![]() |
Ilustrasi : mybank4.me |
Biasanya silaturahim semacam ini hanya dilaksanakan pada masa kampanye saja. Tapi saat ini hanya membuat agenda – agenda temu ramah dan silaturahim dengan mahasiswa yang baru masuk universitas agar dapat menjadi basis suara pemilih nanti ketika bel pemira telah dimulai oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) USU. Namun sayang, setelah masa pemira selesai tak ada lagi cerita silaturahim, tak ada lagi agenda – agenda pertemuan, dan ada lagi kunjungan – kunjungan bahkan ditemuipun tak bisa lagi. Inilah silaturahmi politik yang erat dengan kepentingan sesaat. Bersilaturahim hanya ketika ada maunya saja, bak kata pepatah “ ada udang dibalik batu, habis manis sepah dibuang”.
Pada hakikatnya, dalam ajaran islam silaturahim adalah wujud amal nyata. Namun belakangan, silaturahmi telah menjadi sebuah mesin tersendiri bagi strategi politik kekuasaan di kampus Universitas Sumatera Utara ini. Silaturahim politik akhirnya melahirkan beragam makna negatif, yang bisa saling bertolak belakang. Pertama, silaturahmi politik bisa jadi sebagai tradisi formalitas belaka. Akhirnya silaturahmi dilakukan sebagai tradisi pemanis hubungan politik antar pelaku politik, agar menentramkan perasaan dan hati pemilih. Silaturahim yang digelar oleh para KAM dan calon pemimpin seolah – olah hanya mewakili kemunafikan dari pada ketulusan politik untuk menjaga silaturahim dengan para pemilih. Sebab dalam silaturahim yang digelar oleh para KAM dan calon pemimpin cenderung hanya dipergunakan hanya untuk membangun citra calon pemimpin dan kelompoknya dibandingkan membangun komunikasi politik dan silaturahim yang seseungguhnya.
Kedua, silaturahmi politik merupakan kendaraan politik untuk mendapatkan dukungan politik. Sebagaimana banyak disinyalir bahwa silaturahim politik hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari proses mobilisasi dukungan. Para calon pemimpin yang nantinya dicalonkan oleh KAM dan dukungannya mencoba mencari kemasan – kemasan politik yang terkesan ramah untuk menutupi niat politik kekuasaan. Silaturahmi politik seperti inilah yang telah merusak makna suci silaturahim.
Seharusnya, silaturahim politik dapat dijadikan sebagai bentuk kedewasaan dalam berpolitik, bahwa riak dan konflik dalam berpolitik tidaklah kemudian membuat hubungan personal antar calon pemimpin dan KAM dengan mahasiswa menjadi berjarak. Dengan silaturahim politik tersebut hendaknya semakin terjalin ukuwah yang hakiki. Ukuwah yang dilandaskan atas iman, bukan unsur keduniaan yang sesaat.
Silaturahim seperti inilah yang diharapkan dalam Islam. Sesuai dengan maknanya, Shilaturahim berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, Shilah dan ar-Rahm. Shilah yang berarti hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari Rahima-Yarhamu-Rahmun yang berarti lembut dan kasih sayang. Sehingga dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturahim apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan bukan dalam dosa dan kema’siatan dan silaturahim yang dijalin tersebut tidak terputus karena sebab kepentingan dunia.
Silaturahim merupakan salah satu kewajiban bagi setiap pribadi Muslim. Dalam Alquran, Allah menegaskan,”Hai sekalian manusia, bertawakal kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allahg menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki – laki dan perempuan yang banyak. Dan bertawakal kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”(QS.An-Nisa/4:1).
Rasulullah Saw juga bersabda,” Sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah ketika manusia tidur (tahajud) niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat”. Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda” Tidak akan masuk surga pemutus tali silaturahmi”.
Dalil – dalil diatas menunjukkan arti penting kewajiban silaturahim. Sebab, didalamnya terdapat banyak keutamaan dan keistimewaan. Diantaranya ; pertama, dengan silaturahim persatuan dan kesatuan ( ukuwah islamiah) akan dapat dibangun. Dengan silaturahim, akan timbul rasa saling membutuhkan, solidaritas, dialog, pengertian dan menguatkan kerjasama dalam perjuangan yang kokoh.
Kedua, dengan silaturahim, berbagai persoalan yang dihadapi mahasiswa akan mudah diatasi. Baik masalah akademik, ekonomi, organisasi maupun lainnya. Ketiga, silaturahim juga akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di kalangan mahasiswa dan birokrat kampus. Sebab, dengan mengedepankan kasih sayang, sikap emosional dalam diri mahasiswa yang bisa memicu permusuhan dan konflik dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, akar persoalan pun akan ditemukan dan bisa diselesaikan dengan damai.
Keempat, dengan silaturahim, berbagai ide – ide dan gagasan yang brilian, program – program dan kegiatan – kegiatan mahasiswa yang positif juga bisa terwujudkan. Ketika calon pemimpin dan mahasiswa berkumpul dalam kasih sayang dan semangat kebersamaan, akan muncul ide – ide kreatif untuk mencapai kejayaan bersama. Karena sesungguhnya, salah satu kejayaan umat Islam di masa lalu berawal dari silaturahim.
Kedua, silaturahmi politik merupakan kendaraan politik untuk mendapatkan dukungan politik. Sebagaimana banyak disinyalir bahwa silaturahim politik hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari proses mobilisasi dukungan. Para calon pemimpin yang nantinya dicalonkan oleh KAM dan dukungannya mencoba mencari kemasan – kemasan politik yang terkesan ramah untuk menutupi niat politik kekuasaan. Silaturahmi politik seperti inilah yang telah merusak makna suci silaturahim.
Seharusnya, silaturahim politik dapat dijadikan sebagai bentuk kedewasaan dalam berpolitik, bahwa riak dan konflik dalam berpolitik tidaklah kemudian membuat hubungan personal antar calon pemimpin dan KAM dengan mahasiswa menjadi berjarak. Dengan silaturahim politik tersebut hendaknya semakin terjalin ukuwah yang hakiki. Ukuwah yang dilandaskan atas iman, bukan unsur keduniaan yang sesaat.
Silaturahim seperti inilah yang diharapkan dalam Islam. Sesuai dengan maknanya, Shilaturahim berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, Shilah dan ar-Rahm. Shilah yang berarti hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari Rahima-Yarhamu-Rahmun yang berarti lembut dan kasih sayang. Sehingga dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturahim apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan bukan dalam dosa dan kema’siatan dan silaturahim yang dijalin tersebut tidak terputus karena sebab kepentingan dunia.
Silaturahim merupakan salah satu kewajiban bagi setiap pribadi Muslim. Dalam Alquran, Allah menegaskan,”Hai sekalian manusia, bertawakal kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allahg menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki – laki dan perempuan yang banyak. Dan bertawakal kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”(QS.An-Nisa/4:1).
Rasulullah Saw juga bersabda,” Sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim, dan shalatlah ketika manusia tidur (tahajud) niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat”. Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda” Tidak akan masuk surga pemutus tali silaturahmi”.
Dalil – dalil diatas menunjukkan arti penting kewajiban silaturahim. Sebab, didalamnya terdapat banyak keutamaan dan keistimewaan. Diantaranya ; pertama, dengan silaturahim persatuan dan kesatuan ( ukuwah islamiah) akan dapat dibangun. Dengan silaturahim, akan timbul rasa saling membutuhkan, solidaritas, dialog, pengertian dan menguatkan kerjasama dalam perjuangan yang kokoh.
Kedua, dengan silaturahim, berbagai persoalan yang dihadapi mahasiswa akan mudah diatasi. Baik masalah akademik, ekonomi, organisasi maupun lainnya. Ketiga, silaturahim juga akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di kalangan mahasiswa dan birokrat kampus. Sebab, dengan mengedepankan kasih sayang, sikap emosional dalam diri mahasiswa yang bisa memicu permusuhan dan konflik dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, akar persoalan pun akan ditemukan dan bisa diselesaikan dengan damai.
Keempat, dengan silaturahim, berbagai ide – ide dan gagasan yang brilian, program – program dan kegiatan – kegiatan mahasiswa yang positif juga bisa terwujudkan. Ketika calon pemimpin dan mahasiswa berkumpul dalam kasih sayang dan semangat kebersamaan, akan muncul ide – ide kreatif untuk mencapai kejayaan bersama. Karena sesungguhnya, salah satu kejayaan umat Islam di masa lalu berawal dari silaturahim.
Penulis : Saipul Bahri
Jurusan Ilmu Politik FISIP USU
Stambuk 2011
Wakil Ketua DPP KAM RABBANI USU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar