Sumber : amcham.or.id |
Gardamedia.org-Indonesia
sudah merdeka sejak tahun 1945. Setelah dijajah oleh jepang selama kurang lebih
3,5 tahun dan dijajah belanda juga selama 3.5 abad lamanya. Kejadian itu sudah terjadi sejak 69
tahun yang lalu, namun rasa sakit yang dirasakan oleh rakyat sendiri belum
sembuh hingga sekarang. Ditahun 2015 ini yang sudah saatnya untuk bangsa ini
maju dan berkembang, “seolah burung yang mau belajar terbang kemudian jatuh dan tidak mau mencoba lagi”. Indonesia dengan segala kekayaan
alammnya , dirampas selama 350 tahun lebih tidak mengurangi sedikitpun
kekayaanya. Mulai dari Sabang sampai Marauke , masih banyak terdapat lahan dan
kawasan yang belum diketahui klasifikasi dan potensinya. Penelitian menyebutkan
di Indonesia sendiri 40 % lagi lahan hutan yang masih virgin artinya belum
pernah sama sekali dijamah dan disentuh oleh orang sementara 40 % lahan lagi sudah
digunakan sebagai tempat tinggal dan
kebutuhan skunder lainnya dan 20% lagi lahan yang sudah dikonversi
menjadi perkebunan . Hal itu menunjukkan betapa kayanya Indonesia ini , betapa
sangat berpotesinya Indonesia ini untuk menjadi kesatuan negara yang akan
sangat maju.
Jauh panggang dari api, seakan singa
tanpa taring, begitulah gambaran yang tepat mengenai keadaan Indonesia saat ini
. kekayaan yang melimpah tidak membuat penduduk negara ini ikut kaya. Bahkan
sebaliknya, angka kemisikinan yang melanda bangsa ini kian hari kian meningkat.
Dan sekarang dari data yang didapat bahwa jumlah angka kemiskinan berada pada
ASDCASC. Kekayaan yang notabenya adalah hak milik rakyat Indonesia tidak pernah
dijamah oleh penduduknya. Freeport misalnya, tambang emas yang sekarang
dipegang oleh orang non-Indonesia. Seakan bangsa ini tidak merdeka, tidak bisa
berdiri sendiri, tidak berpendidikan, tidak mandiri dan tidak mampu mengelolah
bangsa sendiri. Saya memang terkesan menjelekkan bangsa ini ,seolah saya bukan
orang pribumi. Tapi begitulah adanya bangsa ini , andai saja Freeport itu bisa
kita pegang saja dari keseluruhan harta bangsa ini , maka mungkin itu akan
sangat membantu rakyat dalam hal financial.
Berbicara
masalah hukum, Indonesia adalah salah satu negara dengan sumber daya manusia
terbanyak bagian hukum , dengan pasal yang begitu banyak , seakan semua hal di Indonesia sudah diatur dalam pasal. Pasal
1 ayat 2 berbunyi “ Indonesia adalah negara hukum”. Seolah pasal ini hanya
sbagai wacana semata, ditambah dengan pasal 27 ayat 3 yang menjelaskan bahwa hutan,air
dan kekayaan alam ini adalah milik rakyat dan dipergunakan untuk rakyat. Seolah
pasal – pasal yang ada di indonesia ini semuanya hanya bermuara kepada
kenistaan. padahal dana yang dibutuhkan untuk membuat pasal itu sendiri
cukuplah mahal, namun seolah singa tanpa taring , Indonesia tidak mengigit sama
sekali dengan hukum dan amanah yang diemban.
Dan andaikan kita menjadi orang yang mau mengamati indonesia ini , seolah kita hidup
dan tinggal di negara orang lain yang namanya Indonesia dan kita semua adalah
pendatang . Semua potensi negara kita di pegang oleh mereka yang berasal dari
luar negara ini , sementara orang pribumi menjadi pekerja dan kebanyakannya
menjadi seorang penonton.
Bak raksasa yang tidur, ini juga
ungkapan yang menggambarkan keadaan negara ini . kita masih jalan di tempat atau
bahkan di tempat namun tidak bergerak sama sekali. Kedaulatan kita sudah diakui
sejak 69 tahun yang lalu oleh dunia internasional, potensi kita yang sudah 400
tahun yang lalu diambil hingga hari ini belumlah habis, rakyat kita yang sejak
400 tahun yang lalu masih tetap berdiri dan menunggu, anak – anak kecil, rakyat
pribumi tetap melihat keatas sambil menunggu saat dimana raksasa itu akan
bangun, saat dimana singa itu akan menunjukkan taringnya. Hingga suatu hari
nanti , ketika kita mau bersatu, mau
membangun bangsa ini,saling memberi dukungan satu dengan yang lain dan tidak
saling menjatuhkan maka taring itu pasti meruncing, raksasa itu pasti bangun
dan akan bergerak. Akan tetapi tidak mudah mewujudkan itu, perlu proses yang
panjang dan lama untuk bisa sampai membangunkan raksasa besar, meruncingkan
taring singa, namun semua itu tidak akan pernah terjadi, jika kita sebagai orang
pribumi hanya bisa mengamati dan tidak bisa berbuat apa –apa untuk bangsa ini .
Indonesai butuh pemimpin yang berhati besar, ahli dalam menegerial,loyal dalam
memipin, pintar dalam komunikasi, dan pandai mengelola potensi sumberdaya.
Indonesia krisis kepemimpinan, yang menyebabkan Indonesia juga krisis dari
sektor segalanya, sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang notabenya
kesemua itu menyengsarakan rakyat. Indonesia harus menyetak sekolah
kepemimpinan , sebagaimana pak Soekarno yang dicetak di rumah Cokroaminoto. Karena
semua berasal dari hal yang kecil, begtiu juga dengan proses pencetakan seorang
pemimpin . Maka cetaklah Soekarno-
Soekarno berikutnya yang akan membangun
bangsa ini , maka jayalah bangsa ini, maka tajamlah taring sang singa sama
seperti akan bangunnya sang raksasa.
Penulis : Rifai Muda Harahap (Fakultas Kehutanan 2012)
Rifai MUda harahap
BalasHapus