Selasa, 31 Maret 2015

Mesjid FISIP USU Diresmikan

Mesjid FISIP USU - Foto: Apriani Pratiwi

Gardamedia.org Rektor USU, Prof. Syahril Pasaribu meresmikan Mesjid FISIP USU, Selasa (31/3) siang tadi. Acara tersebut dihadiri oleh Rektor, Dekan FISIP USU, beberapa dosen dan staf pegawai. 

Pembangunan Mesjid FISIP USU tersebut telah dilaksanakan dalam waktu kurang lebih dua tahun, mulai dari tahun 2012 silam. Drs. Edward, M.SP selaku Wakil Dekan III mengatakan bahwa dalam proses pembangunannya, dana pembangunan mesjid tersebut terhimpun dari  institusi dan pribadi. Institusi berasal dari Perindo, PTPN3 dan PTPN 5, sementara dana pribadi yaitu sebagian dari gaji beberapa dosen FISIP USU yang disumbangkan. 

“Alhamdulillah sampai hari ini kita tidak ada kendala, paling kalau sampai kehabisan uang saja. Tapi insya Allah walaupun keuangan kita habis, kita tetap berjalan. Mungkin tenaganya saja yang dikurangi,” tutur beliau.

Tanda tangan Rektor - Foto: Apriani Pratiwi
Edward juga mengungkapkan bahwa konsentrasi dalam pembangunan mesjid ini sebenarnya adalah musholanya saja, yaitu pada lantai satu, sementara pada lantai dua dikhususkan sebagai pusat kajian. Oeh karena itu, mesjid tersebut terlebih dahulu diresmikan walaupun dalam proses pembangunannya lantai dua belum selesai. 

“Kalau pusat kajian, tahap awal dibuka untuk FISIP. Kemudian, baru kita buka untuk seluruh. Bahkan, dari luar jika ada yang berminat disitu, ya silahkan,” tutup beliau.

Prof. Dr. Badaruddin, M.SI, selaku Dekan FISIP USU berharap kepada mahasiswa, dosen, pegawai, atau siapa pun bisa melaksanakan shalat di mesjid ini. Dan tidak hanya shalat lima waktu saja, aktivitas keagamaan juga bisa dilakukan disini. Jadi, mahasiswa dapat berdiskusi seputar keagamaan di pusat kajian dan memelihara mesjid karena ini menjadi tanggung jawab bersama terutama dari segi kebersihannya.

Penulis : Apriani Pratiwi
         : Inggit Suri Chaerani










Senin, 30 Maret 2015

Ayo Bekali Dirimu di Tahun 2015 dengan Ikut Seminar MEA



Gardamedia.org - Smart Generation Centre (SGC) bermitra dengan Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia Klaster Mahasiswa (MITI-KM) akan mengadakan Temu Ilmiah di Medan, Jum’at – Minggu (3-5/4).

Adapun Temu Ilmiah merupakan salah satu program kerja dari MITI bina wilayah Sumatera bagian Utara (Sumbagut). Acara ini mendatangkan delegasi dari empat kota yakni Aceh, Medan, Riau, dan Padang. Aidil Rasyid, alumnus UIN Bandung yang juga merupakan ketua panitia berkata bahwa tujuan kegiatan ini ialah memperat komunikasi dan koordinasi MITI-KM Sumbagut.

Sebagai tuan rumah, Universitas Sumatera Utara, seluruh rangkaian kegiatan akan dihabiskan di kampus ini. Selain mengadakan kegiatan internalnya, mereka juga akan melaksanakan Seminar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)  dan Seminar Beasiswa di Aula Fakultas Teknik USU, Sabtu (4/4) dengan mengundang empat pembicara yang ahli dibidangnya. Diantaranya H. Gatot Pujo Nugroho, S.ST, M.Si (Gubernur Sumatera Utara), Dr. Khaira Amalia Fachruddin, S.E, M. B. A ( Dosen Akademik USU), Sensei Dr. Edi Sukur M. Eng (Sekretaris MITI), dan Retno Widyastuti, S.IP, M.Si, MA (International Master’s Program in Asia Pasific Studies, National Chengchi Univerity, Taipei, Taiwan). Dengan Rp 30.000 untuk mahasiswa dan Rp 40.000 untuk umum, peserta akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berikut fasilitasnya. 

 “Semoga melalui kegiatan ini, iklim keilmuan/ keilmiahan yang ada di USU bisa semakin baik dan meningkat melalui  SGC USU sebagai KSU di USU” harap Azizah selaku pengurus SGC.

Informasi lanjut seputar seminar, silahkan hubungi :
·         0821-6082-8964 (Azizah)
·         0857-6658-8572 (Garda Media)


Penulis : Inggit Suri Chairani

Sabtu, 28 Maret 2015

Karnaval USU Acara Terbesar USU



USU Carnival 2015,  Sabtu (28/3)

Gardamedia.org- “Karnaval USU merupakan acara terbesar yang pernah dilaksanakan di USU pada tahun ini, bahkan di Medan." Begitulah ungkapan Rindi, salah satu panitia "USU Carnival 2015" di Pendopo USU, Sabtu (28/3). Acara ini dipelopori oleh Sahiva USU, Gamadiksi, Anak USU, dan Mepro USU.

Karnaval USU yang dilaksanakan selama dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu (28- 29/3) ini guna memberikan wadah kreatif bagi mahasiswa. Rindi juga mengungkap, acara ini berhasil menyedot pengunjung  lebih dari  15.000 orang. Mereka diberi hiburan dari band-band lokal Medan dan artis papan atas dengan harga tiket Rp. 120.000.  

“Seru banget acara ini, rame yang datang. Ada senior aku juga yang ngisi acara tadi” ucap Yunda, pengunjung yang juga merupakan mahasiswi FISIP USU.  

Beberapa sponsorship dalam acara ini seperti Tsel Loop,Wardah, Suara USU, Martha Friska,Skuler Community, Milo Karaoke, MTS USU, dll. Acara juga dimeriahkan oleh bazar, foodcourt, pendidikan, kesehatan, fashion, photobox, dan gamezone

Suasana penutupan karnaval pada hari pertama

Acara semakin meriah dengan Master Ceremony (MC) oleh Githa Bebitha dan Fico Cacola yang keduanya adalah komikus stand up comedy. Adapun acara puncak akan dilaksanakan pada hari kedua dengan talkshow bersama DJ Winky dan Aulion pukul 14.30. Selain itu akan hadir pula bintang tamu DJ Deva Mahendra dan dilanjutkan Color Light Carnival pada malam hari. Kegiatan hari pertama ditutup pada pukul 18.00 dan dengan hiburan DJ selepas adzan maghrib.

Penulis : Inggit Suri Chairani
Editor   : Ama Marini
Foto diambil oleh Yunda Pratiwi (FISIP USU 2013)

Jumat, 27 Maret 2015

Rapor Merah Jokowi-JK, Pema USU Lakukan Aksi Damai Ke DPRD


Mahasiswa USU melakukan aksi di depan Gedung DPRD Medan, Jum'at (27/3) - Foto: Apriani Pratiwi
Gardamedia.org Setelah mengadakan konsolidasi “Evaluasi Sang Presiden” pada Selasa (24/3) lalu, ratusan mahasiswa USU melanjutkan aksinya di gedung DPRD Medan, Jumat (27/3). Aksi damai ini dilakukan sebagai bukti kritis terhadap kinerja pemerintah Indonesia yang dianggap tidak pro-rakyat.

“Orasi sebelumnya pada hari Selasa mengajak mahasiswa untuk konsolidasi aksi, sekarang baru realisasi turun ke jalan untuk memberikan Rapor Merah Jokowi-JK”, kata Brilian Amial Rasyid, selaku Presiden Mahasiswa USU.

Pema USU menunjukkan bahwa aksi damai ini tidak ditunggangi oleh partai politik apa pun dan penguasa apa pun. Para mahasiswa meminta seluruh ketua fraksi parpol turun untuk mengambil keputusannya. Hal ini  disampaikan oleh koordinator lapangan mahasiswa USU saat berorasi di gedung DPRD. 


“Hari ini memang beginilah kondisinya. Kalau kalian memang mau menunggu ketua-ketua fraksi, silahkan. Cuma saya kasih tau sama kalian, hari ini memang mereka sedang tidak berada di tempat. Kalau kalian percaya sama kami, surat ini akan kami kirim ke Jakarta”, kata salah satu anggota DPRD, H. Walidin Alman (Golkar).

Mahasiswa USU berorasi mengenai Rapor Merah Jokowi, Jum'at (27/3) - Foto: Apriani Pratiwi
Kami memberikan waktu satu bulan kepada ketua DPRD untuk mengambil keputusannya. Jika tidak ada tanggapan, kami akan membawa mahasiswa yang lebih banyak lagi. Karena mahasiswa yang datang pada hari ini hanya 0,001 persennya saja, lanjut korlap USU.

Presiden Mahasiswa USU, Brilian Amial Rasyid, berkata “Sungguh sangat mengecewakan hari ini. Niat kita datang dari USU untuk tidak anarkis. Tapi mengapa kita hari ini di provokasi? Kami meninggalkan kuliah kami karena kami ingin mengaspirasikan, kami ingin aksi damai. Tidak ada provokasi. Kita lihat hari ini ada provokasi. Ada dua mobil polisi, ucapnya.

Setelah tidak ada tanggapan lanjutan dari pihak DPRD, para mahasiswa pergi ke kantor Pos untuk mengirimkan paket ke Istana Negara dan kembali ke USU.

“Kita cukup kecewa karena tidak disambut oleh pimpinan DPRD, jadi kita kirim paket lewat pos berisi tuntutan kepada Jokowi”, tutup Brilian.


Penulis : Apriani Pratiwi






Selasa, 24 Maret 2015

Orasi Kritisi Kinerja Jokowi

Mahasiswa USU sedang melakukan orasi di depan Pendopo USU, Selasa (24/3) -
Foto: Apriani Pratiwi

Gardamedia.org Belum sampai setahun pemerintahan presiden Joko Widodo terlaksanakan, para mahasiswa, terutama mahasiswa USU turun lapangan untuk melakukan aksi  “Evaluasi Sang Presiden”. Orasi yang dilakukan Mahasiswa USU di Pendopo, Selasa (24/3) guna mengkritisi kinerja pemerintahan Jokowi. 

Dalam aksinya, kritikan Jokowi dinilai dari beberapa sektor, terutama dalam kebijakan ekonomi, pendidikan dan hukum. Ditengah-tengah penderitaan masyarakat, harga BBM naik, pendidikan rendah, dan biaya kesehatan  yang mahal, aksi ini juga dilakukan untuk menentukan masa depan Indonesia, ungkap Jefri wanda, Gubernur Fisip USU saat melakukan orasi.

Selain dari segi ekonomi, kritikan berlanjut dalam bidang pendidikan. Salah satunya yaitu mengenai beasiswa PPA yang akan dihapuskan. 

Rahmat Akbar, sekretaris UKMI ad-Dakwah USU, yang juga merupakan salah satu peserta yang berasal dari Fakultas Ekonomi, mengatakan beasiswa PPA sangat membantu bagi seluruh mahasiswa Indonesia, terutama mahasiswa yang berasal dari daerah untuk menuntut ilmu disini. Kalau mahasiswa hanya mengharapkan bidikmisi sebagai beasiswa, itu kurang tepat. Sementara beasiswa PPA banyak sekali dipakai oleh para mahasiswa yang benar-benar orang kecil, makanya dari segi pendidikan, kebijakan yang diambil presiden Jokowi sangat berpengaruh, tuturnya.

Orasi ini tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa USU. Jefri Wanda, mengatakan bahwa USU sudah ketinggalan jauh dengan universitas lainnya. Jakarta sudah turun, begitu juga dengan Malang dan Pekanbaru. 

Kritikan berlanjut dari segi hukum. Indonesia sebagai negara hukum memiliki banyak aturan yang harus ditaati. Hukum sebagai wadah keadilan rakyat dan pemerintah memiliki pondasi-pondasi yang kuat sehingga tidak tergoyahkan. 

Reihan, selaku sekretaris umum Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia, memaparkan hal yang dapat dilakukan sebagai mahasiswa untuk menyuarakan rakyat ada dua cara. Pertama, menyatakan aksi bahwa mahasiswa sebagai bagian dari rakyat yang tidak setuju dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kedua, membuat artikel-artikel di media sosial bahwa kebijakan pemerintah itu adalah pemerintahan yang bobrok, tuturnya yang  juga merupakan mahasiswi dari Fakultas Hukum. Reihan berharap semoga pemerintahan presiden Jokowi bisa menegakkan hukum dengan adil. 

Presiden Mahasiswa USU, Brilian A Rasyid, juga berharap Presiden Jokowi harus lebih evaluasi lagi dan lebih respon terhadap negara kita yang sekarang karut marut.

“Kita harus mengevaluasi, kita harus memonitoring, kita harus mengkritisi, karena itu lah tugasnya mahasiswa” lanjutnya saat ditanya tentang apa yang harus dilakukan sebagai seorang mahasiswa terhadap kebijakan pemerintahan Indonesia.

Penulis: Apriani Pratiwi
Editor  : Ama Marini





Konsolidasi Akbar USU Tahap Awal Kritik Pemerintah

Mahasiswa USU melakukan Aksi Konsolidasi Akbar mengenai Evaluasi Sang Presiden, Selasa(24/3) -
Foto: Apriani Pratiwi.

Gardamedia.org Ratusan mahasiswa USU berkumpul di depan Pendopo untuk melakukan Aksi Konsolidasi Akbar USU tentang evaluasi kebijakan pemerintahan Indonesia, Selasa (24/3) sore tadi. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Mahasiswa USU, Brilian A Rasyid, dan para Gubernur Mahasiswa USU di seluruh Fakultas. 

Aksi ini dilakukan dengan orasi bergilir dari masing-masing Gubernur Fakultas hingga Presiden Mahasiswa. Dengan membawa sepeda motor, para mahasiswa melanjutkan aksinya dibeberapa kawasan USU. 

Presiden Mahasiswa USU, Brilian, mengatakan bahwa konsolidasi ini dilakukan dalam rangka kesolidan kita sebagai mahasiswa USU yang harus merespon isu-isu nasional. 

Sementara itu, Rahmat Akbar, selaku sekretaris umum Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ad-Dakwah USU, menyatakan bahwa konsolidasi merupakan salah satu momen kita, bagaimana sebagai seorang mahasiswa mengaplikasikan dirinya untuk memperjuangkan rakyat. 

Berbeda halnya dengan Reihan, sekretaris umum Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) USU, dia mengatakan bahwa tujuan diadakannya konsolidasi itu untuk membuktikan bahwa mahasiswa USU bukan mahasiswa yang apatis. Mahasiswa USU adalah mahasiswa yang peduli dengan pemerintahan Indonesia.

“Kita sama-sama tahu kan hari ini pertama kali mahasiswa USU buat konsolidasi. Itu cukup membuktikan sekali pun kita sedikit tetapi kita adalah mahasiswa yang peduli dengan pemerintahan”. Tuturnya.

Orasi tersebut akan dilanjutkan pada hari Jumat (27/3) mendatang di Lapangan Merdeka, Medan.

Penulis : Apriani Pratiwi
Editor   : Ama Marini





Kamis, 19 Maret 2015

Indonesia: Singa Tanpa Taring


Sumber : amcham.or.id

Gardamedia.org-Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945. Setelah dijajah oleh jepang selama kurang lebih 3,5 tahun dan dijajah belanda juga selama 3.5 abad lamanya.  Kejadian itu sudah terjadi sejak   69 tahun yang lalu, namun rasa sakit yang dirasakan oleh rakyat sendiri belum sembuh hingga sekarang. Ditahun 2015 ini yang sudah saatnya untuk bangsa ini maju dan berkembang, “seolah burung yang mau belajar terbang kemudian  jatuh dan  tidak mau mencoba lagi”. Indonesia dengan segala kekayaan alammnya , dirampas selama 350 tahun lebih tidak mengurangi sedikitpun kekayaanya. Mulai dari Sabang sampai Marauke , masih banyak terdapat lahan dan kawasan yang belum diketahui klasifikasi dan potensinya. Penelitian menyebutkan di Indonesia sendiri 40 % lagi lahan hutan yang masih virgin artinya belum pernah sama sekali dijamah dan disentuh  oleh orang sementara 40 % lahan lagi sudah digunakan sebagai tempat tinggal dan  kebutuhan skunder lainnya dan 20% lagi lahan yang sudah dikonversi menjadi perkebunan . Hal itu menunjukkan betapa kayanya Indonesia ini , betapa sangat berpotesinya Indonesia ini untuk menjadi kesatuan negara yang akan sangat maju.
            Jauh panggang dari api, seakan singa tanpa taring, begitulah gambaran yang tepat mengenai keadaan Indonesia saat ini . kekayaan yang melimpah tidak membuat penduduk negara ini ikut kaya. Bahkan sebaliknya, angka kemisikinan yang melanda bangsa ini kian hari kian meningkat. Dan sekarang dari data yang didapat bahwa jumlah angka kemiskinan berada pada ASDCASC. Kekayaan yang notabenya adalah hak milik rakyat Indonesia tidak pernah dijamah oleh penduduknya. Freeport misalnya, tambang emas yang sekarang dipegang oleh orang non-Indonesia. Seakan bangsa ini tidak merdeka, tidak bisa berdiri sendiri, tidak berpendidikan, tidak mandiri dan tidak mampu mengelolah bangsa sendiri. Saya memang terkesan menjelekkan bangsa ini ,seolah saya bukan orang pribumi. Tapi begitulah adanya bangsa ini , andai saja Freeport itu bisa kita pegang saja dari keseluruhan harta bangsa ini , maka mungkin itu akan sangat membantu rakyat dalam hal financial.
              Berbicara masalah hukum, Indonesia adalah salah satu negara dengan sumber daya manusia terbanyak bagian hukum , dengan pasal yang begitu banyak , seakan semua hal di Indonesia sudah diatur dalam pasal.  Pasal 1 ayat 2 berbunyi “ Indonesia adalah negara hukum”. Seolah pasal ini hanya sbagai wacana semata, ditambah dengan pasal 27 ayat 3 yang menjelaskan bahwa hutan,air dan kekayaan alam ini adalah milik rakyat dan dipergunakan untuk rakyat. Seolah pasal – pasal yang ada di indonesia ini semuanya hanya bermuara kepada kenistaan. padahal dana yang dibutuhkan untuk membuat pasal itu sendiri cukuplah mahal, namun seolah singa tanpa taring , Indonesia tidak mengigit sama sekali dengan hukum dan amanah yang diemban.  Dan andaikan kita menjadi orang yang mau  mengamati indonesia ini , seolah kita hidup dan tinggal di negara orang lain yang namanya Indonesia dan kita semua adalah pendatang . Semua potensi negara kita di pegang oleh mereka yang berasal dari luar negara ini , sementara orang pribumi menjadi pekerja dan kebanyakannya menjadi seorang penonton.
            Bak raksasa yang tidur, ini juga ungkapan yang menggambarkan keadaan negara ini . kita masih jalan di tempat atau bahkan di tempat namun tidak bergerak sama sekali. Kedaulatan kita sudah diakui sejak 69 tahun yang lalu oleh dunia internasional, potensi kita yang sudah 400 tahun yang lalu diambil hingga hari ini belumlah habis, rakyat kita yang sejak 400 tahun yang lalu masih tetap berdiri dan menunggu, anak – anak kecil, rakyat pribumi tetap melihat keatas sambil menunggu saat dimana raksasa itu akan bangun, saat dimana singa itu akan menunjukkan taringnya. Hingga suatu hari nanti , ketika  kita mau bersatu, mau membangun bangsa ini,saling memberi dukungan satu dengan yang lain dan tidak saling menjatuhkan maka taring itu pasti meruncing, raksasa itu pasti bangun dan akan bergerak. Akan tetapi tidak mudah mewujudkan itu, perlu proses yang panjang dan lama untuk bisa sampai membangunkan raksasa besar, meruncingkan taring singa, namun semua itu tidak akan pernah terjadi, jika kita sebagai orang pribumi hanya bisa mengamati dan tidak bisa berbuat apa –apa untuk bangsa ini . Indonesai butuh pemimpin yang berhati besar, ahli dalam menegerial,loyal dalam memipin, pintar dalam komunikasi, dan pandai mengelola potensi sumberdaya. Indonesia krisis kepemimpinan, yang menyebabkan Indonesia juga krisis dari sektor segalanya, sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang notabenya kesemua itu menyengsarakan rakyat. Indonesia harus menyetak sekolah kepemimpinan , sebagaimana pak Soekarno yang dicetak di rumah Cokroaminoto. Karena semua berasal dari hal yang kecil, begtiu juga dengan proses pencetakan seorang pemimpin . Maka cetaklah  Soekarno- Soekarno  berikutnya yang akan membangun bangsa ini , maka jayalah bangsa ini, maka tajamlah taring sang singa sama seperti akan bangunnya sang  raksasa. 



Penulis  : Rifai Muda Harahap (Fakultas Kehutanan 2012)

Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai

Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023)    - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...