Gardamedia.org - Untuk pertama kalinya berhadir pada acara yang memperingati Hari Menutup Aurat Sedunia yang diselenggarakan oleh FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah) Sumut setaiap tahun (14 Februari), memberikan kesan istimewa bagi mereka. Pasalnya dalam acara ini mereka mendapati ada begitu banyak wanita muslim dengan perjuangan yang sama. Perjuangan menutup aurat dengan berhijab.
Adis Syahfitri, Citra Fita Loka, dan Gusti Sri Widari, ketiga gadis yang masih belia ini tak banyak berbeda dengan teman-teman mereka yang lainnya. Kita tahu bahwa mereka sedang memasuki proses pencarian jati diri
dan transformasi serta sangat rentan mengalami berbagai tanggapan, baik
dalam benduk dukungan maupun penolakan. Dengan penuh kemantapan, dalam menyelesaikan masa remaja, mereka sudah memutuskan untuk berhijab. Subhanallah.
Bertemu di Aula SMK BI Binaan Medan, saat diwawancarai seusai talkshow "Sempurnakan Cantikmu Dengan Hijab" GMA (Gerakan Menutup Aurat) Sumut 2015 pada hari pertama pelaksanaannya, Jum'at (13/2) kemarin. Mereka memberikan pesan dan kesannya khusus untuk acara Gerakan Menutup Aurat Sumut.
Datang ke acara ini membuat saya lebih istiqomah untuk berhijab, karena hijab adalah sebaik-baik perhiasan. Dan untuk temen-temen yang belum berkesempatan hadir, jangan lupa berhijab ya, agar kamu menjadi muslimah sejati (Adis Syahfitri, Kelas XII SMAN 9 Medan)
Tertarik datang karena ingin tahu gimana Gerakan Menutup Aurat Sedunia. Setelah diikuti, acaranya menarik, menambah pengetahuan tentang apa itu jilbab, kerudung, mukena, khimar, dan lain-lain. Bagi temen-temen yang belum berhijab, ayo berhijab, karena berhijab adalah perintah Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 59 dan QS. An-Nur:31. Satu helai rambut yang sengaja kita tampakkan pada bukan mahram akan mendapat satu dosa, bayangkan dengan seluruh rambut? (Citra Fita Loca, Kelas XII SMAN 7 Medan)
Harapannya, semoga GMA Sumut tahun depan lebih baik lagi. Untuk temen-temen yang belum berhijab, ayo berhijab, biarpun kita menjadi tidak cantik di dunia, insyaallah kita akan menjadi bidadari Surga (Gusti Sri Widari, Kelas XII SMKPAB 2 Medan)
Minggu, 15 Februari 2015
Kisah Mereka Yang Menyempurnakan Kecantiknya
Gardamedia.org - Wanita mana yang tak ingin cantik? aku, kamu, mereka, dan milyaran hawa di dunia pasti memiliki jawaban yang sama "tidak ada wanita yang ingin jelek". Menjadi cantik adalah obsesi setiap wanita ditengah keramaian paras yang pesonanya tak pernah memudar.
Pertanyaannya, akankah semua wanita menghalalkan segala cara untuk menjadi cantik? Tak bisa dipungkiri lagi, ada saja upaya wanita untuk bisa mendapatkannya. Berbeda pengalaman, Ika Puspita Yuda, Henny Indri Utami Damanik; Maya Dewi; dan Eka Khairunnisa Simajuntak tak mengira akan menjadi secantik ini sekarang, mereka punya ceritanya masing-masing.
Bertempat di Aula SMK BI Binaan Medan, melalui Talkshow "Sempurnakan Cantikmu Dengan Hijab" yang merupakan rangkaian acara GMA (Gerakan Menutup Aurat) Sumut 2015 pada hari pertama, jum'at (13/2) kemarin. Keempat wanita cantik ini menceritakan pengalamannya masing-masing kepada ratusan siswa SMA Medan tentang proses menyempurnakan kecantikan yang kini mereka miliki.
Cara yang mereka lakukan bukan rahasia lagi bagi kaum wanita muslim, telah terpapar jelas dalam lembaran-lembaran Al-Qur'an surah Al-Ahzab: 59 dan An-Nur: 31. Yup, mereka cantik sempurna dengan berhijab. Dengan cara terbaik inilah mereka dan seluruh muslimah bisa tampil cantik sempurna.
Aku dan Hijabku, Mereka Sungguh Menginspirasi
Part 1,
Pada kesempatan menghadiri Talkshow "Sempurnakan Cantikmu Dengan Hijab" . Salah satu narasumber, Maya Dewi, Mom yang telah sukses menjadi pengusaha dan memiliki kesibukan sebagai ketua HmC (Hijabersmom Community) Medan membuka jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana pengalaman pertamanya berhijab “Sebelumnya berjilbab tergantung suasana, masih buka tutup-buka tutup” ujarnya.
Kemantapannya
untuk mencoba berhijab dimulai empat tahun silam. Terinspirasi dari rekan
kerjanya, pasangan muslim yang berasal dari Cina. Saat Mom sedang membawa
pasangan ini berkeliling kota Medan, mereka menanyakan dimana Masjid di sekitar
sini. Langsung saja Mom memboyong mereka ke Masjid Raya.
“Bukan sekedar menikmati keindahan Mesjid
kebanggaan Medan, pasangan itu melakukan sholat yang membuat Mom menjadi merasa
malu pada diri mom sendiri. Sebagai muslim, mereka adalah minoritas di Negara
Tirai Bambu. Butuh Perjuangan ketika mereka ingin melaksanakan berbagai
perintah Allah dan diterima di tengah kehidupan mereka di Negara asalnya.
Sedangkan Mom di sini, di Indonesia, dengan leluasa seharusnya bisa melakukan
itu semua karena Negara ini memperbolehkan seseorang menjalankan agamanya
dengan baik” lanjutnya.
Tak hanya
itu, Mom masih terpukau ketika wanita etnis Tionghoa itu melaksanakan sholat
dengan pakaiannya yang telah menutup aurat (tanpa mukena). Pasalnya keengganan
Mom untuk berhijab adalah takut bila merasakan ketidaknyamanan dalam bergerak
ketika melakukan peninjauan proyek yang tengah dikerjakannya di lapangan. “Apa
yang dilakukannya menyadarkan Mom, bahwa hijab bukanlah penghalang seharusnya..”
tambah Mom.
Sejak itu,
Mom belajar memakai hijab disetiap harinya. “Dari anak-anak, Mom juga belajar
banyak. Pasalnya mereka bersekolah di Sekolah dengan pengetahuan Islam yang
cukup. Sesekali mereka memberikan Mom pengajaran-pengajaran tanpa Mom sadari. Yaitu
saat putri kecil Mom menolak mengenakan pakaian mini yang Mom berikan kepadanya
dan lebih memilih pakaian tertutup” lanjut Mom dengan haru. Ditambah dengan dukungan
kuat oleh suami tercinta, kini Mom berharap agar Allah terus mengistiqomahkannya
dengan hijab.
Part 2,
Lain pula kisah yang datang dari Ika Puspita Yuda. Bergabung dengan Komunitas ODOJ (One Day One Juz), ternyata tak hanya menjadikannya dekat dengan Al-Qur'an, dari komunitas ini Ika mendapatkan ilmu yang lain seputar Islam termasuk bagaimana cara seorang wanita muslim seharusnya berpakaian ketika berada diluar rumah atau berjumpa dengan yang bukan mahramnya. Meski dalam waktu yang lama, akhirnya ika memutuskan untuk istiqomah berhijab setelah umrohnya yang ketiga. "Mantap berhijab saya lakukan selepas pulang Umroh" kata Ika.
Part 3,
Jika kembali ke masa lalu, saat berada di sekolah menengah atas, berhijab seperti sekarang ini bukanlah keinginannya. Bahkan berpenampilan seperti ini sangat tak ia sukai ketika gaya itu dikenakan oleh salah seorang kakak kelasnya (akhwat). Eka
Khairunnisa Simajuntak yang selalu berprestasi di sekolah memiliki pengaruh yang kuat dalam kelasnya. Eka selalu mempengaruhi teman-teman perempuannya untuk tidak menghadiri ajakan pengajian (mentoring) kakak kelasnya itu.
Namun keadaan telah berubah sekarang, sejak bergabung bersama teman-teman di Mushola kampusnya, gadis asal Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara kini menjadi sering dicibir soal penampilannya. Namun, Eka dengan bangga menggunakan hijab secara sempurna dimanapun dia berada, karena ia pasti dikenali sebagai seorang wanita muslim yang tak perlu dipertanyakan lagi identitasnya seperti saat beberapa tahun lalu ketika ia tidak konsisten berjilbab. "Saya muslim. kenapa banyak orang yang mempertanyakan saya muslim atau nasrani.." tuturnya kesal.
Part 4,
Berjilbab akan mengubahku. Karena hal itulah Henny Indri Utami Damanik tak ingin mengenakan jilbab walau dengan rayuan apapun yang ibunda Henny lakukan. Perawakannya yang tomboy dituntut untuk menjadi feminim ketika akan berhijab. "Kalau saya pakai jilbab, otomatis akan mengenakan rok. Menjadi feminim seperti itu bukan gaya saya.." tuturnya ketika mencoba menceritakan pengalaman berhijabnya.
Cerita Henny berlanjut ketika dia bergabung dengan paskibra di SMA dan diwajibkannya mereka mengikuti pesantren kilat yang diadakan sekolah. Tahun pertama Henny menjadi peserta pesantren kilat, beragam tipu muslihat pun dia lakukan karena tidak mau mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam acara. "Saya bilang lagi halangan kalau sudah tiba waktunya sholat, padahal saya lagi puasa saat itu" begitu ujarnya saat mengenang masa lalu.
Belum selesai sampai disitu, menjadi panitia pelaksana pesantren kilat di tahun kedua, Henny yang dulunya bandel ketika menjadi peserta kini dipercayakan untuk berpartisipasi membuat peraturan acara. Henny menetapkan peraturan-peraturan yang membuat adik-adik kelasnya akan merasa tertekan. "Saya tulis dalam peraturan, wajib memakai jilbab, rok, dan kaus kaki. tidak boleh berdekatan dengan laki-laki.." ucapnya.
Setelah disetujui guru pembina acara pesantren kilat. Kekesalan akhirnya menyapa Henny, karena ternyata Henny juga harus mematuhi peraturan yang dibuatnya sendiri. Karena gurunya mewajibkan si pembuat peraturan menjalankan peraturan yang telah dibuatnya. Dari sinilah Henny berjilbab dan tidak bisa dekat-dekat dengan teman-teman prianya selama acara pesantren kilat.
Memiliki hobi membaca membuat Henny selalu mengikuti pengajian (mentoring) kakak kelasnya (akhwat) yang memiliki puluhan koleksi buku incarannya. "saya mau ikut ngaji karena bisa pinjem buku, terus kalau mau beli buku bisa ngutang dulu.. " kata Henny saat hampir menyudahi pengalaman berhijabnya.
Namun seiring berjalannya waktu, Henny tak hanya hadir karena buku, tapi sudah merasa nyaman dengan materi Islam yang disampaikan kakak kelasnya itu.
Dari sini Henny kemudian terus memperbaiki diri hingga dia tergabung dalam SPJ (Solidaritas Peduli Jilbab) Medan dan memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya untuk berhijab.
-end-
Sabtu, 14 Februari 2015
CLOSE AURAT
CLOSE AURAT - Bertempat di Jalan Dr. Mansyur Medan, senyum sumringah tampak jelas pada wajah ibu-ibu yang telah singgah di salah satu stan Gerakan Menutup Aurat Sumut 2015 pada hari kedua pelaksanaannya, Sabtu (14/2). Bersama GMA Sumut 2015 mereka bermetamorfosa menjadi muslimah yang cantiknya sempurna karena hijab. GMA Sumut 2015 yang diselenggarakan oleh FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus) Sumut ini adalah bentuk kegiatan dalam memperingati Hari Menutup Aurat Internasional 14 Februari.
Selamat Hari Menutup Aurat Sedunia
Pawai yang dibarengi
dengan orasi merupakan acara puncak Gerakan Menutup Aurat (GMA) Sumatera Utara 2015. Pawai
bermula dari Masjid Raya Al-Mashun Medan hingga terpusat di depan
patung Sisingamangaraja simpang Teladan Medan. Kegiatan ini dimotori oleh Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK)
Sumatera Utara.
Tak hanya
mensosialisasikan hijab syar’i, dalam
kegiatan ini juga menyuarakan penolakan valentine’s
day pada muslim/ah dan pelarangan polwan berjilbab.
Banyak yang ikut bekerjasama dalam menyuarakan
Hari Gerakan Menutup Aurat Internasional ini. Diantaranya Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) se-Sumut, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sumut,
Komunitas Peduli Jilbab Medan, ODOJ Medan, Kedai Muslim, My Hijab Boutique, dan
lain-lain. GMA berlangsung selama dua
hari (13-14 Februari 2015) dari jam 09.00
– 15.50 wib di setiap harinya. Adapun hari pertama berisi dengan perlombaan
yang diadakan di SMK Binaan Pemprov Sumut. Sedangkan hari kedua diisi dengan longmarch dan orasi. Pada hari kedua
juga berlangsung bagi-bagi jilbab gratis yang tersebar di empat lokasi yaitu
Simpang pintu satu USU, Simpang Medan Fair, Masjid At’Tawabin, dan Stadion
Teladan.
“Saya senang ada gerakan seperti ini, semoga
kalian dimudahkan dalam berdakwah ya. Terus buat kegiatan bermanfaat seperti
ini biar banyak orang yang akan tercerahkan nantinya” pesan seorang ibu
penerima jilbab gratis.
Dilihat dari para kader aktivis dakwah yang
hadir dari berbagai kampus seperti USU, UMA, Politeknik Negeri Medan, UIN-SU,
UMN tampak sangat bersemangat megikuti rangkaian acara selama dua hari ini.
Para siswi aliyah MAN 1 dan MAN 2 Model Medan pun turut meramaikan GMA.
“Aparat negara adalah pelanggar konstitusi, pelanggar UUD 1945 dan
aparat negara telah melanggar HAM terhadap muslimah yang telah menjadi polwan”
sahut Reviana Revisari selaku DPP KAMMI dalam orasinya.
Ada hal menarik yang
terjadi pada hari kedua
berlangsungnya GMA. Dimulai dari koin dukungan untuk polwan berjilbab
yang diedarkan kepada pengguna jalan. Sedangkan sementara itu, ada seorang personil
POLANTAS adalah wanita yang tak berjilbab. Sehingga
beliau menjadi sasaran dakwah fardhiah-nya mahasiswi yang ikut serta dalam pawai. Lalu diakhir acara, peserta
pawai diminta peacemob dengan
mengacungkan koin masing-masing selama dua menit. Hal ini sebagai bentuk
dukungan terhadap kebijakan polwan berjilbab. Setelah itu, seluruh koin peserta
dimasukkan ke dalam kaleng koin dari masyarakat dan koin-koin tersebut
disebarkan di atas kertas karton yang bertuliskan, “1 juta koin dukung polwan
berjilbab”. Seluruh sumbangan yang telah terkumpul, rencananya akan diserahkan
kepada POLSEK Medan atau POLDA Sumut. Tak hanya mengedukasi dengan cara orasi, para mahasiswa juga membagian flyer anti valentine’s day, dan sticker kepada pengguna
jalan yang melintas. Acara GMA Sumut ditutup dengan
pembacaan doa oleh Nanda Tryhadi, selaku ketua umum UKMI Ad-Dakwah USU.
Penulis : Zahratul Hayati
Editor : Inggit Suri Chairani
Foto oleh Miya Andina dan Gerakan Menutup Aurat Sumut 2015
Langganan:
Postingan (Atom)
Kisah Inspiratif Andre Doloksaribu Mendirikan Rumah Belajar Untuk Anak Pinggiran Sungai
Oleh : saturnusapublisher Gardamedia.org (24/05/2023) - Masyarakat pinggiran sungai sering kali terlupakan keberadaannya, apalagi biasany...

-
Belia Menjelang Seratus Tahunan Penulis : Yogi Juliansyah I. Belia ambillah percikan fungsi batang pepohonan Warna yang menyuntik jiwa an...
-
Foto Bersama Pengurus UKMI Ad-Dakwah 2016-2017 (foto : akun line UKMI Ad-Dakwah) Gardamedia.org – Adek Rizky Afandi Siagian (Fakultas...
-
MABA USU 2020 TIDAK DAPAT MENGGUNAKAN HAK PILIH DALAM PEMIRA PRESIDEN MAHASISWA 6 NOVEMBER MENDATANGGardamedia.org- (3/11). Pada tanggal 6 November mendatang adalah waktu dimana Pemilihan Raya (Pemira USU) untuk memilih Presiden Mahasis...