk kriteria, beliau mengaku tidak mempunyai klasifikasi khusus, akan tetapi dia mewajibkan kepada seluruh pendaftar untuk menuliskan essay tentang “Dedikasi-Kontribusi Pemuda untuk Nusa dan Bangsa”. 

Selasa, 24 November 2015

KISRUH :Paris Attack, Bagaimana Sikap Kita?


Kedua pembicara Kajian Isu Menyeluruh (KISRUH) dari kiri :  Aidil Arifin (Dosen Ilmu Politik USU), Ustadz Firmansyah Waruwu (Cendikiawan Muslim) dan moderator.

Gardamedia.org - Berkembangnya berita tragedi Paris di media cetak dan terlebih eletronik terasa ada ketimpangan. Banyak yang mengklaim pihak- pihak tertentu ikut terjun dalam aksi teror yang terjadi di kota Paris. Padahal, tidak hanya kota Paris yang mengalami kejadian seperti itu,  negara Timur Tengah seperti Iran, Irak, Yaman, Afghanistan, dan Palestina juga saat ini masih digempur oleh  rudal dan senjata api, menewaskan ribuan bahkan jutaan  masyarakat sipil yang ada di sana. Terus bagaimana kita menyikapi hal tersebut?

Sebagai akademisi seharusnya kita bisa merespon hal itu dengan  menyikapinya dari sudut pandang berbeda sesuai pengetahuan yang kita miliki.  


 Kajian Kontemporer UKMI Ad-Dakwah USU kembali mengadakan kajian. Kali ini kajian dibungkus dengan nama KISRUH (Kajian Isu Menyeluruh). KISRUH kali ini hadir dengan mengambil tema  "Paris Attack, Bagaimana kita menyikapinya?". Menghadirkan dua pemateri yang berkompeten untuk membahasnya. Aidil Arifin (Dosen Ilmu Politik USU) dan Ustad Firmansyah Wawuru (Cendikiawan Muslim) tampil sebagai pembicara dari pukul 15.00 wib hingga berakhir kajian tersebut di Aula Asrama Putri USU, Selasa (24/11).

“Secara pribadi, saya takut terjebak dalam pemetaan strategi barat, karena ketidakjelasan yang kita terima, yang kita lihat dan yang kita baca. Bahkan,  media yang ada Indonesia pun mengambil berita terjemahan dari media asing, tanpa terjun ke tempat kejadian pekara langsung. Saya sangat berhati-hati dalam membahas hal ini, namun karena ini adalah pembahasan kita, maka saya akan membahas dari segi politik islam. Pembahasan ini sangat multi dimensi, sama halnya seperti kejadian WTC yaitu menara kembar yang juga terdapat kejanggalan yang sudah di teliti oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Amerika Serikat." tutur Aidil Arifin saat menyampaikan materinya.

"Terkadang tidak ada pembuktian yang wajar untuk menyalahkan pihak yang lain, sedangkan saya lebih suka membandingkan dari segi orang yang netral dari pada buku. Yang pernah saya baca dalam sejarah srategi politiknya dalam perang dunia yang kedua yaitu perang ideologi, liberalisme, demokrasi, komunis, dan setelah komunisnya runtuh maka liberalisme muncul dengan demokrasi, dan mentah-mentah di laksanakan di pelosok negeri, walaupun banyak yang tidak sesuai dengan adat istiadat dan budaya atau keyakinan agama masyarakat tersebut, Karena  pelaksanaan demokrasi sangat berbeda di setiap negara." tambahnya.

Perpecahan di setiap negara timur yang menganut agama islam, yang dahulunya satu kesatuan dalam khilafah usmaniyah dan kalah di perang dunia kedua sehingga terpecah-belah menjadi 18 negara atas nama nasionalimse (bangsa-bangsa). Dalam politik Amerika, mereka akan berusaha menerapkan ketidakstabilan di wilayah timur tengah tersebut.

Kasus yang terjadi di Paris adalah tragedi kemanusian, nah di sinilah kita harus lihat Al- qur’an dalam surat Al-Maidah  yaitu membunuh itu haram, ibaratkan kita membunuh satu nyawa, maka kita seolah membunuh seluruh jiwa manusia dan malah sebaliknya jika kita menyelamatkan satu nyawa makan kita seolah menyelamatkan seluruh jiwa umat. Islam itu sangat anti dalam membunuh” ujar Aidil Arifin.

Pengeboman yang terjadi di kota Paris membangunkan seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, apakah kita tahu berapa banyak pembantaian yang terjadi di kota Suriah, Afghanistan, Iran, Irak,dan Palestina yang sampai sekarang belum berakhir. Sungguh miris.

Muslim/muslimah antara saudaranya seperti)  لكم دينكم و لدين (سورة الكفرون
lakum dinukum wa liadin  )Surat Al- Kafirun). Tidak peduli dengan apa yang terjadi terhadap saudaranya sendiri, padalah ayat tersebut berlaku untuk orang kafir. Pembantaian  yang terus dilakukan oleh antek-antek Amerika, Inggris, Perancis dan Rusia untuk membunuh saudara-saudara kita yang ada di bagian Timur Tengah.

 Islam tidak  pernah  mencari musuh, karena Islam adalah agama yang rahmatan lil ’alamin yang membawa kedamaian. Tidak dengan negara barat yang selalu membuat onar terhadap saudara kita,  namun ternyata banyak juga tentara mereka yang stres karena ulah mereka terhadap kita, akantetapi tidak dikabarkan secara langsung ke media sosial dan elektronik.”. Tutur Ustadz Firmansyah.

Sebagai muslim/muslimah yang cerdas, intelektual dan memilki logika yang tinggi, layaknya kita harus mencermati, memilih, mengamati media secara baik dan benar, sehingga tidak mudah guyah akan pemikiran yang dapat merubah  pendirian yang di mana kita sendiri tidak tahu kejadian sebenarnya. Terkadang apa yang kita lihat, dengarkan dan rasakan tidak akan sama persis dengan kejadian yang serupa baik, dalam konteks pemikiran yang ditulis oleh sebagian media.




Penulis : Mira Maharani

Foto      : Mira Maharani

Sabtu, 21 November 2015

Pendidikan Pers : Jurnalisme Berbasis HAM

Dari kiri : War Djamil, SH, Majda El Muhtaj, Dr. Iskandar Zulkarnain, MSi dan Moderator.

Gardamedia.org - Dalam paper War Djamil, Ia berkata bahwa ada bias yang terjadi dalam paradigma pers nasional. Mungkin pendapat tersebut didasari keluhan publik dengan mengedepankan bukti beberapa media yang dalam pemberitaan itu tergolong melanggar hak privasi, mencemarkan nama baik, membuka aib, menyinggung nilai-nilai sensitif perempuan, gender, anak-anak dan orang cacat. Sejumlah birokrat dan beberapa politisi melontarkan kritik tajam terhadap sebagian media yang tidak mengindahkan sisi-sisi privasi. Ada satu-dua jurnalis disebut kurang peduli dari sisi etika saat meliput atau wawancara. Kesimpulan sederhana : Sebagian jurnalis dan media seenaknya menabrak koridor HAM. Dari sisi “pers sebagai milik publik” tiada alternatif, kecuali pers perlu melakukan kajian dan menelaah secara jernih reaksi publik itu.

Lembaga Diklat Persatuan Wartawan Indonesia Sumatera Utara (PWI SU) bekerja sama dengan Asian Agri melaksanakan program terakhirnya yakni Pendidikan Pers yang bertema Jurnalisme Berbasis HAM, Sabtu (21/11) di gedung PWI SU, Medan. 

Mengundang 35 aktivis pers mahasiswa dari beberapa kampus di Sumatera Utara. Selain mahasiswa, turut hadir perwakilan dari tiga media yaitu dari Televisi Republik Indonesia Sumatera Utara (TVRI Sumut), Radio Republik Indonesia (RRI), dan kantor berita Antara.

Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 09.00 – 12.00 wib. Ketiga pemateri menyampaikan materinya dengan singkat dan padat kepada audiensnya. Pemateri pertama, Dr. Iskandar Zulkarnain, Msi dosen di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Beliau  menyampaikan materinya tentang Etika dalam Publikasi dan atau Berkomunikasi. Ada empat hal yang menjadi inti pembicaraannya : 1) Kita perlu memiliki kesadaran dan belajar terus untuk beretika dengan baik; 2) Perhatikan bahasa verbal dan non verbal dalam memperoleh informasi; 3) Perhatikan dan pelajari budaya untuk meningkatkan kecerdasan berbudaya; 4) Tingkatkan kompetensi untuk bisa mempertahankan idealisme.

 Pemateri kedua, Majda El Muhtaj Kepala Pusat Studi HAM Unimed membahas materi inti dari Pendidikan Pers ini yaitu Jurnalisme Berbasis HAM. Seorang yang juga pendiri dan penasehat Serikat Pengajar HAM Indonesia (SEPAHAM) ini berpesan kepada audiens. “Kita adalah aktor media sekaligus penikmat media, maka arahkanlah produk jurnalistik ke arah yang baik dan benar”.

Pemateri ketiga disampaikan oleh War Djamil, SH direktur Lembaga Diklat PWI-SU dan senior editor “Harian Analisa”. Pemateri terakhir ini menutup closing statement –nya dengan tegas  “kompetensi jangan pernah dikaitkan dengan gaji di kantor!”.



Penulis : Inggit Suri Chairani

Foto : Inggit Suri Chairani

Minggu, 15 November 2015

AKTIVA 2015 Membangun Ukhuwah

Hari ke- 3 AKTIVA 2015 di Bumi Perkemahan Sibolangit, Minggu (15/11).
Gardamedia.org - Serangkaian kegiatan AKTIVA 2015 mencapai puncaknya. Kegiatan hari ketiga dilaksanakan di Bumi Perkemahan Sibolangit, Minggu (15/11). Keseluruhan kegiatan di hari terakhir ini adalah games outdoor. Para peserta berangkat dari Asrama Haji Medan di pagi hari dan tiba sekitar pukul 10.00 wib. Sebelum berangkat, panitia menginstruksikan para peserta menuliskan surat wasiat kepada orang tua mereka masing-masing. Karena nantinya mereka akan melakukan jelajah alam yang cukup menantang. Setibanya di sana, mereka langsung memainkan lima games di lima pos berbeda. Kelima games tersebut bertujuan memupuk kekompakan, saling percaya, ketahanan fisik dan kecerdasan antara mereka.

Games outdoor peserta AKTIVA 2015 di Bumi Perkemahan Sibolangit.

Siang hari, ba'da dzuhur, para peserta melakukan jelajah alam. Kegiatan ini merupakan penentuan apakah mereka lulus di AKTIVA tahun ini atau tidak. Jelajah alam ini juga diselingi renungan terhadap para peserta. Tampak para peserta larut dalam kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Satu persatu dari mereka juga membacakan surat yang telah mereka tulis sehingga  membuat suasana haru semakin dalam.

Salah satu peserta, Arfian  mengatakan,
"Kegiatan yang sangat seru. Sangat terasa ukhwahnya di acara ini. Semoga semua ini akan terus berlanjut meskipun acara ini sudah berakhir."

Kegiatan jelajah alam berakhir di sore hari dan sekaligus mengakhiri serangkaian kegiatan di hari ketiga. Di acara penutupan panitia mengucapkan apresiasi dan terima kasih kepada para peserta. Di sana juga panitia mengumkan peserta terbaik di AKTIVA 2015. Di pihak ikhwan, Ersandi (Manjamene 2015) terpilih sebagai peserta terbaik. Nisa (Ekonomi Pembangunan 2015) terpilih sebagai peserta terbaik di pihak akhwat.



Penulis : Arief Pratama Hany
Foto      : Arief Pratama Hany


Kepada Tuan Media

Ilustrasi ;ec.europa.eu


 Syair-syair azali susun-menyusun dalam tipografi
Ayat-ayat alam dalam rentetan zaman ke zaman
Menceritakan apa yang ada di kertas bacaan harian,
juga benda jinak yang digerakkan tangan-tangan
dari otak buntu menceracau bersama hawa nafsu
setelah meneguk bergelas-gelas anggur kehidupan

Aku melihat tapi seperti buta membacanya
Nama-nama uzur yang tak lagi pernah dibicarakan dengan tutur
Dari balik pengeras suara bervolume mendunia
Lalu, menciptakan nama-nama baru beraroma candu
Konspirasi tawa-tawa iblis berjudi manis
Menang, lalu menambah lebih banyak taruhan

Jiwa-jiwa langit memotret suasanya
Menjiplaknya sebagai tagihan akhir zaman
Ketika manusia mati lalu hidup lagi
Sekonyong-konyong dalam mahsyar dan saling bertanya
tapi entah pada siapa
sampai sekujur jasad menengarai bahwa terlarut mengandai-andai

Katakanlah wahai Tuan,..
Yang benar adalah benar
Yang salah adalah salah
Meragukan kau tinggalkan
Meyakinkan kau kerjakan



Medan, 6 November 2015
Mareza Sutan

Tragedi Paris dan Rezim Media Mainstream

Ilustrasi : dreamatico.com

             Tiada daya dan kuasa selain pada Allah semata, Rabb Penguasa seantero langit dan bumi. Segala yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Mari berduka atas tragedi yang menimpa Paris beberapa waktu lalu. Tak ada salahnya saling berbelasungkawa atas duka yang terjadi. Karena manusia makhluk sosial, maka saling bisa merasakan apa yang dirasakan. Seharusnya.

            Atas tragedi di Paris, media-media sedang sibuk menggembar-gemborkan segala jenis berita dan hampir semuanya seragam dengan ucapan  nyaris serentak, bahwa Islam adalah dalang di balik semua ini.

Mari telaah kembali Al-Baqarah ayat 120 yang mengingatkan pada umat Islam bahwa, tak akan ridha orang-orang tersebut sampai umat Islam mengikuti ajaran mereka.

"Dan tak akan pernah ridha kepadamu Yahudi dan Nasrani sampai kamu mengikuti millah mereka.... (QS.Al-Baqarah: 120)

Dalam ilmu nahwu, kata "lan" diartikan dengan "tak pernah" yang biasanya akan diikuti 'fiil mudhari' yang memberi makna masa sekarang atau masa akan datang. Dalam ayat yang termaktub di surah Al-Baqarah itu, pun begitu. Maka, bersikap hati-hati dan selalu siap merupakan salah satu pencegahannya. Umat Islam tidak diajarkan membenci.

Sementara itu, dalam surah lain juga umat Islam dilarang mengikuti 'millah' dari selain Islam.
"Katakanlah (Muhammad) : 'Wahai orang-orang kafir! aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, untukku agamaku”. (QS.Al-Kafiruun:1-6)

Maka, bertoleransi merupakan hal yang sah saja. Namun demikian, bagaimana jika keadaan seperti ini? Ketika umat Islam malah dipaksa bersalah dan berdosa atas segala permasalahan yang terjadi, atas tuduhan-tuduhan dari orang-orang di luar Islam dan bahkan orang Islam sendiri, atas tuduhan rezim media mainstream yang menjadi senjata para penuduh tersebut?

Seperti yang pernah ditengarai mantan wartawan senior Eropa pada abad ke-19 lalu bahwa, pada abad ke-20 dan seterusnya, media merupakan sarana kuat dalam menyebarkan kabar berita. Hal itu diketahui oleh orang-orang yang bersiap melakukan konspirasi terhadap umat Islam sejak lama, sehingga penengaraian itu segera dilaksanakan sejak itu juga dan mulai booming sejak abad ke-20. Sebagai bukti, sudah berapa negara Islam yang dicabik-cabik dengan permainan media?

            Maka, segeralah umat Islam memohon pertolongan Allah. Bersabarlah dan shalat (lihat: Al-Baqarah, 153). Sabar bukan berarti diam tanpa tindakan. Sabar bukan berarti menyeringai dengan mulut mencarut-maruti semuanya. Bukankah seorang Muslim lisannya terjaga?

            Amalan yang sangat dicintai Allah adalah menjaga lisan (HR. Baihaqqi). Janganlah berdosa karena lisan yang terlalu menjebak diri. Sungguh kebanyakan manusia berdosa pada hari kiamat, kebanyakan dari mereka berkata yang tidak bermanfaat. (HR. Ibnu Nashir)

            Maka dari itu, hendaklah tetap menjaga diri dan tidak terjebak banyak berita yang seringkali memojokkan Islam. Tabayyun-lah. Umat Islam hendaknya kritis. Mari berduka dan berdoa untuk umat manusia di Paris. Dan jangan lupa, doakan saudara sesama Muslim, saudara sesama pemegang panji Islam, saudara yang sama-sama kita harapkan akan kita jumpai di surga-Nya nanti, agar dapat memperjuangkan Islam. Mari, sama-sama perjuangkan peradaban Islam. 


Penulis : No Name

Sabtu, 14 November 2015

AKTIVA 2015 : Pelajaran Penting Saya Dapatkan Hari ini adalah Taubat

Peserta aktip dalam forum.
Gardamedia.org - Acara AKTIVA 2015 berlanjut. Di hari kedua, Sabtu (14/11), kegiatan dilaksanakan di Asrama Haji Medan. Sebelumnya, para peserta berkumpul di FEB yang kemudian pergi bersama-sama menuju Asrama Haji Medan. Setelah tiba di sana sekitar pukul 8.30 wib, panitia membagi peserta ke dalam beberapa kelompok serta membawa ke ruangan mereka.
Keseluruhan acara dilaksanakan di lingkungan Asrama Haji Medan. Acara dimulai sekitar pukul 10.00 wib di aula oleh pemateri Ust. Rafiq. Beliau membawakan materi Komitmen Islam Sejati. Kemudian materi kedua dilanjutkan selesai Dzuhur, dibawakan oleh Ust. Andi Pranata. Beliau menyampaikan materi The New Quantum of Tarbiyah. Di malam harinya giliran Ust. Krido Wardoyo yang mengemukakan materi Walk Together for Better Personality.

Peserta bermain pada sore hari.

Selain materi, di sore harinya panitia mengajak para peserta bermain beberapa games yang bertujuan mempererat tali ukhwah antara mereka. Dan di penghujung malam panitia AKTIVA mengadakan Forum Group Discussion (FGD) untuk seluruh peserta, panitia, instruktur dan tamu undangan. FGD yang membahas mengenai kenakalan remaja ini ternyata menarik antusias yang sangat besar terhadap peserta. Mereka tidak canggung  beradu argumen. FGD ini sekaligus juga menjadi refleksi mereka untuk berbuat menjadi pribadi pemuda yang lebih baik.
"Pelajaran terpenting yang saya dapatkan hari ini adalah taubat. Karena saya sudah jauh melenceng dari ajaran agama. Maka saya butuh bimbingan untuk itu. Sehingga saya mengikuti AKTIVA tahun ini". Tutur Muhammad Taufiq - Mahasiswa S-1 Ekonomi Pembangunan - di akhir keseluruhan kegiatan hari ini.

Penulis : Arief Pratama Hany
Foto : Arief Pratama Hany


Dakwah Expo 8 : This is My Way

Rona Mentari bintang tamu yang tampil pertama di hari kedua Dakwah Expo ke-8.
Gardamedia.org - Hari kedua sekaligus hari terakhir Dakwah Expo ke-8 yang dilaksanakan UKMI Ad-Dakwah berlangsung lancar, Sabtu (14/11) di Pendopo USU.  Berbagai rangkaian acara dari pukul 08.00 -  17.00 wib apik berjalan.  Rona Mentari, gadis kelahiran 23 September 1992 menjadi bintang tamu yang tampil pertama  di kegiatan ini.

Rona adalah seorang story teller (pendogeng) muda yang memiliki prestasi dan pengalaman yang banyak dalam mendongeng. Tidak hanya dalam negeri tapi juga di luar negeri, tidak hanya berdongeng untuk anak-anak tapi juga remaja, dewasa bahkan orang tua juga dia lakoni. Selain Indonesia, Ia juga pernah berdongeng di  New Zealand, Swedia, Singapura,   Malaysia dan beberapa Negara lainnya. “Setiap manusia berbeda dengan makhluk lainnya, maka jadilah manusia yang berbeda dengan mengoptimalkan potensi. Tips menjadi manusia yang berbeda yaitu peka, PD, dan aksi” ungkapnya saat tampil di panggung. Tidak hanya bercerita tentang pengalamannya saja, Rona juga berdogeng di Dakwah Expo-8 dibantu dengan gitar kecil miliknya.  Saat diwawancarai Rona berpesan “Berdongenglah kepada siapapun dengan penuh nasehat, jangan terhenti disaat ada hambatan karena kebutuhan berbicara manusia lebih besar dibandingkan kebutuhan akan makan”.

Eka Nugraha, mantan DJ sharing kisah hijrahnya.

Pada sesi selanjutnya hadir Eka Nugraha sharing pengalaman hijrahnya. Pada sesinya diusung tema “Hijrah Ok, Bisnis Ok!”. Mantan DJ yang dulu sering bergelut di dunia malam, pemakai drugs, dan minum-minuman Alkohol ini adalah seorang pengusaha yang tergabung di HIPMI Medan. “Lakukan saja! Kalau kelamaan mikirin resiko nanti ya gak jalan-jalan usahanya” tegasnya saat menjawab pertanyaan salah satu peserta yang bertanya mengatasi rasa ketakutan saat ingin memulai bisnis.

Lelaki yang memiliki kening menghitam ini banyak mengungkapkan cerita masa silamnya. Kecelakaan tunggal saat mengendarai mobil ketika pulang dari tempat hiburan malam, menjadi awal kisah berhijrahnya. Mengaku menyukai musik sejak SMA. Seperti anak muda lainnya, dahulu dia adalah remaja yang ingin dikenal dan ingin selalu eksis di lingkungannya. Pernah tergabung dalam grup band, lalu mengembangkan minatnya ke DJ. Ketika mengalami kecelakaan yang parah itu, dia berada dalam keadaan kantuk dan sehabis menenggak alkohol. Katanya ia sempat tidak ingat kejadian ketika kecelakaan terjadi, tiba-tiba ia terbangun sudah dalam keadaan dirawat di rumahnya. Beliau mendapat nasihat dari orang tuanya agar mulai mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ayahnya pernah bertanya “Kapan terakhir kamu sedekah?” Ia pun tak bisa menjawab. Hingga akhirnya petunjuk Allah swt mulai terasa. Beliau menyusun niat  yang baik demi membenahi diri. Diundangnya ustad untuk mengajari agama Islam dan menasihatinya disetiap kamis malam. Ketika ia ingin memulai shalat lagi dia menemui sebuah masalah.  “Lidah saya keluh, terasa kaku saat membaca ayat-ayat mungkin itu karena saya tidak pernah shalat” kenangnya. Eka terus menjalani proses hijrahnya. Lucunya, Eka saat itu masih nge-DJ dan minum-minum tapi juga ingat untuk shalat. Sampai tiba kecelakaan kedua kalinya, lelaki berjenggot ini tersentak. Allah sepertinya ingin memberi pelajaran segera  meninggalkan kegiatan keji itu. Waktu demi waktu terus berjalan hingga akhirnya ia bertaubat dengan sebenar-benarnya. “Perubahan itu harus diambil dari dalam diri sendiri karena tidak akan ada yang mengambilnya selain diri sendiri” pesannya kepada penonton.

Seusai Rona  Mentari dan Eka Nugraha tampil, peserta (penonton) dihibur dengan konser grup Nasyid lokal yang pernah memenangkan lomba pada Dakwah Expo sebelumnya yaitu Clivo. Mereka tidak sendirian karena Uje Bara, seorang solois nasyid kondang ikut mencairkan suasana dengan suara merdunya. Tak ketinggalan aksi anak PPSDMS juga menghibur lewat atraksi bermain angklungnya.

Setelah dihibur, peserta diajak mendengarkan talkshow inspiratif dari salah satu dosen berprestasi di USU dan dua orang pemuda pertukaran pelajar. Kemudian juara lomba diumumkan. Seluruh rangkaian acara dengan mendatangkan sosok-sosok inspiratif ini menjadi puncak dari seluruh kegiatan Dakwah Expo 8 yang bertema “This is My Way”. Akhir acara ditutup dengan do’a yang dibawa ketua UKMI Ad-Dakwah.



Penulis : Nur Rohim dan Rahmad Arif Siregar.
Foto : Nur Rohim







Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...